Unforgettable

25 5 0
                                    

Hujan sore hari ini turun cukup deras, Anca yang memiliki rencana untuk menanam kangkung dan bayam terpaksa ditunda sampai hujannya berhenti. saat-saat kondisi seperti ini paling nikmat ditemani dengan mie kuah buatan. Anca beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju kamar Raini, belum sempat Anca membuka pintu kamar Raini. ia mendengar isak tangis dari dalam kamar, dengan perasaan takut Anca terpaksa membuka pintu Raini tanpa ketukan. ia takut jika terjadi apa-apa dengan Raini. 

"RA" panggil Anca. 

"kenapa Ca" tanya Raina heran melihat wajah Anca pucat. 

"lo sakit ?" Tanya Raini. 

"Enggak, lo kenapa anjir. tiba-tiba nangis?" 

"Oh, gue nonton filmnya bang D.O. "

"DO ? drop out ?" 

Raini memutar bola matanya malas, ia sama sekali tidak ingin menjelaskan siapa D.O. kepada Anca. tetapi jika Raini tidak memberikan penjelasan kepada Anca, bisa-bisa Anca akan salah mengartikannya. 

"D.O. DOH KYUNG-SOO MEMBER EXO !!!!! BUKAN DROP OUT GILAK !!!!!" suara Raini melengking sehingga menusuk gendang telinga Anca. 

"MAKANYA YOU PUNYA MULUT DI JELASIN BEGO" balas Anca tak mau kalah. 

"INI GUE LAGI JELASIN PABO"

" Ra, kalau lo ngomong gak usah pakai kata-kata asing. guenya gak paham bego"

"PABO YA!" 

"Dahlah, gue cabut" 

"cabut kemana dah?" 

"Bikin mie lah, walaupun mie gue gak seenak bikinan lo"

"ANJAY" 

setibanya di dapur, Anca mulai menuangkan air kedalam panci. ia membuka kemasan mie, lalu mengambil satu butir telur. Anca mempertimbangkan apakah sebaiknya mie yang ia masak di tambah dengan beberapa biji cabe atau menggunakan saus pedas saja. setelah mempertimbangkan cukup sebentar, Anca memilih menggunakan saus pedas saja. 

 langkah terakhir yaitu Anca memasukkan telur kedalam mie kuahnya, setelah diaduk cukup sebentar. Anca menuangkan mie kuah miliknya ke dalam mangkok dan Anca menambahkan saus pedas kedalam mie kuah tersebut. 

"enak banget" Puji Anca, padahal Anca belum menyantap mienya sedikit pun. 

Anca membuka jendela kamarnya dan menyeret meja serta kursi kearah jendela. percikan air hujan dikit demi dikit mulai membasahi mejanya. tetapi rasanya terlihat nyaman untuk saat ini. air mata Anca kembali membasahi pipinya. ia teringat kembali akan ucapan ayahnya beberapa bulan yang lalu. 

"sampai kapanpun Anca gak bakal lupa sama ucapan ayah" batin Anca. 

"Anca tau, Anca belum bisa memberikan manfaat untuk ayah. jauh berbeda dengan ayah yang selalu bermanfaat untuk orang disekitar. tapi apa mungkin Ayah tega untuk melontarkan kata-kata kasar buat Anca, Ayah gak tau gimana keadaan mental Anca sekarang"  

Dada Anca terlihat naik turun, rasanya sesak ketika mengingat kejadian yang tidak dapat Anca lupakan. Bukan hanya Ayahnya saja yang memandang sebelah mata kehidupa Anca, seluruh tetangga serta keluarga besar Anca selalu menganggap remeh Anca. 

"ayah doakan kamu gak akan bisa sukses Ca, kamu gak akan bisa hidup bahagia sampai kapanpun" 

apakah pantas seorang Ayah mengucapkan kata-kata seperti itu kepada anaknya sendiri ? tetapi sampai kapan pun orang lain akan lebih berempati kepada Ayahnya, karena apa ? ayah Anca memiliki ternak Ayam terbesar di kotanya. dan dari covernya saja ia terlihat seperti sosok pria sabar, sosok ayah yang menyanyangi keluarganya. 

TIDAK MASALAH, SEBELUM TERLAMBAT !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang