⚠️ Mature-Content ⚠️
-
Yiseul memandangi hasil ultrasonografi kehamilan yang diambilnya sekitar tiga tahun lalu. Menampilkan konfigurasi janin dalam kandungannya yang belum terlalu jelas.
Sembari menyandarkan salah satu lengannya pada sisi kusen jendela, terus memandangi foto sang calon buah hati. Dadanya sesak dan kerap dibanjiri air mata tiap kali memandang objek yang ada di hadapannya, pun dirinya tak pernah ikhlas jika diharuskan untuk membuang benda itu.
Andai saja waktu itu dirinya mampu menyembunyikan hal tersebut dari Namjoon. Namun nyatanya hal itu sangatlah mustahil. Melihat dirinya tinggal di bawah atap yang sama dengan pria itu.
Masa paling kelam semenjak dirinya disahkan sebagai pendamping hidup Ryu Namjoon tidak diukur berdasarkan parahnya habit pria itu dalam berganti pasangan bercintanya. Melainkan hari-hari dimana Namjoon terus memaksanya untuk menggugurkan bayi dalam kandungannya adalah satu dari sekian faktor yang membuat Yiseul menaruh rasa kepahitan terhadap Namjoon.
Gilanya, pria itu sama sekali tidak peduli bahkan menggunakan cara yang tidak manusiawi saat menghabisi nyawa bayi dalam kandungan Yiseul.
Yiseul berani bersumpah, sedalam apapun rasa bencinya terhadap Ryu Namjoon, Yiseul tak pernah membebankan rasa pegal hatinya terhadap sang bayi. Yiseul tak pernah menyalahkan kehadiran sang malaikat kecil dalam kandungannya, barang satu kali pun.
Sedari awal Yiseul berinisiatif untuk menyembunyikannya dari Namjoon. Tapi apa daya, saat kandungannya memasuki bulan keempat. Perut bulatnya semakin tampak jelas di balik fabrik yang ia kenakan. Yiseul sempat mengakalinya dengan cara menggunakan baju berukuran besar, namun semua usahanya sia-sia saja.
Hari itu, kala Namjoon mengajaknya berhubungan badan, di saat itu pula Namjoon menyadari perut Yiseul telah membesar.
"Gugurkan."
Yiseul meraih lengan pria itu, berharap ia mampu mencairkan hati Namjoon. "Namjoon-ah, kumohon dengarkan aku. Dia adalah anakmu, aku yakin karena aku tidak pernah berhubungan dengan pria manapun selain dirimu." Yiseul semakin buncah meski dirinya tidak sedang berbohong. Diletakkannya telapak tangan Namjoon di permukaan perutnya, berharap perasaan pria itu dapat diluluhkan.
Alih-alih memberinya usapan, Namjoon justru menepis tangannya. Mendekatkan wajahnya pada milik Yiseul sembari mencengkram dagu mungilnya. Tatapannya begitu tajam menusuk mata sembab Yiseul, juga tersirat rasa jijik dalam ekspresi wajah pria itu. "Katakan bagaimana aku bisa mempercayai wanita jalang sepertimu?"
"Beberapa bulan yang lalu kau menemui teman-teman masa kecilmu, lalu pulang dengan aroma alkohol menempeli pakaianmu."
Yiseul menahan air matanya, ia meremat ujung bajunya berusaha mengendalikan rasa marahnya yang berkecamuk. Semurahan itukah dirinya di mata Ryu Namjoon. Bukankah ini terbalik, seharusnya Yiseul yang berhak merasa kesal karena suaminya selalu berhubungan dengan wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vindictive [M]
Фанфик"There is nothing on which it is so hard as poverty." - Sebuah rangkaian kata afirmasi yang dipegang erat oleh setiap individu. Terutama bagi kaum proletarian dimana mereka mendambakan stabilitas finansial, juga yang terklasifikasi sebagai borjuis s...