agenda menggoda Jaemin

122 21 2
                                    

Renjun dan Haechan menatap Jaemin dengan mata melotot dan mulut menganga. Sumpit di tangan mereka menggantung di udara, kotak makan di meja terlupakan begitu saja. Sedangkan Jaemin sendiri makan bekal makan siangnya dengan lahap, tidak peduli dengan muka konyol kedua temannya.

Ketiganya berada di atap sekolah, duduk di bangku yang tidan terpakai lengkap dengan meja kelas yang penuh coretan. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut ketiganya. Sejuk, karena musim dingin baru saja berakhir dan berganti dengan musim semi.

"Jaem, katakan pada kami kalau kamu nggak serius," kata Renjun, dia berusaha kalem (walaupun matanya masih memelototi Jaemin, seram).

Jaemin meletakkan sumpitnya pada meja dengan sedikit keras. "Ck, masa aku mau bercanda tentang hal kaya gini? Aku tuh serius."

Haechan menubrukkan punggungnya pada sandaran bangku, tangannya mengadah keatas dengan ekspresi berlebihan. Jaemin hanya memutar bola matanya, malas kalo Haechan sudah bersikap berlebihan seperti ini. "Woah, aku tau temanku bodoh tapi aku masih nggak menyangka kamu sebodoh ini."

"Kamu sudah hilang akal ya, Jaem? Oke kamu mau bosan dengan kehidupan sekolahmu yang aku akui sangat monoton, tapi tidak dengan merokok di area sekolah! Kamu bisa dalam masalah besar, Na Jaemin. Tidak. Kamu sudah kena masalah besar!"

Renjun mengomel sambil memegangi dahinya, pening, tidak habis pikir dengan jalan pikir Jaemin. Sedangkan Jaemin hanya manyun, mengambil sumpitnya kembali lalu memasukkan telur gulung kedalam mulutnya dengan bar-bar.

"Ya makanya itu aku mencegah masalah dengan membuat kesepakatan dengan Jeno," dumal Jaemin kesal. Sudah dia duga kalau dia bakal mendapat reaksi seperti ini dari Renjun dan Haechan.

"Itu sih namanya bunuh diri! Kenapa sih aku punya teman yang seperti ini?" pekik Haechan gemas.

"Lalu aku harus apa?" tanya Jaemin dengan tidak sabar. Mengentakkan kakinya dengan kesal dengan muka melas hampir mengeluarkan air mata.

Giliran Renjun dan Haechan yang membuang napas. Keduanya menggeleng lemah, tidak bisa menemukan jalan keluar dari kebodohan Jaemin.

(っ˘з(˘⌣˘ )


Bukan suatu rahasia lagi kalau pemilik nama Na Jaemin itu menyukai hal-hal yang menggemaskan. Jaemin suka sekali dengan karakter Ryan, juga dengan kelinci, dan baru-baru ini kucing masuk dalam list-nya. Dan bukan hal mengherankan lagi kalau Jaemin sangat whipped terhadap adik kelas jurusan sosial bernama Park Jisung.

Jaemin mengenal Jisung saat bocah tinggi itu terluka  ketika bermain futsal saat jam istirahat. Jaemin yang kebetulan sedang ditugaskan untuk menyimpan sprei ruang kesehatan yang baru dilaundry ke lemari pun membantu Jisung mengobati lukanya. Berakhir keduanya memutuskan berteman.

Kata Haechan, mata Jaemin akan mengeluarkan hati merah muda imajiner saat melihat Jisung disekitarnya. Bahkan Jaemin pernah dengan spontan memeluk Jisung yang sedang ngambek pada Chenle, kawan dekatnya. Menurut Jaemin, Jisung adalah makhluk paling menggemaskan di dunia. Kalau menurut Chenle sih, ketimbang menggemaskan, Jisung itu kikuk dan polos serta ceroboh, terkadang bodoh. 

Dan sekarang, saat Jaemin sedang mondar-mandir di kantin, dia malah bertemu Jisung yang sepertinya baru keluar dari ruang ganti (karena sekarang dia menggunakan kaos futsalnya). Bocah kelebihan tinggi badan itu berlari kecil kearah Jaemin dengan membawa seragam di tangannya.

"Kak! Sedang apa mondar-mandir di kantin? Tidak pulang?" sapa Jisung dengan senyum cerah (yang menurut Jaemin menggemaskan).

Hening beberapa detik, Jaemin sempat lupa dia sedang risau karena Jisung. Senyum cerah Jisung menular kepada pemuda Na. "Aku ada janji dengan seseorang."

Jisung celingukan, "lalu dimana Kak Haechan dan Kak Renjun?"

"Sudah pulang," jawab Jaemin seadanya.

"Tumben sekali. Biasanya mana mau si ansos ini pisah dengan Kak Haechan dan Kak Renjun," goda Jisung dengan muka menyebalkan. Akibatnya Jaemin memekik, alisnya menukik dengan bibir mengerucut, berusaha menjewer telinga adik kelasnya itu.

"Hey! Aku nggak separah itu ya, bocah nakal!"

Jisung tertawa dan menjulurkan lidahnya pada Jaemin, sambil berjinjit-jinjit agar kakak kelasnya itu tidak bisa menjangkau telinganya.

"Umur saja tua tapi pendek,"

"YA! PARK JISUNG! Kamu pikir kamu akan selamanya berumur enam belas tahun, hah?"

Jaemin yang makin kesal mengubah targetnya. Dengan brutal, pemuda manis itu mencubiti perut Jisung.

"Kak! Ampun, Kak! Geliiii," teriak Jisung samb berusaha menampis tangan Jaemin yang masih mencubiti perutnya dengan semangat.

"Rasakan! Aku sumpahi kamu nggak berhenti tumbuh sampai tinggimu tiga meter! Jangan mentang-mentang kamu menggemaskan kamu bisa seenaknya, ya! Dasar tengil!"

Jisung masih tergelak dengan badan meliuk kesana kemari menahan geli dan sakit. Pun Jaemin yang cubitannya merembet dari perut menjadi ke lengan. Tidak menyadari ada orang lain di sana.

"Ehem."

Keduanya sontak menoleh ke sumber suara. Jaemin berhenti mencubiti Jisung dan Jisung berhenti tertawa.

Lee Jeno berdiri di sana.

"Apakah aku mengganggu kalian?" tanya Jeno basa-basi.

Jaemin dan Jisung sontak kembali ke tempat masing-masing dan berdehem untuk menghilangkan canggung. Jisung menggeleng menjawab pertanyaan Jeno.

"Tidak, Kak. Emm... Ngomong-ngomong ada apa?"

"Kamu cepat pemanasan sana, aku ada urusan dengan Jaemin."

Jisung mengarahkan pandangannya pada Jaemin dengan sebelah alis terangkat. "Ah, jadi mondar-mandir tadi karna mau ketemu dengan Kak Jeno, ya?"

Jaemin melotot, "siapa yang mondar-mandir, sih? Jangan bicara sembarangan, Jisung."

Jisung (yang sejujurnya belum puas menggoda Jaemin) memasang muka menyebalkannya lagi.

"Kok panik, sih? Hayo kalian ada apa?"

Jaemin gelapan sendiri. Merasa salah tingkah entah mengapa. Bayangan ciuman kemarin berputar lagi di kepalanya. Mukanya memerah tanpa sadar.

"Memang ada apa? Nggak ada apa-apa, kok! Jangan ngawur kalo nggak mau aku jewer!" omel Jaemin.

Jeno yang melihat Jaemin panik sendiri menahan tawanya. Sepertinya jiwa usil Jisung menular kepadanya.

"Kalo nggak ada apa-apa yaudah. Nggak usah panik sampai mukanya merah~"

Muka Jaemin makin merah, antara malu dan ingin mengamuk. Sialain sekali bocah satu ini. Jaemin tidak berani melirik Jeno karna demi apapun dia masih malu perkara insiden kemarin. Ugh Park Jisung, lihat saja besok aku akan menendang bokongmu!

Jeno menyeringai, sepertinya seru bergabung dengan Jisung untuk menjahili Jaemin. Sebuah ide brilian terlintas di kepala Jeno.

"Sstt... Sudah jangan menggoda Jaemin terus. Mending kamu cepat pemanasan sana, aku mau pacaran sama Jaemin dulu."

Satu...

Dua...

Tiga...

"CIEEE...... KAK JAEMIN DIAM-DIAM PACARAN DENGAN KAK JENO CIEEE...."

Demi Neptunus, Jaemin bersumpah akan menjewer telinga Jeno!



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daily Kisses; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang