Ada banyak hal yang harus diurus Langit sebelum tim-nya berangkat untuk melakukan survei lokasi ke Mexico.
Setelah menugaskan Bima, Arif, dan Bondan untuk mencari segala informasi lengkap tentang alam rimba Mexico, Langit dan Marco bertugas mengecek peralatan yang akan mereka bawa.
Bagasi mobil Jeep milik Langit penuh oleh peralatan itu. Mereka akan memeriksanya hari ini.
Selagi Langit mengemudi, Marco stand by di sebelahnya dengan memangku laptop. Setelah menerima informasi soal tinggi tebing yang akan mereka jajaki di Mexico, Marco segera menghitung kekuatan tali webbing mereka apabila dipakai menahan berat sekian di ketinggian tertentu.
Tentu saja, mereka juga dituntut untuk memahami fisika dasar.
"Lang."Marco terdiam sejenak, memanggil.
"Apaan?"
"Lo udah cek hape lo?"
"Belum." Dan Langit mendengar Marco terkekeh di sela kegiatan seriusnya untuk berhitung. Sejak ponselnya diambil alih Marco sampai mereka selesai rapat, Langit memang belum memegang ponselnya lagi.
Lihat saja, benda itu bahkan masuk ke kantong jaket Marco yang baru dia keluarkan dan Langit tidak mencarinya sama sekali.
"Ada nih, cewek, udah gue telusuri Instagramnya. Cantik, seksi, dia ngajak lo ketemuan."
"Lo apain Instagram gue?"
"Gue cuma upload foto lo yang di Pulau Komodo." Oh, foto di pulau itu memang ada di jajaran paling atas galeri milik Langit karena Pulau Komodo adalah ekspedisi terakhir mereka sebelum ke Mexico nanti.
"Ngaco emang." Marco berdecak geli di tempatnya, masih memainkan ponsel Langit di laman Instagramnya. "Banyak banget cewek yang tiba-tiba DM lo ngajak kenalan."
"Udah gue bilang dari dulu ngga usah upload muka gue."
"Gue cuma upload punggung lo doang padahal."
Tetap saja Langit berdecak. Dia tidak terlalu suka memamerkan foto wajahnya yang sebenarnya sangat good-looking itu. Makanya postingan Instagram Langit isinya cuma pemandangan dari hasil perjalanan ekspedisinya selama survei.Kalau dilihat dari Instagram-nya, Langit lebih terlihat seperti fotografer naturalis.
Sebelas-dua belas lah sama foto-foto yang ada di Kafe Antartika. Makanya Langit penasaran siapa sosok di balik foto-foto oke punya itu. Dia merasa ada sedikit kesamaan di antara mereka.
Well, sebenarnya dia sudah penasaran sejak lama karena memang sering ke kafe itu. Tapi sejak dengar kalau ownernya cewek, dia makin penasaran saja. Hm.
Dan kalaupun ada postingan di Instagram yang memampang wajah Langit, biasanya hasil tag teman-temannya atau Marco yang suka iseng seperti saat ini.
"Namanya Feylicia. Beuh! Namanya aja udah seksi." Marco berseloroh sendiri, mengamati foto-foto cewek seksi bernama Feylicia itu yang membuatnya mendapat tatapan peringatan dari Langit.
"Ngga usah like-like sembarang foto," kata Langit.
"Iye." Marco lantas kembali ke ruang chatnya dengan Feylicia itu dan bertanya pada Langit, "Gimana, mau ngga ketemuan? Mumpung kita belum cabut ke Mexico."
"Dia yang ngajak ketemuan?" Langit bertanya balik, memastikan.
Marco mengangguk dengan semangat 45, lantas menyodorkan ponsel Langit pada si empunya saat mobil berhenti di lampu merah. "Nih, lihat. Yang kayak gini ngajakin lo ketemuan nih."
Langit raih ponselnya, mengamati foto-foto Feylicia yang sebagian besar diambil di pantai. Tentunya di pantai yang berbeda-beda. Tapi kesemuanya sama, yaitu sama-sama memakai bikini. Posenya pun cukup mengundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Antartika - lanjut di FIZZO
FanfictionLangit not in trouble, he is the trouble.