S.I.N - 2

11 6 1
                                    

S.I.N 2

Assalamualaikum,

Selamat membaca, semoga suka sama cerita S.I.N

Upacara, tengah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu, entah karena matahari yang pagi ini bersinar terik atau memang Iris yang jarang berjemur, kini gadis itu terlihat sangat kepanasan.

Keringat nya sudah membasahi pelipisnya, rambutnya juga sudah terlihat bawah di bagian leher “Ris, kalo gak kuat ke UKS aja.” ucap Umi, teman satu kelasnya.

Iris menggeleng lalu tersenyum kearah Umi “Gue masih kuat kok Mi, lagian bentar lagi juga selesai.”

“Tapi lo keliatan gak sehat Ris, gue gak mau lo kenap- Ris lo mimisan!” kejutnya.

Dengan lemas, Iris hidungnya. Ini klai kedua dirinya mimisan hari ini “Mi, lo punya tissue gak? Gue gak bawa.”

“Nih, pake punya geu Ris.” ucap Bimo, sang ketua kelas yang kebetulan baris tepat di belakangnya.

Iris langsung menerimanya, mengelapnya dengan cepat “Kalo emang gak kuat, langusng ke UKS aja Ris. Atau perlu gue bilangin ke Noval atau Samudra?”

Iris menggeleng “Gak, gak usah. Gue masih baik-baik aja kok Bim.”

Bimo mengangguk lalu kembali mendengarkan pidato yang di bawakanoleh seorang guru kesiswaan.

Teman satu kelas Iris sudah tahu akan penyakit dirinya. Itu semua karena Noval dan Samudra yang mengatakannya, katanya agar teman satu kelasnya bisa menjaga Iris.

Iris bersyukur memiliki dua sahabat seperti Samudra dan Noval, meskipun dua cowok itu memiliki dua sifat yang bertolak belakang, tapi mereka selalu kompak dalam menjaga Iris.

Iris memejamkan matanya saat rasa pusing luar biasa tiba-tiba menyerangnya, gadis itu memegangi kepalanya, Umi yang berada tepat di sampingnya langsung memegang pundak Iris

“Ris, lo gak papa?”

“Gue panggilin PMR dul-”

“IRIS!” kejut Umi saat Iris jatuh, ia yang belum siap tak bsia menangkap tubuh Iris.

Bimo dengan sigap langsung membopong tubuh mungil Iris “Biar gue yang bawa.” suara bas milik Noval membuat Umi sedikit terkejut.

Bimo mengangguk lalu menyerahkan tubuh Iris ke Noval, cowok itu langsung berlari kecil dengan Iris yang bearad di gendongannya.

Banyak yang berbisik ria, membuat telinga Bimo panas sendiri “Brisik!” ucapnya cepat dengan nada tegas.

Seketika hening menyelimuti barisan di sekitar Bimo. Cowok itu juga memungut tissue dengan noda darah yang cukup banyak bekas Iris tadi.

Bukan menjadi rahasia lagi jika Bimo sangat perhatian dengan Iris, pasalnya ia sudah di titipkan oleh ayah Iris untuk menjaga gadis itu.

Noval yang sudah sering membopong Iris terihat tak keberatan, selain terbiasa juga karena tubuh Iris yang memang terbilang ringan.

Ya, semakin hari, tubuh Iris semakin ringan. Padahal gadis itu suka sekali makan. Sehari, ia bisa makan hingga empat kali.

S.I.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang