EPILOG #5

0 0 0
                                    


Pria berkaca mata itu bangun dari tidurnya, mengambil kotak terbungkus kertas berwarna kecoklatan yang sebulan lalu di berikan ayah Misel, lalu duduk di meja belajarnya. Dibukanya bungkusan itu, terlihat di balik bungkusan itu ada buku, dari covernya jelas itu novel yang dulu di beli Misel saat di temani olehnya.

Ia membaca bebrapa lembar, saat dia melihat bagian akhirnya dari selipan novel itu selembar kertas jatuh dekat kakinya. Menaruh novel itu di atas meja dan mengambil kertas yang ada di dekat kakinya, di bukanya selembar kertas itu, ternyata yang di tangannya adalah kertas yang dulu sempat Hoki berikan ke Misel yang katanya untuk menulis kesan saat selesai membaca.

Ia membaca dengan cermat isi kesan yang di tulis Misel, beberapa paragraph awal masih kesannya saat membaca, hingga...: "Karakter dari tokoh utama sangat mirip dengan seseorang yang ku kenal dengan pegangan hidupnya 'Sesekali tidak usah peduli, banyak hal akan terlewati, kau akan tau bahwa perjalanan kita tidak selalu terduga bahkan tidak kita inginkan' menurutku itu kutipan yang paling berkesan. Hoki memang tidak punya pedang seperti kesartria ini, dia hanya seorang berkaca mata yang suka membaca komik dan memdengarkan musik, aku tahu dia orang yang baik walau sering bersikap datar, aku suka saat berada di sebelahnya, saat bersamanya. Ku harap aku bisa terus dekat dengannya".
Hoki termenung saat membaca itu, air matanya perlahan menetes. Kenyataan bahwa Misel telah pergi untuk selamanya menjadi pukulan berat baginya. Dia hanya bisa diam meratap dalam kesedihan. itu memang sulit, tapi dia harus melewatinya. Menerima takdir adalah bagian penting kehidupan.

Ya, Kisah kita tak panjang dan rinduku di sudut bayanganmu.

Sampai nanti di lain cerita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hoki HazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang