Welcome to the Jungle

1.5K 369 27
                                    

Sebenarnya, Alexa tidak pernah mengerti maksud dari 'welcome to the jungle' yang diucapkan oleh CEO setan alas kemarin. Bodo amat! Membayangkan jadi babu korporat saja sudah membuatnya mimpi buruk. Bagaimana kalau dia jadi babu atasan yang galaknya tujuh turunan, tujuh tanjakan, dan tujuh tikungan itu?

Bisa-bisa, belum ada satu minggu bekerja, sudah ada bendera kuning di depan rumah Alexa. Ugh ..., mengerikan! Dia masih ingin menyandang gelar Nyonya Abimanyu. Jadi, lebih baik dia melanjutkan tidur. Lagi pula ini masih pukul lima pagi, yang penting tanggungan ibadahnya sudah selesai.

Baru saja Alexa menarik selimutnya, ponsel di bawah bantal sudah berdering. Gabut banget manusia yang meneleponnya sepagi ini.

"Pagi ...," jawab Alexa malas dan enggan membuka mata.

"Lho, Mbak Alexa masih tidur? Tidak baca email saya, ya?" Jelas sekali suara panik dari seberang sana.

"Hah? Email? Ini siapa?" Mau tak mau, Alexa membuka mata. Namun, yang tertera hanya nomor tak dikenal.

"Saya Armita, sekretarisnya Bapak Arland. Kemarin saya email Mbak Alexa terkait jadwal Bapak pagi ini."

Arland?

Armita?

Jadwal?

Kepala Alexa masih mencerna nama-nama di atas. Semenit setelahnya, Alexa langsung melompat dari tempat tidurnya.

Welcome to the jungle, huh?

***

Apa-apaan ini? Mata mengantuk Alexa langsung melotot saat melihat isi email. Ralat. Lebih tepatnya melihat jadwal yang harus dia lakukan hari ini. Datang pukul lima pagi ke apartemen, menyiapkan sarapan sekaligus membahas jadwal hari ini, dan bla ... bla ... bla ... dari serangkaian tugasnya, ia lebih mirip sebagai baby sitter si titisan setan alas.

Berapa sih umurnya si setan alas itu? Sampai sarapan saja harus Alexa yang menyiapkan. Dan Alexa harus rela pergi ke 'Merkurius' hanya untuk semangkuk bubur ayam. Ugh!

"Kamu telat! Satu jam, sepuluh menit, empat puluh lima detik."

Alexa membeku di tempat.

Hai ... dirinya baru saja sampai. Belum juga Alexa menekan tombol bel, tapi si setan alas sudah membuka pintu dan langsung menyemburnya dengan lahar panas. Luar biasa sekali Bapak Arland ini.

Apa jangan-jangan CEO-nya ini seorang cenayang? Kok tahu Alexa sudah ada di depan pintu?

"Pak, jarak apartemen saya dan apartemen Bapak itu jauh. Belum lagi menu sarapan wajib Bapak harus saya beli dulu di antah-berantah. Saya sampai kesasar lho tadi, Pak. Terus—"

Belum juga Alexa selesai berbicara, Arland sudah menariknya berbalik arah, kembali pada jalan yang Alexa lewati tadi.

"Lho, Pak?"

"Kita sudah telat. Jalan yang cepat! Jangan lelet!"

"Sarapannya?"

"Nanti di mobil."

"Pak, saya belum mandi. Tadi buru-buru. Ini makanya saya bawa baju ganti mau numpang mandi." Alexa terseok-seok mengikuti langkah lebar Arland.

Mendengar asisten pribadinya yang lelet ini belum mandi, Arland menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Alexa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Alexa hanya mampu tersenyum kuda.

Arland berdecak, kembali menyeret Alexa menyusuri koridor dan berhenti di pintu tangga darurat.

"Lho, Pak? Ini tangga darurat. Lift ada di depan sana, Pak." Alexa protes dong! Katanya buru-buru, kok malah ke tangga darurat? Wah, jangan-jangan ... CEO-nya ini mesum seperti cerita yang ada di novel-novel? Alexa bergidik ngeri. "Bapak mau mesum, ya?"

"Astaga!" Arland melotot. "Nanti kalau kamu mandi, sekalian dicuci itu isi kepala kamu!"

Alexa mencebik. Dasar demit, setan alas, genderuwo, jin kolor ijo, galaknya melebihi ibu tiri.

Hari pertama saja, Alexa sudah kerja rodi ke Merkurius dan mengabsen jumlah anak tangga. Bagaimana hari kedua, ketiga, dan aarrrrgggggggg! Alexa ingin nyemplung saja di kolam ubur-ubur.

"Mana mobil kamu?" tanya Arland ketika mereka sampai di basemen.

"Hah?" Otak Alexa terlalu pusing untuk mencerna semua ucapan dan kelakuan absurd si setan alas.

"Kita pakai mobil kamu!"

"Mobil Bapak ke mana?"

"Siapa bilang saya mau pakai mobil saya pribadi?"

Oh ... my ... God! Alexa membuka mulutnya lebar. Tidak adakah alien yang bersedia menculik manusia aneh di hadapannya ini sekarang?

***

Alexa harus mengakui, bahwa hari ini dia salah strategi. Seharusnya, biarkan saja Arland menunggu lama dirinya, yang penting dia sudah mandi dan berdandan. Toh, Sama-sama terlambat juga mau mandi di apartemennya ataupun di apartemen Arland. Daripada seperti sekarang, DI-PER-MA-LU-KAN!

Bayangkan saja! Alexa harus mengikuti langkah si CEO gila di lobi kantor dengan masih memakai—mmm ..., cukup mengenaskan untuk disebutkan—piyama tidur, sandal jepit, tangan kiri menenteng baju ganti miliknya dan milik si setan alas, tangan kanan menenteng high heels dan beberapa berkas kantor.

Hari pertama kerja macam apa ini?

Alexa menunduk dalam-dalam, menyembunyikan wajahnya saat melewati banyak orang. Hancur sudah harga diri Queen of Dior. Untung saja Arland membawanya masuk ke dalam lift khusus CEO, sehingga Alexa tidak perlu berdesakan dan berpapasan dengan banyak karyawan lainnya. Bisa mati berdiri dia kalau itu sampai terjadi.

Pokoknya, nanti kalau dia jadi menikah dengan tunangannya tercinta, lihat saja pembalasan dendamnya. Tidak akan ada MALAM PERTAMA!

Alexa tertawa membayangkan aksi balas dendamnya.

"Kamu kenapa tertawa?"

"Eh? Memangnya Bapak dengar suara tertawa saya? Bukannya saya tertawa hanya dalam hati?" Alexa mengerjap tak percaya.

Sedangkan Arland membuang napas berat dan menggeleng bosan. Semoga saja dia tidak menyesali keputusannya kemarin saat memilih Alexa.

Fix! Bosnya ini memang cenayang dan bisa membaca pikiran orang. Alexa merasa horor.

Baru saja mereka melangkah keluar dari lift, Armita sudah berdiri membawa berkas yang ia serahkan langsung pada Arland, lalu menoleh pada Alexa dan ... tuh kan! Dirinya jadi bahan tertawaan. Panci, mana panci? Alexa butuh panci untuk sembunyi.

Walau Armita menyembunyikan tawanya, Alexa tidak bodoh untuk tahu apa yang ada di benak sekretaris si Boss. Untung saja Armita ini sudah berumur. Kalau tidak, bisa kena lahar panas yang Alexa semburkan. Enak saja berani menatap sang Queen seperti itu.

Dan ... Lagi-lagi, Arland seenak udelnya menyeret tangan Alexa untuk mengikutinya masuk dalam ruangan.

"Buka pintu itu." Arland menunjuk pintu di pojok ruangan. "Itu ruang istirahat saya, kamar mandi ada di sana." Setelahnya, Arland sudah tidak peduli pada Alexa. Si setan sudah sibuk dengan berkas-berkasnya dan bersiap meeting dengan para komisaris pagi ini.

Baru juga Alexa ingin melangkahkan kaki menuju tempat yang disebutkan si setan alas, suara sumbang perempuan sudah menyambutnya terlebih dahulu.

"Anak baru sudah bikin masalah. Enggak ada kandidat yang lebih bagus dari dia?"

Alexa spontan menoleh pada sumber suara. Di sofa, seorang perempuan anggun bak model profesional sedang menatapnya dengan remeh.

Hell ..., apakah si setan alas punya peliharaan sundal bolong alias kuntilanak? 

Kick My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang