"Dhira, kelas 11-1." Dhira membalas jabatan tangan Jeffrey. Lelaki di depannya tersenyum manis sampai lesung pipinya terlihat. Wajar saja jika Dhira tidak mengetahui hal itu. Ia jarang sekali melihat berita-berita di sekolah. Dhira lebih tertarik untuk membaca buku-buku tebal sambil makan keripik singkong kesukaannya.
"Udah lima menit kalian jabat tangan." ucap Mahen yang merasa tidak dihiraukan.
Memang belum sampai 5 menit. Namun Mahen tidak ingin dirinya hanya diam mematung sambil memandangi kedua temannya yang baru kenal satu sama lain. Kalau kata anak zaman sekarang, Mahen itu nyamuk di antara Jeffrey dan Dhira.
Dhira buru-buru melepaskan jabatan tangannya. Lalu berpamitan untuk kembali ke kelas terlebih dahulu. Jeffrey menatap kepergian Dhira sambil tersenyum sampai lesung pipinya muncul kembali. Melupakan Mahen yang masih berdiri di sebelahnya.
"Jeff? Lo sehat, kan?" Mahen menyenggol pergelangan Jeffrey cukup kencang.
"Sehat lah!" jawab Jeffrey dengan semangat.
"Nih, pegang." Jeffrey memberikan bola basketnya kepada Mahen.
"Loh, kok?"
"Jangan lupa dibalikin ke tempat penyimpanan alat olahraga!" teriak Jeffrey mengingatkan kawannya. Ia malah berlari menaiki tangga menuju lantai dua.
Mahen mendengus kesal. Ia pun berjalan sendirian ke ruangan khusus yang digunakan untuk menyimpan alat olahraga.
Sementara itu, Dhira baru sampai di ruang kelasnya. Tadi ia sempat melihat Aheng yang tengah dikerubungi oleh anak perempuan. Biasalah, Aheng kan banyak penggemarnya.
Dhira duduk di kursinya lalu meneguk air mineral yang ia bawa dari rumah. Capek juga kalau lari naik tangga dari lantai satu sampai lantai dua. Ia melihat sekilas ke arah jam dinding yang berada di kelas. 10 menit lagi bel masuk berbunyi.
Hal yang biasa dilakukan Dhira saat menunggu bel masuk berbunyi adalah membaca buku atau mengulang materi yang sudah dipelajari. Kini, gadis itu mulai membuka buku pelajaran IPA. Tubuhnya agak sedikit membungkuk ketika mulai fokus membaca materi.
Tangannya sibuk menandakan kalimat-kalimat penting yang terdapat di halaman tersebut menggunakn stabilo. Ia akan merangkum materinya saat pulang sekolah atau saat jam pelajaran tengah kosong.
Setelah pelajaran pertama dimulai, Dhira benar-benar fokus memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Begitu juga dengan Mahen, yang duduk tidak jauh dari tempat Dhira. Sesekali ia memandangi gadis yang baru saja ia kenal tadi pagi.
"Hei, kamu!"
Satu kelas langsung mengalihkan pandangannya ke Mahen—kecuali Dhira. Ia sibuk mencatat kalimat-kalimat penting dari powerpoint yang sedang ditampilkan.
Teman sebangku Mahen menepuk pundak lelaki itu dengan cukup kencang.
"Eh, apa? Kenapa?" tanya Mahen yang baru sadar dari lamunannya.
"Mahen, kamu mau liatin Dhira atau belajar Bahasa Indonesia sama saya? Atau kamu mau saya suruh keluar lalu berdiri di tengah lapangan sampai bel istirahat berbunyi?"
"Eh, em.. itu-"
"Itu apa?"
"Saya mau lanjut belajar Bahasa Indonesia sama Ibu."
"Baik, kamu perhatikan penjelasan saya, dengar baik-baik, jangan malah liatin temen kamu."
Mahen menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Ia mulai memperhatikan penjelaan gurunya lagi.
Di kelas Jeffrey, hari ini guru mapelnya sedang izin tidak masuk. Maka dari itu, satu kelas diberi tugas dari materi yang sudah dijelaskan minggu lalu.
"Jeff, bareng mau ngga?" tanya Edwin yang kerap dipanggil Winwin.
"Engga dulu deh Win, gue lagi males." balas Jeffrey yang langsung meninggalkan kursinya. Ia berjalan keluar kelas untuk mencari udara segar.
Untuk masalah pelajaran, Jeffrey memang pemalas. Tidak seperti Edwin yang terlihat sangat bersemangat saat belajar. Namun, Jeffrey sudah memiliki beberapa prestasi dari club basket sekolahnya. Ia sudah beberapa kali mengikuti lomba-lomba.
Tidak ada satu pun murid yang keluar kelas saat jam pelajaran telah dimulai—kecuali ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda. Jeffrey memandangi sekelilingnya. Ia tersenyum saat sebuah ide muncul di kepalanya.
Jeffrey berjalan secara perlahan menuju kelas sebelah yaitu, kelas 11-1 dimana Dhira dan Mahen tengah memerhatikan materi pelajaran. Kebetulan ada satu jendela yang gorden-nya tidak tertutup rapat. Jeffrey pun menjadikannya celah untuk melihat atau lebih tepatnya mengintip kegiatan kelas tersebut.
Karena tubuhnya yang cukup tinggi, Jeffrey harus agak membungkuk. Mata elangnya langsung bisa menemukan Dhira yang sedang menulis sesuatu di buku catatannya.
Tiba-tiba Dhira menoleh ke arah jendela yang Jeffrey jadikan celah untuk memerhatikannya dari jauh. Lelaki itu pun segera memalingkan wajahnya. Berpura-pura seperti tengah berjalan melewati kelas 11-1.
Dhira kembali fokus memerhatikan guru yang masih menerangkan materi pelajaran.
"Jeff, lo ngapain disini?"
Jeffrey menoleh ke sumber suara. Ternyata itu Mahen, yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Gue habis dari kamar mandi." balas Jeffrey dengan nada santai sambil mengarahkan telunjuknya ke arah yang berlawanan.
"Lo cewek atau cowok?" tanya Mahen.
"Cowok lah!"
"Lah, terus kenapa lo nunjuk ke arah kamar mandi cewek?"
Jeffrey menoleh ke belakang, melihat sekilas ke tanda panah yang menunjukkan arah kamar mandi.
"Engga kok, disana ada juga kamar mandi khusus cowok."
"Di mana? Itu di samping kamar mandi cewek aja tembok." Mahen menggelengkan kepalanya, lalu berjalan menuju kamar mandi khusus pria.
Jeffrey menghela napas. Bisa-bisanya ia tertangkap basah tengah berada di depan kelas 11-1. Rencananya gagal, ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Padahal kalau Mahen tidak keluar dari kelasnya, Jeffrey bisa lebih lama menatap Dhira dari luar kelas.
—
Jangan lupa klik ikon bintang
di pojok kiri bawah 🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
pendekatan|jaehyun (on hold)
Fanfic[on going] ft. jeong jaehyun ▶ cerita tentang jeffrey yang berusaha mendekati gadis bernama andhira. ↳ nonbaku, long fanfiction (more than 10 chapters). ー 140522 © monsteurachan|may 2022