~Selamat membaca~
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
.
.
.“Apa aku mengganggu gege ?”
Pemuda yang sedang serius menulis itu sedikit mendongak. Mengetahui siapa yang datang dia mengembangkan senyum dengan sangat lebar. Xiao Zhan bahkan takut, mungkin dia akan merobek bibirnya karena senyum kelewat lebarnya itu.
“Tentu saja tidak. Apa yang kau lakukan di sini ? Apa sudah memikirkan jawabannya ?” Huang Jingyu.
Pemuda tampan itu terlihat begitu senang dan tidak sabar mendengar jawaban dari pemuda manis di depannya.
Meski kemaren mendapat respon yang tak sesuai dengan ekspektasinya. Dia masih berusaha untuk tetap optimis.
Jika saja dulu ia tidak egois dan tak terlalu memikirkan penilaian orang lain. Jika saja ia mau jujur atas perasaanya sendiri. Mungkin saja sekarang ia bisa memiliki pemuda manis itu sebagai kekasihnya. Ia menyesal sekarang. Sangat menyesal.
Dulu ia merasa malu jika harus dianggap gay oleh teman – temannya. Meskipun harus mengorbankan perasaanya sendiri saat itu. Oleh karena itu dia tanpa pikir panjang lebih memilih berkencan dengan Liu Yifei yang kebetulan mengatakan, jika wanita itu mencintai dirinya.
Jika dan jika. Ia terus berandai - andai dan menyesali keputusunnya saat itu. Tak ingin mengulangi kesalahan lagi, Jingyu bertekad untuk mendapatkan hati Xiao Zhan kali ini. Ia akan berusaha melakukan apapun asalkan bisa mendapatkan hati pemuda manis itu sekali lagi.
Menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Xiao Zhan akan mengatakannya sekarang. Ia sudah yakin dengan hatinya sekarang. Saat akan menjawab, mata bulat itu teralihkan oleh kertas berisi tulisan tangan di atas meja. Zhan merasa asing dengan tulisan tangan tersebut.
Bukankah seharusnya ia akan familiar dengan tulisan seniornya. Karena dulu semasa sekolah seniornya itu sering meminjamkan buku catatannya pada Zhan. Bahkan terkadang dia memberikannya dan mengatakan jika dia tak lagi membutuhkan buku – buku itu.
Apakah tulisan tangan seseorang berubah seiring berjalannya waktu. Itu bisa saja terjadi. Xiao Zhan pernah membaca artikel yang menjelaskan perubahan karakter seseorang juga mempengaruhi gaya tulisan tangannya. Namun selama seseorang tidak mengalami proses hidup yang drastis, tulisan tangan pun tidak akan berubah drastis.
Xiao Zhan yakin itu adalah tulisan tangan dari dua orang yang berbeda. Entah mengapa tiba – tiba yang terpikirkan olehnya adalah Wang Yibo. Dia akan melihat lagi buku - buku catatan itu setelah pulang nanti.
“Hey !” Jingyu melambaikan tangan di depan Zhan mengembalikannya pada situasi saat ini.
“Ah ehm ge, sepertinya aku harus kembali sekarang. Aku baru ingat harus ke perpustakaan mencari buku.” Ucap Zhan cepat sebelum berlari meninggalkan Jingyu yang terbengong di tempat duduknya.
.
.
.Di Perpustakaan.
Zhan bahkan tak berencana untuk menemui pemuda berwajah datar di depannya saat ini. Bukan tidak. Hanya saja, belum.
Entah mengapa setiap kali berhadapan dengan Yibo, Zhan selalu merasa sedikit sesak napas. Seakan udara disekitarnya menipis dan perlahan menghilang. Namun juga ada perasaan senang. Perutnya terasa geli seperti jutaan kupu – kupu berhamburan di sana. Merasa gugup sekaligus antusias saat matanya bertemu tatap dengan mata setajam elang milik pemuda tersebut.
Wang Yibo berjalan mendekat ke arahnya. Zhan merasakan saat ini jantungnya berirama tak beraturan hampir – hampir meloncat keluar dari rongga dadanya.
Keduanya hanya saling tatap untuk waktu yang cukup lama. Melupakan tujuan awal berkunjung ke tempat yang penuh dengan berbagai macam buku. Suasana terasa hening. Mengabaikan beberapa mahasiswa yang sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Tatapan yang terkunci itu terasa sangat dalam. Saling menyelami, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang mengganjal di hati. Juga perasaan yang mungkin belum disadari.
“H-Hai !” Xiao Zhan sangat gugup sampai suara yang keluar dari bibirnya begitu melengking sedikit keras.
Wang Yibo sedikit mengangkat sudut bibirnya. Hanya sedikit dan tak ada yang menyadarinya selain dirinya sendiri. Merasa geli dan gemas dengan raut wajah gugup pemuda kelinci di depannya itu.
“Mari bicara di luar.” Ujar Yibo meninggalkan Zhan yang hanya bisa mengikutinya dari belakang.
Xiao Zhan sudah yakin dengan perasaannya sekarang. Sudah mendapat jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang berseliweran di kepalanya sejak kurang beberapa hari terakhir. Yang membuatnya tak bisa tidur nyenyak semalaman.
Wang Yibo. Ya, jawabanya adalah Wang Yibo. Jantungnya berdebar sangat cepat saat bertemu dengan pemuda tampan pemilik rahang tegas dengan tatapan tajam tersebut.
Saat pertama betemu Jingyu di universitas Zhan hanya merasa senang namun tidak ada perasaan mendebarkan seperti saat bersama Yibo. Zhan merutuki kebodohannya sendiri, mengapa tak menyadari lebih awal tentang perasaan miliknya dan membuang - buang waktu untuk berpusing ria.
Zhan menyadari bahwa selama ini ia hanya mengagumi Huang Jingyu karena kebetulan pernah menjadi penyelamatnya juga sifat lembut pemuda tersebut kepadanya. Ia begitu terlena dengan kebaikan pemuda itu, hingga tak menyadari perhatian setulus hati dari Wang Yibo.
Bersama Wang Yibo berbeda. Rasanya ia ingin selalu berdekatan dengan pemuda itu. Bahkan merasa tak senang jika pemuda itu bersikap baik kepada orang lain. Sungguh aneh. Pikirnya.
Xiao Zhan meyakinkan diri akan mengatakannya sekarang juga. Tentang perasaanya. Ia tak ingin membuang lebih banyak waktu lagi. Masalah diterima atau ditolak ia akan pikirkan itu nanti. Yang penting perasaannya tersampaikan dan ia tak akan menyesal suatu saat nanti.
Baru saja menarik nafas, seseorang menghentikan gerakan bibirnya yang sudah terbuka.
“Ternyata kalian disisni.” Seru pemuda yang baru datang dan langsung duduk di hadapan keduanya dengan wajah tanpa dosa.
Xiao Zhan sedikit cemberut karena gagal menyatakan cintanya. Namun kedua pemuda yang lain tak sadar dengan perubahan ekspresi yang tiba – tiba itu.
“Bagaimana kalau kita jalan – jalan ke pantai besok !” ajak pemuda tinggi itu secara tiba - tiba dengan antusias.
Mendengar kata pantai membuatnya melupakan kekesalan hatinya. Matanya berbinar senang. Xiao Zhan sangat menyukai pantai. Tentu saja dia tak akan menolak ajakan itu.
Wang Yibo sendiri bukan tipe yang suka bepergian di keramaian, namun karena Xiao Zhan ikut dia tak akan membiarkan pemuda kelinci itu hanya berduaan bersama Huang Jingyu, saingan cintanya. Meskipun yang ia tahu, saat ini Zhan telah menjadi kekasih sahabatnya itu. Dan mungkin nanti ia hanya akan menjadi obat nyamuk. Ia tak peduli, asalkan bisa bersama Zhan dan melihat pemuda manis itu tersenyum, ia akan merasa puas.
Bohong. Mana mungkin ia bisa berpuas diri melihat orang yang dicintai tersenyum untuk orang lain. Namun apa yang bisa ia lakukan. Ia hanyalah orang lain, hanya orang ketiga dari kisah kedua pemuda itu. Ia tak ingin egois dengan merusak kebahagiaan dua orang berharga dalam hidupnya itu.
Mereka setuju untuk berangkat ke pantai besok setelah jam kuliah berakhir menyesuaikan jadwal kuliah ketiganya. Kebetulan besok adalah hari jumat, mungkin mereka akan menginap jika memang diperlukan.
.
.
.Tbc
11-12-2021
Re 16.06.24
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Your Heart - Yizhan ✔
FanfictionNyonya Xiao mencoba memahami cerita dari putra manisnya itu dengan serius. "Maksud mama kamu harus menggunakan hatimu, tanya pada hatimu siapa yang kamu cintai dan siapa yang hanya kamu kagumi. Zhanzhan, terkadang hati akan lebih jujur daripada nala...