Chapter 2.5

42 12 1
                                    

Normal POV

Begitu Dazai sampai ke ruang tamu, ia segera merebahkan bokongnya di atas sofa empuk, dan sejenak menarik napas panjang. Kode untuk [Y/N], bahwa Dazai kelelahan melakukan perjalanan panjang dari Yokohama ke Hakone.

"Lelah, ya? Aku akan membawakanmu teh, tunggu sebentar."

"Tunggu."

[Y/N] kembali dicegah oleh sang tunanganーsetelah tadinya ia sempat nyaris meleleh dalam pelukan Dazaiーdengan pergelangan tangannya digenggam oleh Dazai, tetapi sontak [Y/N] segera menarik kembali tangannya karena punggung tangannya masih terasa sakit.

Namun hal tersebut tidak menghentikan kebiasaan Dazai yang suka melakukan skinship dengan [Y/N]. Dazai yang menyadarinya segera bangkit dari sofa dan kemudian merangkul [Y/N], telapak tangan Dazai pun menahan punggung [Y/N] sehingga mereka bisa bertatapan untuk beberapa saat.

"Setelah Kau merobek note-ku, ingin melakukan apalagi?" Wajah [Y/N] berubah menjadi kerutan penuh amarah dan seolah menantang Dazai untuk melakukan 'sesuatu yang lebih buruk' dari sebelumnya.

[Y/N] mencoba untuk mendorong tubuh Dazai menjauh, tetapi ketidakkuasaannya yang justru membuat Dazai semakin mengeratkan pelukannya. Mata mereka bertatapan satu sama lain, keduanya pun dapat merasakan napas hangat dari satu sama lainnya.

"Di mana kotak P3K?"

[Y/N] menghelas napas, kalau tidak ia jawab maka 'sesuatu yang lebih buruk' tersebut akan sungguh terjadi, dan amarah kedua orangtua [Y/N] tidak akan bisa ditampung lagi. "Di lemari, sebelah kanan wastafel."

Kemudian, Dazai melepaskan rangkulannya dan melangkahkan kakinya menuju tempat yang dimaksud oleh [Y/N]. Ia membuka pintu lemari obat dan merogoh sebuah kotak berwarna putih yang di sisi atasnya merupakan sisi yang transparan. Di sana menampilkan jejeran lengkap obat khusus luka fisik yang di peruntukkan sebagai pertolongan pertama guna mencegah infeksi.

"Aku bisa melakukannya sendiri." [Y/N] mencoba menolak karena masih merasa canggung mengingat kejadian satu bulan yang lalu. Ia tak enak, tetapi tidak seharusnya ia merasa begitu karena bagaimanapun kesalahan ada pada Dazai.

"Tidak, Kau tidak bisa. Olesan salepnya tidak akan merata."

"Aku bisaー H-HENTIKAN, PERIH-!!"

Lalu hening datang merambat suasana dengan secepat kedipan mata, setidaknya selama beberapa menit sampai Dazai mengambil segulung perban yang juga ada di dalam kotak P3K.

"Harus pakai perban?"

"Tentu saja. Kalau tidak ditutup pakai perban, nanti terkena bakteri dan udara kotor."

"Tapi, kalau tidak kena udara lukanya tidak akan cepat kering! Toh, salep saja sudah cukup.."

Sementara itu, bunyi pintu yang cukup nyaring mengalihkan fokus Dazai untuk sementara, sedangkan [Y/N] mendadak terpaku pada arah suara langkah kaki yang kian mendekat.

Ia segera menggenggam erat lengan Dazai dengan tatapan yang bahkan membuat Dazai sendiri enggan untuk melakukan apa mau [Y/N], karena memang keputusannya sudah bulat dari lubuk hatinya yang terdalam.

Suara-suara percakapan yang terdengar samar semakin jelas dan lantang, mereka mendekat dengan cepat. Mereka berjalan lurus dan lalu berbelok hendak menuju arah sofa. Netra mereka yang lelah dan sayu langsung disambut dengan pemandangan yang tersaji.

"Ara, futari tomo..! (Ya ampun, kalian berdua..!)" Ibu [Y/N]ー花畑 桜 Hanabatake Sakura (Ladang bunga sakura)ーmerasa terkejut akan kedekatan kembali antara anaknya dan calon menantunya.

Watashi wa Anata ni Aitaku naru [BSD • Normal!AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang