Masih dengan mata tertutup, telinganya menangkap melodi kehidupan lain. Suara yang menenangkan hati dan pikirannya. Kicauan dari burung yang dia sukai dan tanda orang lain di sekitar. Ingin sekali mata ini terbuka, melihat kegiatan apa yang dilakukan oleh orang di luar. Tapi tubuh lemahnya enggan untuk bangkit dari tempat ini.
Samar ia menangkap percakapan orang membicarakan hal-hal seperti sarapan dan obat. Otaknya masih memproses kata yang ia dengar. Bertanya tentang siapa yang sakit dan dengan siapa Zonghui Gege nya bercakap dengan sopan. Suara asing yang tak pernah ia rekam dalam memori.
"Bangunkan bocah itu. Sudah waktunya untuk meminumkan obat."
"Baiklah. Kau siapkan makanan di meja untuk pesakitan satunya."
Suara langkah kaki mendekat membuat Huaisang waspada. Satu langkah... Dua langkah... Dan di langkah ketiga, ia menghunuskan belati yang ia simpan.
"Wow! Santai Anak muda!"
"Kenapa?! Ada apa?" Kexing muncul dari ruang sebelah diikuti oleh Zonghui di belakangnya.
"Bocah kecil ini bangun dengan semangat. Bahkan belum sempat ku sentuh, dia sudah berani mengacungan pisau mainannya ke leherku."
Posisi sekarang membuat Kexing terkekeh. Zhou Zishu, mantan panglima perang, berada dalam tawanan bocah kecil yang lemah.
"Siapa kalian?! Kenapa aku ada disini? Zonghui!! Ambil pedangmu dan bunuh mereka segera!"
"Nie Er-Gongzi!"
Hanya dengan satu sentakan, situasi berbalik. Belati Huaisang mengacung tajam tepat di lehernya. Darah sudah merembes mengalir ke kerah bajunya.
"Zhou Daye!" mata Zonghui memohon untuk melepaskan Shaoye-nya.
"Daye?!" Huaisang kaget mendengar panggilan itu.
Kexing merasa situasi ini perlu segera dihentikan. Sudah cukup bermainnya dan waktu sarapan sudah hampir terlewatkan.
"A-Xu. Bisakah kita hentikan permainan ini? bocah itu baru bangun dari tidur panjangnya. Jangan menambah luka di tubuhnya. Kita baru merawat luka dada dan lengannya."
Zhou Xu melepaskan Huaisang dan melemparnya ke arah Zonghui seperti melempar kapas tipis. Huaisang masih memasang wajah waspada, membuat Kexing kembali bersuara.
"Bukan begitu cara berterima kasih kepada penolongmu. Bisakah kau lebih sopan dengan orang yang 100 tahun lebih tua darimu?!"
"Sekarang duduk!" titah Zhou Xu.
Zonghui menepuk bahu Huaisang dan menyontohkan untuk duduk sopan di depan makanan yang telah terhidang. Bunyi sumpit beradu dengan mangkuk memecah keheningan. Mereka terlalu lapar dan fokus menghabiskan makanan yang menggugah ini.
"Makan dengan hati-hati. Dia masih menyisakan beberapa di dapur. Kau bisa menghabiskannya nanti." Ujar orang yang ia acungkan pisau tadi.
Huaisang menunduk dan berhenti menggerakkan sumpitnya. Memikirkan ketidaksopanannya tadi kepada orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Dengan agak menyentak ia memundurkan kursinya.
Tiga orang didepannya kaget dengan gerakan tiba-tiba itu.
"Kenapa lagi?" tanya Kexing.
"Saya ingin meminta maaf kepada Zongzhu atas ketidaksopanan saya setelah bangun tadi."
Zhou Xu meletakkan mangkukdan menatap wajah serius Huaisang dalam meminta maaf.
"Jangan memanggil kami Zongzhu. Kami tidak setinggi dan setua itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith
FanfictionKisah ini dimulai setelah kematian Jin Guangyao yang menggemparkan dunia kultivasi. Nie Huaisang yang telah membalaskan kematian kakaknya, Nie Mingjue, kembali menjalani kehidupannya sebagai pemimpin Sekte Qinghe Nie. Dendam yang ia balaskan menjadi...