"ARA! ARA CANTIK!"
"ARA, PUTUSIN AJA SI ALVANO! JADIAN SAMA ABANG KUY!"
Pletak!
Alvano, pemuda yang sedang duduk dikursi panjang yang ada di pinggir koridor itu menatap sengit Bastian Putra Atkeyton, pemuda beralis tebal yang sering dipanggil 'Bastian sang penakluk wanita' itu hanya mampu mengelus kepalanya yang sakit.
Pemuda yang berdiri didekat pintu masuk kelas XII IPS 3 itu terkekeh. "Ara mutusin Alvano, terus Alvano mutusin usus lo, gimana?" tanya Bara seraya mengikat dasinya ke kepalanya.
"Bara Adelard Rakana, cewek lo gue rebut, gimana?" ucap Bastian menggoda Bara dengan alis yang dinaik turunkan.
Bara menggertakkan giginya emosi. Bastian menatap pemuda yang mulai terpancing dengan perkataan yang baru saja ia ucapkan itu'pun hanya tersenyum. Bastian berharap Bara bisa mengontrol emosinya. Jika Bara tak bisa, yang ada dirinya akan menjadi daging mentah yang siap dimakan oleh harimau.
Bastian menggaruk leher belakangnya, berusaha mencari topik baru. Pemuda itu menatap sang ketua yang bersikap santai seolah pemuda beralis tebal dan bibir yang merah menawan itu senang akan keadaan yang Bastian alami saat ini.
Bastian membelalakkan matanya. Ia menatap satu persatu teman - temannya. "Alvano, Bara, Vero, Gob---, eh mana Gobin?!" teriak Bastian heboh.
Bagaimana bisa ia lupa dengan teman karibnya satu itu?! Teman yang selalu ada untuk menemani Bastian menggoda para gadis. "Gobin ma-,"
"AYANG GITA!"
Teriakan itu mampu membuat ucapan Bara terpotong. Sontak, para anggota Xevator melihat kearah asal suara. Vero memutarkan bola matanya malas dikala ia melihat situasi yang ada dilapangan.
"Yayang Gita! Aku gak akan nyerah untuk dapetin kamu!" ucap Gobin mendramatisir keadaan dengan raut muka yang terkesan menyedihkan.
Gita, gadis dengan rambut berwarna 'brunette' itu berdecak kesal. Membalikkan tubuhnya menatap pemuda berkumis tipis itu. "Malu - maluin tau gak?!"
"Gita! Aku gak akan berhenti sampai sini! Sampai hujan badai'pun akan aku taklukan demi mendapatkan mu!"
Tes, tes, tes.
Suara gemericik air terdengar saling bersahutan ditengah lapangan Venusa High School. Gobin menatap langit - langit, "Langit aja merasakan kesedihanku, Git!"
"Hujan badai akan 'ku terjang! Tsunami'pun akan 'ku lewati untuk mendapatkan cintamu wahai Gita tersayang!"
Para anggota Xevator saling menatap satu sama lain. Melihat keadaan yang sedang berlangsung dari atas sana. "Menyedihkan." komentar Vero. Bara, anggota Xevator yang paling emosional itu merapatkan kedua bibirnya, menahan tawanya agar tak terlepas.
Bara melirik Bastian sekilas, "Dosa apa gue punya temen macam begitu." ucap Bara menggusar rambutnya kasar. Lirikan mata Bara kembali kearah Gobin yang sedang bertekuk lutut ditengah lapangan.
"Untung cuma satu yang otaknya prematur." komentar Bastian kepada Bara. Alvano tak banyak berkomentar, ia hanya menjadi pengamat. Sementara itu, Bara melirik Bastian sinis.
"Satu setengah, tepatnya."
"Kok isi setengah?"
Bara melirik Bastian sembari tersenyum penuh pemaksaan. "Lo setengahnya." ucapan Bara membuat Bastian mencebik kesal. Menatap sinis Bara yang sedang terkekeh bersama Alvano.
Vero menepuk pundak Bara pertanda setuju. "Noh! Tembok berjalan aja setuju!" ucap Bara bangga.
"TAK BISAKAH KAU MENERIMA CINTAKU, GITA? AKU AKAN MEMBAHAGIAKANMU DENGAN SEGENAP HATIKU!" teriak Gobin yang kembali menjadi pusat perhatian para anggota inti Xevator dan siswa yang ada disekitaran lapangan Venusa High School.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARA
JugendliteraturBagaimana jadinya jika seorang ketua gangster ternama mengurusi 'bayi besar'? Semula, Alvano menganggap Ara adalah seorang gadis yang selalu membuat dirinya berada didalam kesusahan. "AL!" panggil Ara. "ALLAHU AKBAR!" "AL-FATIHAH SEKALIAN, ARA!" I...