Episode Sebelas

1.4K 164 30
                                    

Gega POV

Aku sangat belum siap ketemu dengan orang tuaku. Mereka juga turut andil hancurnya diriku beberapa waktu yang lalu. Mereka tidak mau mendengar apapun yang bakalan aku bilang ke mereka. Tapi mereka cuma menganggapku sebuah kegagalan mereka. Mereka hanya menganggap aku ini pembawa malu nama Gallardo.

Awalnya aku selalu ditanyain anaknya Ricardo dan Layla Gallardo bukan. Aku selalu jawab, bukan. Cuma kebetulan namanya sama aja. Aku pengen banget ganti nama belakangku. Tapi mana bisa. Selain susah urus administrasi, nickname ku aja juga dari mereka. Ribet dah ah. Akhirnya aku biarin aja.

Bawa nama orang tua yang selalu menekan dan gak supportif itu bebannya berkali-kali lipat ketimbang yang cuma nekan aja tapi supportif. Setidaknya mereka tau kemampuan anaknya dan tau kekurangan anaknya dimana.

Orang tuaku memang meminta aku jadi arsiktek, tapi mereka juga yang menjungkalkan aku keluar dari bidang arsitek. Passionku sedari dulu bukan di bidang orang tuaku, arsitek dan properti. Aku lebih suka bikin sesuatu yang beda. Pengen ngembangin usaha apapun. Yang penting aku bisa mengelolanya dan memasarkannya.

***

Setelah kejadian aku meninggalkan lobby hotel dan berlari sejauh mungkin, Riana menemukan aku gak jauh dari hotel dan kita berdua kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan Riana hanya diam dan menggenggam tangan kananku dengan erat. Sesekali Riana menoleh ke arahku. Wajahnya terlihat sangat khawatir dengan kondisiku.

Terasa usapan lembut dari ibu jari Riana ke tanganku. Dia lakukan itu terus menerus agar aku semakin tenang.

"Kamu udah lebih tenang Ge? Kamu butuh apalagi sebelum kita bener-bener pulang?" Riana memastikan apa aku sudah lebih tenang ato belum.

"Udah. Makasih ya udah ada untuk aku. Gak butuh apa-apa lagi. Aku pengen rebahan aja sama kamu. Just stay with me, please." Aku jawab Riana dengan suara yang pelan.

"I will. Kamu coba tidur dulu sebentar ya. Nanti aku bangunin kalo kita udah nyampe apartemen. Okay?"

"Okay." Aku memejamkan mataku.

***

Begitu sampai apartemen, seperti janji Riana tadi, ia membangunkanku perlahan. Riana segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk aku. Riana juga mengulurkan tangannya lalu menuntunku keluar dari mobil dan memasuki apartemen kita.

Di lobby apartemen, ada sosok perempuan yang familiar sekali dari belakang. Mungkin aku tau sapa dia, aku diam saja dan mengikuti kemana langkah kaki Riana mengajakku.

Tetiba, langkah kaki Riana terhenti dan menyapa perempuan itu. "Jasmine? Kok bisa di sini? Ada kerabat kah disini?"

"Um, uh, aku baru sewa apartemen di sini. Tapi owner-nya PHP-in aku nih kayaknya. Aku nungguin udah dari jam 7 tadi sih. Aku balik aja kalo gitu. Duluan ya, bye." Jasmine terkaget dengan suara Riana yang menyapanya, mata Jasmine sempat melihat ke tanganku dan tangan Riana yang masih bergandengan. Sewa apartemen di sini? Kayaknya gak mungkin.

"Eh tunggu Jas. Naik yuk, kita ngobrol-ngobrol di atas aja. Kayaknya kamu butuh temen ngobrol." Ajak Riana. Dan ngapain coba Riana ajak dia ke apartemen kita. Bikin semakin rumit aja.

Aku lagi pengen diem aja dan gak pengen nanggepin apapun yang dibilang Riana ke Jasmine. Aku berharap bisa istirahat malah jadi gini.

Complicated [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang