Bertahun-tahun sebelumnya...
***
'Langit, bisakah kau turunkan duit bejibun untukku?!!'
'Langit, bisakah kau sembuhkan luka di hatiku?'
'Langit, bisakah kau lunasi semua hutangku?'
'Langit, bisakah kau luluskan skripsiku?'
'Langit, aku ingin dapat ikoy-ikoy.'
Langit ini, Langit itu. Pokoknya Langit. Apa-apa Langit.
Sampai si empunya nama menyesal diberi nama Langit Samudra.
Laki-laki yang mengenakan jaket parka itu mengumpat, nyaris melempar ponsel berkamera boba yang dia beli dari gaji yang disisihkan bulan lalu.
Sayangnya, pesan-pesan random yang masuk ke direct message-nya membuat Langit tidak tahan sampai berpikir untuk menenggelamkan gawai canggihnya itu ke wastafel saking terganggunya.
Untung saja Langit masih waras.Ponsel itu masih aman.
Jadi, ya, ponsel itu bahkan juga masih baru.
Tapi Langit belinya yang seri ke-12, biar lebih murah. Soalnya kalau beli seri ke-13 mahalnya minta ampun, mentang-mentang masih newborn.Padahal kan Langit lebih suka menabung daripada menghamburkan uang.
Ting!
Ponselnya berdenting lagi, menampakkan ruang chat yang baru muncul di barisan teratas, entah siapa pengirimnya, tapi isinya bikin Langit geleng-geleng kepala.
'Langit, bisakah kau saja yang menjadi jodohku?'
Cukup sudah.
Langit bisa migrain kalau begini terus.
Lagipula siapa sih yang mencetuskan agar orang-orang ini berdoa pada langit?
Berdoa ya pada Tuhan!
Langit lantas mengganti suara ponselnya ke dalam mode senyap biar tidak terlalu heboh. Atau mungkin, nanti saat Langit sudah tidak tahan lagi, mungkin saja dia bakal log out dari akun Instagramnya itu.
"Kenapa? Ada yang minta-minta lagi?" Marco Polo, teman kerja Langit yang kebetulan saat itu ada di studio, teralihkan perhatiannya. Menatap Langit yang duduk di sebelahnya sambil cengengesan.
Wajah masam Langit memberi tau jawabannya dengan sangat jelas.
Gara-gara belakangan ini sedang tren menyebut-nyebut langit untuk berdoa, yang namanya Langit betulan kena getahnya.Di belahan bumi ini, jelas saja bukan cuma Langit Samudra yang kena getahnya gara-gara tren ini.
"Gue yang bales sini." Marco menawarkan diri dengan senang hati.Mengulurkan tangan kanannya dengan gaya tukang todong sejati.
"Gih sana." Langit menyerahkan ponselnya pada Marco. Sedangkan dia sendiri melepas jaket, kemudian menggantungkannya asal di tiang. Yang penting jaketnya tergantung biar tidak dikira keset kaki.
Marco langsung terkekeh begitu menerima ponsel Langit, seolah baru saja mendapat mainan baru. Hanya Marco yang keranjingan membalas semua pesan-pesan itu. Meskipun rata-rata balasan Marco agak bikin emosi karena nyolot.
Tapi kali ini Marco tidak membalas pesan itu satu persatu. Dia hanya upload insta story yang isinya memang foto Langit waktu lagi di Pulau Komodo, dengan tulisan,
'Syirik lo pada kalau berdoa sama gue!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Antartika - lanjut di FIZZO
FanfictionLangit not in trouble, he is the trouble.