[R.A.B - 1]

389 37 2
                                    

𖦹𖦹𖦹𖦹

Pagi yang cerah di bulan Juli, seorang gadis kecil tengah berdiri di depan cermin seraya menata rambutnya agar rapi. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah di Hogwarts, dia sangat bersemangat untuk itu. Dia berharap topi menyortirnya pada asrama Ravenclaw, karena Ibunya dulu berada di sana. Atau mungkin Gryffindor, karena Ayahnya juga dulu sewaktu sekolah berada di asrama tersebut.

"Elizabeth, cepat nak. Nanti kita akan terlambat, keretanya akan berangkat pukul sebelas."

Gadis itu dengan cepat menyambar tas kecilnya dan keluar dari kamar, turun menuju ruang dasar.

"Baiklah, ayo kita pergi. Ayah yang akan mengantarmu sampai stasiun." Elizabeth mengangguk, meraih tangan ayahnya untuk ia genggam.

"Dah Ibu, aku janji di Hogwarts nanti akan menjadi anak yang pintar," katanya. Ibu gadis tersebut terkekeh geli, dia menangkup pipi putrinya.

"Kau memang sudah pintar Eli." Nancy- memeluk putrinya yang sebentar lagi akan mulai bersekolah di salah satu sekolah sihir terbesar, Hogwarts. "Ibu akan sangat merindukanmu," ucapnya.

𖦹𖦹𖦹𖦹


Stasiun sudah dipenuhi oleh murid murid Hogwarts, dari tahun pertama sampai tujuh. Elizabeth mendorong trolinya, dia juga tidak lupa membawa Remo, kucing abu abu kesayangannya. Dia mendapatkan kucing tersebut saat ulang tahun ke tujuh, saat itu dia masih sangat kecil dan lucu. Kini kucingnya tersebut sudah sangat besar dan perutnya yang berisi.

Richard membungkuk, memegang kedua bahu Elizabeth. "Dengar, di mana pun nanti kau ditempatkan. Jangan berkecil hati, okay?" Elizabeth mengangguk antusias, Richard memeluknya dan mencium keningnya.

Richard melepaskan pelukan saat bunyi dari kereta api menggema. Elizabeth sekali lagi memeluk ayahnya dan masuk ke dalam kereta, dia melambaikan tangannya.

"Okay, mari kita lihat apakah ada tempat kosong di sini," gumamnya.

Elizabeth menggenggam erat tali tasnya, berjalan menelusuri koridor kereta untuk mencari kompartemen kosong. Namun nihil, kompartemen yang dia lewati sebagian besar sudah ter isi. Hanya ada satu kompartemen yang kosong, sebenarnya tidak kosong juga. Ada seorang pemuda yang duduk sendiri di dalamnya. Elizabeth menggeser pintu, lalu terdiam sebentar karena pemuda di dalamnya tidak menoleh.

"Eemm, maaf. Apa aku boleh duduk di sini? Tempat lain sudah penuh," ucapnya, sedikit meringis karena pemuda di dalamnya hanya menoleh dan kembali meluruskan pandangan tanpa menjawab ucapan Eli.

Baiklah, mungkin itu adalah 'ya' versi orang seperti dia, batinnya.

Elizabeth duduk, di depannya pemuda itu yang tengah memandang ke arah luar.

"By the way, nama ku Elizabeth. Elizabeth Price," ucapnya. Dia berusaha untuk menghidupkan suasana, namun lagi dan lagi pemuda di depannya ini tidak menghiraukannya.

Elizabeth memeluk Remo dan mengelusnya lembut. Pemuda itu nampak melirik kucingnya sebentar dan kembali menatap ke luar.

"Regulus," katanya, setelah beberapa lama.

"Apa?"

Regulus menghela nafasnya. "Namaku, Regulus," ucapnya lagi.

"Oh, ya baiklah. Salam kenal Regulus." Senyumnya mekar, Eli menyimpan Remo di sisinya. Regulus hanya mengangguk menanggapinya.

"Kau murid baru kan?" tanya Eli.

Regulus mengangguk. "Ya, aku murid baru."

"Asrama mana yang ingin sekali kau tempati?" tanya Elizabeth.

𝐔𝐍𝐂𝐎𝐍𝐃𝐈𝐓𝐈𝐎𝐍𝐀𝐋  [𝑅𝑒𝑔𝑢𝑙𝑢𝑠 𝐵𝑙𝑎𝑐𝑘]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang