[ R.A.B - 4 ]

166 18 1
                                    





𖦹𖦹𖦹𖦹

Tepat pada hari ini, hari Sabtu pertandingan Quidditch antara Slytherin dan Ravenclaw. Elizabeth duduk di bangku tribun, dengan membawa syal hijau dan perak yang ia bentangkan memanjang. Di sebelah kirinya, Madelyn yang begitu heboh membawa sebuah bendera kecil dengan warna khas Slytherin, menggerak'kannya ke kiri dan kanan di udara. Dan di sebelah kanannya, seorang gadis yang dengan santai menonton pertandingan dengan tidak minat. Sesekali dia menghela nafas panjang dan mendengus bosan, Ambrosia Parkinson sekali lagi mendengus untuk kesekian kalinya.

"GO SLYTHERIN!!" teriak Madelyn nyaring. Seorang chaser Slytherin memasukkan quaffle ke dalam lingkaran yang dijaga oleh keeper Gryffindor. Elizabeth ikut senang, gadis itu berdiri dan melompat lompat di tempat dengan dua tangan yang terangkat membawa syal Slytherin nya.

"10 POIN UNTUK SLYTHERIN!"

"YAA! YUHUU!!" Madelyn dengan semangat mengguncang bahu Elizabeth.

"Mady, hentikan," seru Elizabeth. Madelyn berhenti mengguncang tubuh Elizabeth dengan cengiran polos di bibirnya.

"Maaf El!" katanya dengan berteriak. Lalu perhatiannya kembali pada dua tim yang bertanding dengan sengit. Dua orang seeker dari masing masing tim saling berlomba-lomba untuk memenangkan golden snitch, seeker dari Ravenclaw berhasil mendahului seeker Slytherin, tapi itu tidak berlangsung lama sebelum seeker Ravenclaw terdorong ke samping. Seeker Slytherin terus mengejar bola kecil itu, dan ... ya, dia berhasil menangkap bola kecil emas yang ia incar. Teman satu tim dan siswa Slytherin lainnya bersorak senang.

"150 POIN UNTUK TIM SLYTHERIN KARENA TELAH MENDAPATKAN SNITCH! SLYTHERIN MENANG!!"

"YEAYY!!" Elizabeth dan Madelyn melompat lompat senang di tempat, dengan semangat Madelyn mengibar-ngibarkan bendera kecil berwarna hijau di tangannya.


𖦹𖦹𖦹𖦹

Setelah pertandingan, semua siswa kembali ke dalam kastil. Siswa Slytherin kembali masuk ke dalam ruang rekreasi mereka, untuk merayakan kemenangan atas pertandingan tadi. Teriakan kegembiraan menggema keseluruhan ruangan, Elizabeth hanya menonton di pojok ruangan dengan beberapa teman satu angkatannya. Sedangkan Madelyn, gadis itu dengan semangat bergabung dengan para pemain Quidditch Slytherin, dia berdiri di samping kakaknya.

"Kenapa kau diam di sini? Sehabis ini kami akan pergi ke aula besar untuk makan siang." Di sebelahnya, berdiri seorang pemuda dengan membawa wadah berisi popcorn. Gadis itu meliriknya sekilas, lalu menggeleng.

"Aku ingin di sini dulu," katanya. Caius mengerutkan keningnya, dia kembali memakan popcorn, tidak berniat untuk pergi.

"Di sini membosankan, lebih baik kau ikut dengan kami. Madelyn juga ikut, bukan? Dia teman mu," katanya, berupaya untuk membujuk Eli. Elizabeth tidak berkomentar apa apa, terlalu enggan untuk menjawab ucapan Caius. Pemuda yang saat pertemuan pertamanya memandangnya remeh? Karena dia darah campuran.

Tapi kan itu sudah berlalu, lagi pula kini kita satu asrama, batinnya.

Ya, dan seberapa jarangnya dia mengobrol dengan teman asramanya selain Madelyn dan Regulus. Itu salah satu kenapa dia merasa enggan menjawab ucapan Caius. Tapi- hey, dia dulu selalu berusaha dekat dengan siapa saja. Pada orang yang tidak dia kenal pun dia tetap mengajaknya mengobrol untuk lebih akrab, tapi sekali lagi, kali ini rasanya sedikit berbeda. Sedikit lebih asing, mungkin. Elizabeth melirik Caius, pemuda itu menarik ujung jubahnya mendekat pada sekelompok pemuda yang masih mengenakan baju Quidditch berwarna hijau. Caius masih menarik jubahnya hingga mereka sampai di aula besar yang sudah ramai. Dengan mengeluarkan dengusan kesal, gadis itu menarik tangannya dan membuat Caius yang menarik jubah hitamnya terlepas. Tanpa ingin berbicara lebih lanjut, Elizabeth bergegas menghampiri Madelyn yang telah duduk di bangku Slytherin dengan beberapa teman satu angkatan mereka, dan ya, lagi dan lagi Elizabeth tidak mampu untuk mengenal mereka satu persatu bahkan nama mereka pun dia tak tahu.

Kau harus mulai berkenalan dengan mereka, Elizabeth, batinnya sebelum mendudukkan bokongnya di kursi.

"Hai," sapa Elizabeth pada mereka.

"Oh hai Eli ... kemari lah, kita rayakan kemenangan ini dengan makan makan," seru Madelyn antusias. Rasa antusiasnya bahkan mengalahkan rasa antusias para pemain Quidditch yang bertanding tadi.

Setelah puas berbincang-bincang sekaligus membuat perut mereka penuh dengan makanan yang masuk. Mereka kembali ke common room, dan masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Namun Elizabeth baru sadar, dia belum melihat Regulus sejak tadi. Hanya ada teman-temannya, yang kebanyakan berusia di atas Regulus. Entah kenapa pemuda bermarga Black itu memiliki lebih banyak teman yang berumur di atasnya, daripada teman seusianya.

"Mungkin besok dia akan muncul," ucap Elizabeth.






T.B.C

maaf part ini cuman sedikit yaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐔𝐍𝐂𝐎𝐍𝐃𝐈𝐓𝐈𝐎𝐍𝐀𝐋  [𝑅𝑒𝑔𝑢𝑙𝑢𝑠 𝐵𝑙𝑎𝑐𝑘]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang