penawaran?

166 19 2
                                    


Jaemin merasa dirinya adalah remaja biasa. Siklus hidupnya sangat membosankan. Bangun pagi pergi sekolah, sore hari pulang ke rumah, malam hari belajar sampai lelah. Tidak ada spesialnya sama sekali.

Terlibat dengan ekstrakurikuler populer pun tidak. Organisasi siswa apalagi, malas sekali. Banyak teman juga tidak, malah Jaemin merasa dirinya outsider dan agak antisosial. Sebenarnya tidak seburuk itu kok, bisa dibilang setengah populasi sekolah mengenal Jaemin, terlebih para guru dan staff di sekolah. Yep, ketimbang dengan para murid Jaemin lebih dekat dengan guru-guru sampai dengan petugas kebersihan.

Meskipun tidak banyak bicara (dan tidak banyak teman), orang-orang tahu Jaemin, si pemuda manis penghuni ruang kesehatan. Yup, karena obsesinya terhadap dunia medis, Jaemin bergabung dengan klub palang merah. Kedekatan Jaemin dengan guru-guru, staff, sampai petugas kebersihan di sekolah membuat guru konseling mempercayakan ruang kesehatan kepadanya. Tidak satupun siswa (bahkan anggota klub palang merah) diperbolehkan memegang kunci ruang kesehatan tanpa pengawasan Jaemin.

Selain itu, Jaemin juga satu lingkaran pertemanan dengan Haechan si social butterfly. Karena kepopuleran Haechan dirinya jadi ikut dikenal. Well, intinya nama Jaemin di sekolah bisa dikatakan bersih. Tidak pernah tercoreng dan dia sendiri tidak ada rencanya untuk mencoreng nama baiknya.

Tetapi Jaemin hanya remaja biasa dengan rasa ingin tahu yang membuncah. Dia agak jenuh dengan kehidupan sekolah-rumah-sekolah-rumah melulu. Jaemin ingin mencoba sesuatu yang baru, yang memacu adrenalin, seperti yang dilakukan teman-temannya. Hmm, kenakalan apa yang kira-kira cocok dicoba untuk pemula sepertinya ya...

💋

Kamis sore, sekolah telah usai. Jaemin mendudukan dirinya di bangku yang memang disediakan di halaman belakang sekolah yang luas dan rindang. Menggigiti bibir bawahnya, Jaemin ragu. Tapi kapan lagi dia akan mencoba?

"Masa bodoh, lah. Daripada mati penasaran," guman Jaemin. Pemuda manis itu lantas mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya, tidak lupa korek api juga. Matanya mengawasi sekeliling, takut aku ada orang lain.

'Aman,' batin Jaemin. Dengan segera ia membuka bungkus kotak tersebut, mengambil salah batang lalu membakarnya dengan gerakan kaku. Ada jeda beberapa detik sebelum menyelipkan benda itu di bibirnya. Amatir.

"Uhuk-uhuk..."

Jaemin mengernyit dengan sensasi asing yang ia rasakan. Manis sih, tapi asap itu sangat mengganggunya. Dadanya sesak sumpah, deh. 

"Kenapa juga banyak yang kecanduan dengan barang ini?" dumel Jaemin dengan alis yang hampir menyatu. Tapi karena tekadnya untuk menjadi remaja bandel seharian, dia tetap melanjutkan sesapan pada batang di belah bibirnya itu. Sayang kalau tidak dilanjutkan.

Oh, jangan tanya Jaemin mendapat barang itu. Itu milik kakak sepupunya, Jung Jaehyun, yang tertinggal dirumahnya ketika ia menginap di kediaman keluarga Na hari minggu lalu. Jaemin yang memang sedang menyusun rencana untuk menjadi remaja bandel itu pun dengan sengaja menyembunyikan kotak tersebut di laci kamarnya. Lagipula Jaemin tidak ada ide harus menjadi bandel dengan cara apa.

Maksudnya, hanya ini yang bisa ia lakukan. Naik motor dan mengikuti balap liar? Jangan bercanda, naik motor pun tidak bisa. Ikut genk yang hobi nongkrong hingga sang fajar datang? Please, Jaemin benci berinteraksi dengan orang banyak (ditambah Jaemin tidak jago begadang). Main ke klub malam? Tidak, terimakasih. Disana terlalu banyak orang, Jaemin tidak siap. Jadi, yah, seperti yang kalian lihat sekarang.

Jaemin telah menghabiskan batang pertama, ia merilekskan punggungnya dan memilih bersandar. Ia merasa cukup aman, mungkin semua siswa sudah pulang. Terlebih hari kamis memang tidak ada ekstrakurikuler (itu alasan Jaemin mencoba hari ini). Oh, ayolah, tidak mungkin dia mencoba di rumah. Bisa-bisa mama menjewer telinganya sampai merah. 

"Wow, nyawamu ada berapa sampai berani merokok di kawasan sekolah, bro?"

💋

Rokok yang ada diantara jari-jarinya jatuh dengan dramatis di tanah. Jaemin meneguk ludahnya dengan susah payah. Badannya berbalik dan menemukan seorang lelaki dengan badge kelas sebelas, seperti miliknya, sedang berdiri dengan tangan bersedekap di dada. Oh, jangan lupa senyum yang menurut Jaemin seram sekali.

"H-hai?" sapa Jaemin kikuk, tangan kanannya diangkat ke udara, menyapa.

Lelaki di hadapannya menaikkan sebelah alisnya, tidak menyangka kata yang keluar dari pemuda di depannya adalah 'hai'. Terkekeh kecil, lelaki itu berjalan mendekat kearah Jaemin lalu duduk di bagian kosong sebelah Jaemin.

'sial', batin Jaemin. Jelas saja Jaemin gugup setengah mati. Rasanya ingin menghilang dari bumi atau mengungsi ke Mars dan berteman dengan para alien. Siapa tau dia bisa bertemu dengan makhluk lucu seperti  Stitch, bisa saja kan?

"Na Jaemin ternyata. Tidak menyangka siswa yang cukup dekat dengan guru-guru terutama Guru Kwon  bisa merokok di area sekolah? Aku pikir mukamu terlalu polos untuk mencoba hal-hal menyimpang seperti ini," ucap lelaki itu sambil menekan kata 'menyimpang'.

Rasanya muncul perempatan imajiner di dahi Jaemin. Siapa sih lelaki ini? Kenapa bawa-bawa kedekatannya dengan guru konseling?

"Hey jangan bilang kamu nggak tau siapa aku?" tanya lelaki itu dengan mata yang menyipit. Jaemin hanya meringis dan menggeleng pelan setelahnya. Duh, Jaemin tidak ingat dia pernah berbicara atau bertemu lelaki disampingnya ini. Mungkin dia dari jurusan ipa yang berbeda gedung dengannya yang dari jurusan sosial.

Lelaki itu menghela napas panjang dengan muka datar sebelum menjawab, "perkenalkan, aku Lee Jeno. Ketua divisi kedisiplinan organisasi siswa sekolah."

Jaemin langsung gelapan sendiri. Matanya melotot dengan sempurna. Dari tiga ratus siswa di sekolah kenapa dia harus apes dan bertemu ketua kedisiplinan? Jaemin ingin menangis saat ini juga rasanya.

"A-aku tadi... Maksudku... Rokok tadi... Kamu-"

Jeno tersenyum lalu memotong kalimat tidak jelas Jaemin, "mau membuat sebuah penawaran denganku?"

Daily Kisses; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang