S.I.N - 1

22 9 23
                                    


S.I.N - 1

Aku baik-baik saja. Jadi, jangan khawatir.

Bebybears_12




Hari senin, siapa yang senang saat menyambut hari yang katanya akan sangat melelahkan ini?, hampir sebagian manusia membenci atau lebih tepatnya tidak suka dengan hari senin.

Berbeda dengan seorang gadis yang sudah berada di dalam mobil bersama sang ayah yang duduk di kursi kemudi. Ia tak membenci hari senin, ia menyukai semua hari.

Karena baginya, semua hari sama. Tak ada hal yang melelahkan ataupun menyenangkan, semuanya sama saja, monoton.

“Ris, nanti pulang ayah jemput. Kamu tunggu ayah ya sayang.” ucap laki-laki paruh baya yang kerap di sapa Nino.

Irisafira Indah, gadis 18 tahun yang kerap di sapa Iris itu tersenyum simpul kearah Nino “Iya, nanti gak usah ngebut-ngebut. Iris gak mau cepet-cepet ke Rumah Sakit.”

“Nanti setelah dari Rumah sakit kita ke Mall, ayah turutin semua yang Iris mau. Gimana?”

“Janji?”

Nino mengangguk tanpa memalingkan wajahnya dari jalanan kota Jakarta yang selalu ramai dan padat. Tak lama, mobil yang di kendarainya telah sampai tepat di depan sebuah gerbnag bertuliskan SMA Merah Putih.

Iris mengambil ranselnya yang ia letakkan di jok belakang, menyalami sang ayah dan mencium punggung tangannya “Ris.” panggil sang ayah saat tangannya hendak membuka pintu mobil.

Menatap sang ayah dengan tatapan bingung “Kenapa?”

“Kalo gak kuat, gak usah ikut upacara, pihak sekolah mau memaklumi kok.”

Bibir yang akhir-akhir ini semakin terlihat pucat itu tersenyum kembali “Iya, Iris kuat kok. Lagian Iris udah kerasa semakin sehat, minggu kemaren aja Iris kuat, masa sekarang enggak.”

Nino tersenyum kearah anaknya yang memiliki sifat sama persis seperti mendiang sang ibu “Iya, ayah percaya Iris anak yang kuat. Jangan lupa nanti buah nya di makan ya Ris.”

“Iya ayah bawel deh.”

“Ya udah sana turun, nanti keburu bel.”

Iris mengangguk, lalu mmebuka pintu mobil “Assalamu’alaikum ayah.”

“Wa’alaikumussalam.”

Mobil Nino baru meninggalkann sekolah saat Iris benar-benar telah memasuki area sekolah. Gadis yang memakai jaket berwarna biru muda itu sesekali tersenyum menanggapi senyuman dari beberapa teman yang kenal dengannya.

Bibirnya tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat saat matanya menangkap sosok laki-laki yang berjalan tak jauh didepannya “Sam.” panggilnya dengan nada se ceria mungkin.

Laki-laki berambut hitam itu membalikkan badannya, menatap gadis bertubuh mungil yang kini berdiri tepat didepan nya “Tumben gak bareng Noval?” Tanya Iris.

Samudra, cowok itu mengeluarkan tissue dari saku celananya, memberikannya kepada Iris.

“Lo mimisan lagi.” ucapnya dengan nada datar.

Dengan cepat, Iris mengambil tissue yang di berikan Samudra. Benar katanya, hidung Iris mengeluarkan darah gadis itu langsung mengelapnya.

Tanpa berfikir panjang, Samudra langsung mengambil alih ransel yang sedari tadi di gendong Iris.

“Kenapa berat banget? Apa yang lo bawa?”

Ah, gue bawa laptop. Nanti ada persentasi.” sahutnya dengan wajah yang ia hadapkan keatas agar darah di hidungnya tak mengalir lagi.

“Harus lo banget yang bawa? Lo gak boleh capek-capek Ris. Inget, gue bisa marah sama lo.”

Iris berdecak lalu menatap Samudra “Sam, jangan anggep gue lemah. Gue gak suka, gue juga bisa marah sama elo. Dan gue juga bisa bikin lo nyesel karena udah marah sama gue.”

“Terserah.” ketusnya lalu berjalan mendahului Iris yang hanya terkekeh di tempatnya, menatap punggung sahabatnya yang menggendong dua tas sekaligus di punggungnya.

Setelah merasa hidungnya tak mengelurkan darah lagi, iris langsung berjalan cepat menyusul Samudra yang berjalan cepat di depannya “Sam, tungguin gue. Pertanyaan gue juga belum lo jawab. Noval kemana?”

Langkah Samudra ia pelankan agar langkah kecil Iris bisa sejajar dengannya “Lagi boker di pom bensin, kelamaan. Gue tinggal tuh anak.” samhutnya singkat.

Iris melotot mendengar jawaban dari sahabatnya itu “Gila lo, jahat banget jadi sahabat.”

“Lebih jahat mana sama elo?”

Iris bergidik “Dih kok jadi ke gue lagi.”

Samudra mengela nafas panjang, kenapa jika di hadapkan dengan gadis berlesung pipi ini, Samudra akan bersikap lembut. Berbeda dengan orang lain. Bagi muris SMA Merah Putih, Samudra adalah ketua geng motor yang berbahaya.

Posisinya sebagai ketua geng membuat cowok itu di takuti murid saentro sekolah. Selain jago balapan, ia juga sangat mahir dalam hal bela diri. Wajahnya yang terlihat tegas membuat ia ditakut dan cukup di segani banyak orang.

Hidung mancung, rahang tegas, mata elang dengan alis tebal dan rambut tak terllau tebal tapi cukup membuatnya terlihat sangat mempesona. Siapa saja akan jatuh hati pada sosok Samudra.

“Ris.”

Iris yang tengah berjalan tepat di sampingnya itu menengokkan kepalanya “Ya?”

“Gak usah ikut upacara ya?” perintahnya dengan nada lembut.

Sudah menjadi rahasia umum jika Samudra akan menjadi sosok lembut jika berhadapan dengan Iris. Hanya Iris yang mampu menjinakkan macan satu itu, hanya Iris yang tak bisa Samudra bantah bahkan Samudra tak bisa benar-benar membentak Iris.

Baginya, Iris adalah satu-satunya soosk perempuan yang sangat istimewa selain ibunya. Setidaknya hampir lima belas tahun mereka bersahabat. Meski Iris tau, Samudra menyukainya, tapi Iris tak mau ada rasa cinta di persahabat mereka.

Iris menghela nafasnya “Gak usah niru ayah deh Sam, gue baik-baik aja. Gue okey, gue masih bisa berdiri. Jangan liat gue seperti orang sekarat Sam, gue gak suka!”

“Ini demi kebaikan kesehatan elo Ris, lo juga keliatan pucet. Gue gak mau lo kesakitan lagi nantinya.”

“Gue gak pernah merasa sakit, lo yang anggep gue kaya orang kesakitan. Padahal, gue snediri merasa kalo gue baik-baik aja.”

“Lo emang bisa bohongi diri lo sendiri, tapi maaf Ris, lo gak bisa bohongi gue.”

Hampir saja Iris melompat kaget saat seseorang merangkul pundak keduanya.

Samudra langsung menatap tajam kearah Noval dengan cengiran khasnya.

“Bahas apaan sih, tegang amat.”

“Yang pasti bukan bahas lo!”

Iris berjalan mendahului keduanya, menaiki anak tangga menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Sedangkan kelas kedua sahabatnya itu berada di lantai tiga “Ris, mau kemana?”

“Surga, kenapa? lo mau ikut?”

“IRIS!”

“IRIS!”

Ucap keduanya kompak, membuat gadis yang baru menaiki beberapa anak tangga itu terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya yang seperti anak kembar saja.

Tatapan mereka seperti hendak membunuh, Iris langsung berjalan lebih cepat dari sebelumnya.





Segera Follow akun wattpad aku, nanti insyaallah aku follback

Sebelum lanjut ke part selanjutnya. Aku saranin buat kalian segera Votte dan komentar.

Mohon dukungannya ya teman-teman, sebagai penulis amatir aku masih sedikit takut.

Takut gagal,

Baybay

S.I.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang