Chapter[1]

60 7 5
                                        

Kesya Ramona adalah nama gadis cantik itu. Gadis cantik yang kini tengah menangis terisak di dalam UKS yang sepi. Tubuhnya bergetar, ia nampak memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya diantara lipatan kakinya.

Jam istirahat sekolah sudah lama berakhir, tapi Kesya nampak tidak memiliki niatan untuk kembali kekelasnya, dan entah untuk yang keberapa kalinya ia membolos disemester pertamanya ini.

Selama hampir tiga bulan menjadi murid sma, Kesya merasa hidupnya seperti didalam neraka. Rasa takut kian membuncah dalam dirinya hingga hanya untuk sekedar bernafas saja rasanya sulit.

Kesya putus asa, setiap perlawanannya malah selalu menambah penderitaan dan rasa sakitnya. Ia ingin menyerah, tapi setiap kata menyerah tercetus dalam benaknya, kemarahan selalu menahannya untuk tidak menyerah.

Ini hidupnya, dan hidupnya adalah hak dan tanggung jawabnya.

Tapi kenapa...

Lama dalam pemikirannya, tak terasa bel pertanda pulang berbunyi, Kesya tidak sadar sudah berapa lama ia mendekam didalam UKS, saat mendongak dan mencoba menggerakkan kakinya, Kesya meringis karena sakit yang ia rasakan akibat kakinya yang kesemutan.

Kesya ingin pulang.

Setelah menunggu beberapa saat, Kesya berdiri dan langsung menuju kelasnya, meski dengan hati yang masih was-was. Takut jika ia akan bertemu dengan mereka.

Sesampainya dikelas, Kesya menghela nafas lega karena ruang kelas sudah kosong, ia lalu masuk berniat untuk mengambil tasnya.

Kesya membeku.

Disana, di atas tas miliknya, terdapat foto dirinya saat menangis didalam UKS tadi. Degup jantung Kesya mulai berdetak tidak normal, ia menoleh kesana kemari mencoba melihat apakah ada orang lain selain dirinya disekitar kelasnya.

Tapi tidak ada seorangpun, hanya dirinya saja, dan ia bersyukur akan hal itu. Kesya perlahan mengambil foto itu, dan mendapati pesan disana.


Kamu sudah menyadarinya?

Btw, saat menangispun
kamu terlihat sangat
CANTIK

BY: R.R

Tangannya gemetar. Kesya segera merobek foto itu, dan dengan buru-buru mengambil tasnya dan segera berlari keluar kelas.

***

Didalam kamar Kesya merebahkan dirinya di atas kasur. Mencoba berpikir mencari cara agar ia bisa lepas dari semua masalahnya.

Ada banyak hal yang Kesya ingin lakukan di masa SMA-nya, tapi dari sekian banyak tidak ada satu hal pun yang tercapai.

Semua itu karena Rafael, lelaki bajingan yang selalu mengganggu hidupnya. Setelah  hampir dua tahun tak pernah bertemu kini kehidupannya kembali ingin dimonopoli.

Kesya benci itu.

Ia ingin bahagia dengan caranya. Berteman dengan siapa yang diinginkannya dan melakukan apapun yang ingin dilakukannya.

Dan untuk hal itu, nampaknya ia harus menderita lebih banyak lagi dari ini.

Tidak ada yang bisa ia lakukan. Ingin pindah sekolah tapi ia tak tega memintanya kepada ibunya yang harus mencari uang sendiri. Ayahnya sudah lama meninggal, meninggalkan Kesya dan dua adiknya yang perempuan dan laki-laki bersama dengan ibunya.

Pindah sekolah juga memiliki biaya, dan bagaimana ia harus menjelaskannya kepada ibunya, ia baru bersekolah selama tiga bulanan.

Apa ia harus menceritakan pembullyan yang diterimanya?

Tapi bagaimana perasaan ibunya nanti saat ia tahu putrinya mengalami hal mengerikan itu. Bukankah ia hanya akan menambah beban pikiran ibunya?

Matanya terasa panas, air matanya jatuh. Disaat seperti ini Kesya begitu membenci dirinya. Kenapa ia begitu lemah dan penakut.

Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis dan menangis. Ia ingin melawan, tapi kenapa itu terasa sangat berat untuk dilakukan.

Ting

Dering handphone miliknya membuyarkan semua pikirannya, Kesya segera melihat pesan yang baru saja masuk dari no yang tidak dikenal.

Insting Kesya tahu siapa pengirim pesan tersebut. Ia enggan untuk membaca tapi tetap saja ia buka lalu membacanya.

08xxxxxxxx34
Apa yang sedang kau pikirkan dengan begitu serius, sayang?

Membaca itu Kesya langsung mendongak, darimana lelaki itu tahu.

Tidak mungkin.

Kesya langsung berdiri dan mengacak-acak kamarnya dengan degup jantung yang sangat mengerikan.

Kumohon.

Kesya terus mencari, tapi tak kunjung menemukannya, air matanya kembali mengalir, ketakutan menggerogoti hatinya.

Saat itu handphonenya kembali berdering.

08xxxxxxxx34
Mau kuberikan petunjuk dimana aku meletakkannya:)

Dan saat itu juga tubuh Kesya meloroh kelantai.

Kumohon jangan seperti ini.

"Aku takut"



Love is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang