PROLOG #1

1 0 0
                                    

Di taman kota nampak seorang pria berkacamata dengan jaket hitam dan celana jeans berbaring di atas kursi taman, tak di hiraukannya orang - orang yang berlalu - lalang atau langit dengan awan mendung yang sedaritadi ia tatap. dari tatapan kosong matanya, ia seperti tak memiliki tujuan atau perasaan yang menyenangkan.

Suara rintikan hujan terdengar dan orang - orang tampak bergegas pergi mencari tempat berteduh. pria itu bangun dan mulai berjalan di tengah rintikan hujan yang perlahan semakin deras, ia tak peduli meski ia sudah basah kuyup dan terus berjalan menembus hujan melewati keramaian.

Dengan dirinya yang basah kuyup pria itu membuka pintu rumahnya: sepi, suasana rumah yang menyambutnya. Setelah mengganti pakaian, pria itu masuk ke kamarnya dan berbaring di atas kasur, melepas kacamatanya lalu meletakan-nya di atas meja, ada earphone yang salah satu kabelnya dua warna merah dan hitam di dekat kacamatanya.

Suara hujan di luar belum juga berhenti, perasaan pria itu pun semakin larut dalam kenangan masa lalunya. Di kepalanya hanya ada kalimat Andai saja waktu masih bisa, hanya ada kata "tapi" untuknya, dan kenyataan yang tak mungkin dielakkan. Untuk hal hal yang hanya bisa ratapi, dia sudah cukup tersudut. Sudah dan cukup tersedut.

ooOoo

Hoki HazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang