3. Di Perpustakaan

7 2 0
                                    

Dhira sudah bersama dengan Aheng di kantin. Tepat setelah bel istirahat berbunyi, mereka pergi ke kantin bersama.

"Temen baru lo ngga diajak?" tanya Aheng sembari mengaduk jus alpukat yang ia pesan.

"Mahen? oh, tadi dia bilang mau bareng sama temennya."

"Buset udah dapet temen aja. Cepet banget."

"Mahen kenal sama anak kelas sebelah. Kalo ngga salah sih yang namanya Jeffrey." balas Dhira.

"Hah?" Aheng buru-buru menelan jus alpukat yang baru saja ia minum.

"Maksud lo Jeffrey yang ketua club basket?" tanya Aheng.

Matanya sampai melotot. Kayaknya bentar lagi sudah mau keluar. Dhira mengangguk dengan cepat. "Iya, katanya sih temen lama dia pas di Kanada." tambahnya.

Aheng menggelengkan kepalanya, "Gila sih, bentar lagi langsung terkenal tuh anak." ujarnya kembali meminum jus alpukat yang tadi.

"Leo bakal kalah tuh."

Dhira tertawa kecil bersamaan dengan datangnya Leo ke meja yang mereka tempati sekarang. Ia datang bersama dengan Juna, adiknya Aheng yang beda tiga menit saja.

"Kata Bunda, lima belas ribu punya lo yang satu lagi buat gue. Jadi siniin, itu bukan jatah lo." ucap Juna yang baru datang.

Aheng hanya menatap datar ke adiknya. Masalahnya, Aheng sudah memakai uang lima belas ribu tersebut untuk ia belikan mie ayam dan jus alpukat.

Uangnya hanya tersisa sepuluh ribu. Niatnya buat ditabung. "Lo ga usah jajan dulu deh, nih makan aja mie ayam gue." balas Aheng.

Juna menepuk lengan Aheng cukup kencang, "Pasti udah lo jajanin, kan?" Yang ditanya hanya cengengesan sambil nyeruput jus alpukat.

"Ya udah nih, tapi sepuluh ribu doang." Akhirnya Aheng mengeluarkan uang sepuluh ribu yang ia punya dari saku celananya. Lalu diberikan kepada Juna.

Belum menerima uang tersebut, Juna sudah protes lagi. "Gue mau beli apaan kalo cuma dapet sepuluh ribu doang?" tanya Juna.

"Mie ayam setengah porsi sama es teh manis." balas Aheng.

Juna menghela napasnya kasar. Namun ia tetap mengambil uang sepuluh ribu tersebut. Dari pada dia harus tahan lapar di kelas, lebih baik ia belikan mie ayam setengah porsi rekomendasi dari Abangnya tadi.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Aheng kepada Leo. Bahkan ia tidak sadar kalau Dhira sudah tidak ada di sebelahnya.

Dhira sudah pergi saat Aheng sedang berbicara dengan Juna. Setelah mengembalikan mangkok mie dan gelas bekas minum, ia bergegas ke lantai 2.

"Dhira!"

Gadis itu berbalik badan menatap kepada seseorang yang baru saja memanggil namanya. Ternyata itu adalah Jeffrey yang tengah membawa buku-buku bersama dengan Edwin.

"Mau ke mana?" tanya Jeffrey ketika sudah berada di sebelah Dhira.

"Ke perpustakaan. Kenapa?" tanya Dhira.

"Engga, gue juga mau ke sana. Mau bareng?"

"Boleh, itu mau dibantu bawa buku-bukunya?"

Jeffrey tersenyum sampai lesung pipinya terlihat. Dhira mengambil tiga buku dari tangan Jeffrey. Buku-buku yang Jeffrey dan Edwin bawa cukup tebal. Jadi, tiga pun sudah lumayan berat.

"Buruan Jeff, berat nih!" Rutuk Edwin alias Winwin yang berada di belakang Jeffrey.

Mereka bertiga pun berjalan bersama sampai ke perpustakaan. Dhira masuk terlebih dahulu setelah melepas sepatunya. Lalu Jeffrey, baru yang terakhir masuk adalah Winwin.

"Permisi Miss, ini buku-buku yang baru datang tadi." ujar Jeffrey.

"Tolong diletakkan juga di raknya ya."

Jeffrey mengangguk, lalu berjalan terlebih dahulu untuk meletakkan buku-buku tebal ini sesuai dengan raknya. Sementara itu, Dhira malah pergi melihat-lihat ke rak buku yang lain untuk memilih buku bacaan.

"Sudah diletakkan semua Miss,"

"Oke, terima kasih ya Jeffrey dan Edwin. Sama tadi ada anak perempuan yang bawa buku-buku juga ya? Ke mana dia?"

Ya, perempuan yang dimaksud itu adalah Dhira. Kini ia tengah duduk di salah satu kursi yang terletak di pojok ruangan. Ia mulai membuka halaman pertama dari buku yang dipilihnya.

"Oh, Dhira? Tadi Dhira ikut bantu. Kayaknya dia udah keluar duluan."

"Ah iya, Dhira. Ya sudah, kalian boleh balik lagi ke kelas atau kalau mau baca buku silahkan. Tapi jangan sampai ada sisa-sisa keripik lagi disini."

Jeffrey tersenyum miris mendengarnya. Edwin malah menahan tawanya. Dulu, saat Jeffrey datang ke perpustakaan lalu membaca buku di sini, dia membawa keripik kentang.

Kebetulan perpustakaan sedang sepi. Ia dengan santainya memakan keripik kentang tersebut sambil membaca buku komik. Keesokan harinya, ia ditegur karena hal tersebut.

Keripik kentangnya ada yang berjatuhan ke karpet lantai perpustakaan. Sampai pada akhirnya petugas OB mengecek cctv perpustakaan. Ternyata Jeffrey lah pelakunya.

"I-iya Miss,"

Telinga Jeffrey sudah berubah menjadi merah. Pipinya juga bersemu karena menahan malu. Jeffrey buru-buru pamit keluar.

"Gue duluan ya Jeff," ujar Winwin.

Jeffrey mengangguk sebagai balasan. Selesai memakai sepatu, ia melihat ke kanan lalu ke kiri. Mencari-cari sosok Andhira yang tiba-tiba menghilang.

"Apa dia di perpustakaan?" tanya Jeffrey pada dirinya sendiri.

Ia kembali membuka sepatunya kemudian disimpan di rak sepatu. Jeffrey kembali masuk ke perpustakaan. Mencari Andhira di berbagai sisi dan sudut perpustakaan.

Usahanya tidak berujung sia-sia, buktinya sekarang ia sudah menemukan Dhira yang tengah fokus membaca buku.

Jeffrey duduk di kursi sebelah Dhira. Memperhatikan  gadis tersebut yang belum sadar akan kedatangan Jeffrey. Tanpa ia sadari, senyuman kecil telah terbit di bibirnya. Sampai pada akhirnya, Dhira menoleh ke Jeffrey.

Wajahnya langsung berubah menjadi datar. Namun pipinya masih bersemu.

"Loh? Dari kapan kamu di sini?" tanya Dhira dengan suara yang pelan. Namun Jeffrey masih bisa mendengarnya.

"Dari tadi, tapi kamu ngga sadar. Fokus banget baca bukunya." Balas Jeffrey.

Semburat merah muda di pipinya lama-lama memudar. Ia sudah mulai mengendalikan detak jantungnya lagi.

"Eh? Maaf ya,"

Jeffrey menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa, aku boleh gabung buat baca buku?" Tanya Jeffrey.

"Boleh, tapi mana buku yang mau kamu baca?"

Jeffrey menepuk jidatnya sampai berbunyi ctak!Beberapa murid yang sedang duduk di meja dekat mereka pun melemparkan pandangannya ke arah Jeffrey. Seolah-olah mereka berkata, Ini perpustakaan, jangan berisik.

Dhira tersenyum kecil, "Mau baca ini?" tanya Dhira memperlihatkan satu buku lain yang ia ambil dari rak yang berbeda dengan buku yang sedang ia baca.

"Sains? Kamu suka sains?" Jeffrey menerima buku tersebut dari Dhira.

"Ya, kenapa? Kamu ngga suka hal-hal berbau sains ya?" tanya Dhira.

Jeffrey hanya tersenyum. Ia bingung ingin jawab apa. "S-suka kok. I-ini mau dibaca." ujarnya terbata-bata.

Demi Dhira.


















apa sih yg engga buat doi
jiakh

pendekatan|jaehyun (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang