⚠️ Semi-Mature ⚠️
—Hari itu manakala daksa Yiseul masih berbalut seragam sekolah. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya. Bergegas untuk kembali ke rumahnya yang mewah—dengan luas tanah yang menarik tarif pajak bumi dan bangunan bukan main, namun ia yakin wisma nyaman yang kini ditinggalinya itu tak akan bertahan lebih lama lagi.
Pahit memang, ia terlihat kaya dari luar. Sampai-sampai pihak sekolah tidak mempercayainya ketika dirinya mengajukan permohonan keringanan biaya sekolah. Nyatanya ia harus mengambil banyak pekerjaan paruh waktu di usianya yang masih menduduki bangku sekolah menengah pertama demi menghidupi dirinya sendiri.
Peringatan kematian kedua orang tuanya yang ke seratus hari, menjadi satu alasan mengapa Yiseul meninta izin agar dapat pulang lebih cepat dibandingkan dengan biasanya.
Tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumahnya. Hanya ruang hampa dengan sedikit furnitur dan minim cahaya, itu karena setiap hari Yiseul harus memutar otaknya sedemikian rupa mengelola krisis moneter yang dialaminya. Ia harus menjuali furnitur yang ada di sana juga mengurangi biaya listrik, untuk disisihkan dananya yang kemudian akan ia gunakan untuk membeli unit apartemen untuk dirinya dan kakaknya.
Setidaknya biaya hidup di apartemen sederhana akan lebih realistis— jika ia membeli unit apartemen kecil-kecilan, dirinya masih mampu mengelola sisa uang yang tersedia agar jangan sampai mereka terjebak ke dalam kesulitan finansial.
Yiseul mengambil sepiring buah yang akan disantapnya. Meletakannya di atas meja makan sembari dihadapkan dengan objek kayu yang membingkai potret kedua orang tuanya. Lebih tepatnya ibu kandung Yiseul bersama dengan ayah tirinya. Ayah Taehyung.
Peringatan ini tidak dilakukannya secara formal. Ia tak menyediakan dupa maupun puspa. Hanya seakan-akan dirinya tengah menjamu mendiang kedua orang tuanya itu dengan buah-buahan yang juga ia makan. Sesekali ia berbincang dengan objek tak bernyawa itu, mengutarakan rasa rindunya kepada mereka. Terutama untuk sosok ibu yang selalu ada untuknya. Kendati suami kedua dari ibunya itu memiliki predikat sebagai ayah tiri untuknya, namun semasa hidupnya beliau memperlakukan Yiseul dengan sangat baik dibandingkan ayah kandungnya yang terdahulu.
Kepribadian ayah tirinya itu sangat kontras dengan anak lelakinya. Yang bahkan tidak berinisiatif meluangkan waktunya sejenak untuk memperingati kepergian orang tua mereka. Yiseul tak lagi mempedulikan kebiasaan Taehyung yang selalu pulang hingga larut malam bahkan subuh sekalipun di hari sakral seperti kali ini.
Jarum jam terus berputar, Yiseul telah bercerita banyak di hadapan foto mendiang kedua orang tuanya. Mengenai hari-harinya di sekolah juga di tempat kerjanya. Tentu cerita-cerita senang saja yang ia sampaikan. Yiseul tak ingin menumpahkan keluh kesahnya supaya kedua orang tuanya dapat beristirahat dengan tenang di atas sana tanpa harus ikut menanggung beban hidup anaknya.
Bertepatan kala Yiseul hendak membereskan semua barangnya, ia mendengar adanya suara pintu yang dibuka. Lantas ia segera berlari kecil menuju akses masuk rumahnya itu. Memastikan apabila yang baru saja datang itu adalah kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vindictive [M]
أدب الهواة"There is nothing on which it is so hard as poverty." - Sebuah rangkaian kata afirmasi yang dipegang erat oleh setiap individu. Terutama bagi kaum proletarian dimana mereka mendambakan stabilitas finansial, juga yang terklasifikasi sebagai borjuis s...