Kecewa

55 9 4
                                    

Osamu POV

Kubuka mataku setelah mendengar seseorang yang memanggil-manggil namaku.

"Samu."

"Samu."

"OSAMU!"

Dia terus memanggilku tanpa henti, suara yang tak asing bagiku.

Kubuka mataku dan menemukan sosok yang sangat kurindukan, Atsumu. Dia ada dihadapanku.

Aku langsung berdiri dan hendak memeluk Atsumu. Namun Atsumu malah mundur menjauhiku.

"Tsumu?"

"Samu kangen."

"Samu mau sama Tsumu."

Ucapku yang seakan tidak didengar oleh seseorang yang ada dihadapanku.

Air mataku mengalir karena Tsumu tidak menanggapiku.

"Apa sih yang lo pikirin?"

"Seenggaknya hidup buat gue."

"Emang pernah gue ngajarin lo buat bertindak kayak gini?"

"Emang pernah gue ngajarin lo untuk meluapkan emosi kayak gini?"

"Lo berhak kesel, marah, atau apapun itu, tapi gak gini Sam caranya."

"Gue kecewa sama lo."

"Saat ini gue merasa bener-bener gagal menjadi kakak yang baik buat lu Sam."

"Gue kecewa sama diri gue sendiri."

"Gue gak bisa bikin adek gue menghargai hidupnya."

"Gue gak bisa bikin adek gue menghargai hidup orang lain."

"Gue gagal."

"Gagal."

"Gagal."

Ucap Atsumu mengeluarkan air mata.

"Tsum maaf, maaf, maaf."

"Gue bingung mau kemana."

"Gue bingung mau gimana."

"Gue kesepian tanpa lo."

"Gue-"

"Gue gak bisa hidup tanpa lo Tsum."

"Gue kangen sama lo Tsumu."

"Gue gak butuh mata lo, gue cuma butuh lo."

Ucapku sambil menangis terisak-isak.

"TAPI EMANG PERNAH GUE NGAJARIN LO KAYAK GINI? LO PIKIR GUE AKAN KETAWA? LO PIKIR GUE AKAN SENANG? WAH TEPUK TANGAN BUAT ATSUMU, SEKARANG ADEK TERSAYANGNYA DATENG MENYUSULNYA DENGAN CARA YANG KONYOL." Marah Atsumu seraya tepuk tangan diakhir kalimatnya.

"Enggak gitu Tsumu, Samu cuma-" Ucapku berhenti, ia tidak tahu apa yang ia katakan. Atsumu benar, aku sudah mengecewakannya.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf."

"Samu udah ngecewain Tsumu, maaf."

"Tsumu gak pernah ngajarin buat ngelakuin hal kayak gini."

"Tsumu selalu ngasih yang terbaik buat Samu, dan Samu malah ngecewain Tsumu."

"Tsumu tolong maafin Samu."

Tangisku semakin kencang. Apa yang kulakukan? Kenapa aku melakukannya? Aku menyesal.

Tak ada jawaban dari Atsumu. Pasti dia sangat kecewa dan tak ingin melihatku lagi.

"Tsumu maaf."

Tetap tidak ada jawaban. Tangisku tidak bisa berhenti dan justru semakin kencang. Hingga tiba-tiba aku merasakan kehangatan.

Tsumu memelukku.

Tsumu mengelus rambutku.

"Ini bukan salah Samu, ini salah Tsumu yang gak bisa jaga Samu dengan benar." Ucap Atsumu memegang kedua pipiku.

"Ini salah Samu, Samu udah ngecewain Tsumu." Ucapku menatap Atsumu yang masih memegang pipiku dengan senyumnya.

"Kenapa?" Tanyaku bingung melihat senyumnya, kenapa Atsumu tiba-tiba tersenyum?

"Mata lo indah." Ucap Atsumu seraya menghapus air mataku.

"Ini kan mata lo." Balasku.

"Enggak, itu punya lo sekarang. Anggap itu permintaan maaf gue atas kejadian malam itu ya Sam." Ucap Atsumu yang ku balas dengan anggukan.

"Oh iya Sam, makasih ya lo udah lukis bunga itu untuk gue. Sesuai janji gue, apa yang lo mau hmm?" Tanya Atsumu menatapku.

"Gue mau lo, gue kangen sama lo, gue gak bisa hidup tanpa lo." Jawabku membuat Atsumu sedih.

"Lo bisa hidup tanpa gue, gue akan selalu ada didekat lo, walau lo gak ngeliat gue, tapi gue ngeliat lo Sam. Jangan pernah ngerasa lo sendiri. Suna juga selalu ada buat lo." Jelas Atsumu kepadaku. Suna? Ia tiba-tiba teringat olehnya. Apakah Suna baik-baik saja sekarang? Semoga Suna baik-baik saja. Ini salahku, seharusnya aku memikirkan Suna ketika melakukan hal itu.

"Maaf ya gue gak bisa nepatin janji gue." Ucap Atsumu menundukkan pandangannya.

"Peluk gue lagi Tsumu, itu yang gue mau." Pintaku kepada Atsumu.

Atsumu pun langsung memelukku dengan erat. Hangat, damai, menenangkan. Itulah yang kurasakan saat ini.

Aku membalas pelukannya dengan sangat erat, aku tidak mau kehilangannya lagi.

Sampai tiba-tiba tubuh Atsumu memudar dihadapanku.

Atsumu yang menyadarinya melepaskan pelukannya dan tersenyum.

"Syukurlah ini belum saatnya Samu disini." Ucapnya mengelus pipiku.

"Tapi Samu mau sama Tsumu." Balasku memegang tangan Atsumu.

"Jangan gitu, itu bikin Tsumu sedih." Ucap Atsumu seraya menggelengkan kepalanya.

"Hidup yang lama untuk Tsumu ya, jangan ngelakuin hal itu lagi, mata ini, Tsumu bisa liat apa yang Samu liat, jadi jangan pernah Samu ngerasa sendiri ya." Ucap Atsumu seraya mengelus kelopak mataku.

"Jaga diri baik-baik ya Osamu, jangan kesini terlalu cepat, nanti Tsumu malah sedih hehe." Ucapnya diakhiri cengiran khasnya.

Tubuh Atsumu memudar dan tempat itu menjadi sangat terang menyilaukan. Sampai kubuka mataku kembali dan ku melihat plafon putih diatasku.

Osamu POV End

Osamu melihat kekanan dan kekiri. Ia menemukan seseorang disana. Bukan Atsumu atau Suna, melainkan Kita

"Kak?" Panggil Osamu dan Kita pun mendekatinya.

"Kau sudah sadar, Aran tolong panggilkan dokter kesini." Ucap Kita kepada Aran. Dan Aran segera pergi keluar ruangan menyisakan Kita dan Osamu berdua.

"Suna. Suna gimana kak keadaannya." Tanya Osamu dibalas usapan halus dirambutnya.

"Suna sudah tenang disana."

Ucapan Kita membuat Osamu terdiam, apa maksudnya tenang disana. Suna gak mungkin ikut Atsumu kan? Itulah yang ada dipikiran Osamu.

"Maksud kak Kita?" Tanya Osamu masih bingung.

"Suna udah gak ada Sam, dia tewas ditempat pada saat kecelakaan." Jelas Kita membuat Osamu mengeluarkan Air matanya.

"Samu, ini semua gara-gara Samu, harusnya Suna masih ada disini, Samu udah bunuh Suna." Ucap Samu semakin kencang menangis.

"Ini udah takdir Sam." Ucap Kita mencoba menenangkan Osamu.

"Tapi kak-" Ucap Osamu terpotong.

"Udah, yang terpenting sekarang Samu cepat sembuh, agar bisa menjenguk Atsumu dan Suna." Ucap Kita tersenyum hangat.











Gak! Gak bisa aku tuh diginiin😭😭😭

Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang