ciuman di bibir

126 25 0
                                    

Bel pulang baru saya berbunyi tiga menit yang lalu. Jaemin membereskan bukunya dengan ogah-ogahan. Entah berapa banyak ia membuang napas keras-keras sampai Haechan mengomelinya (hari ini Renjun tidak masuk karena harus terbang ke China dengan keluarganya jadi Haechan pindah duduk di sampingnya).

"Sia-sia pohon menghasilkan oksigen kalau kamu membuangnya seperti itu, Na! Berhenti memberikan pengaruh negatif dan ceritakan kepadaku kejadian memalukan apa yang kaumu lakukan!"

Jaemin membuang napasnya lagi, kali ini lebih dramatis. "Aku belum siap, Chan. Beri aku waktu untuk memproses ini semua"

Haechan memutar bola matanya malas lalu beranjak dari kursinya dan pergi keluar kelas, meninggalkan Jaemin yang sehari ini bertingkah seperti ratu drama.

"Chan tunggu aku!"

"Malas."

Bahu Jaemin turun mendengar balasan yang Haechan berikan, "aku pikir hubungan kita spesial."

Ya, out of nowhere Jaemin teringat dialog yang Patrick ucapkan kepada Gary di salah satu episode Spongebob Squarepants favoritnya.

(っ˘з(˘⌣˘ )

Disinilah Jaemin sekarang, di bangku keramat yang menjadi saksi bisu kebodohan yang Jaemin lakukan kemarin. Si rambut jeruk itu bergerak gelisah dalam duduknya. Ragu apakah ia harus menunggu atau kabur saja, bisa jadi si Jeno Jeno kemarin itu hanya menggertak, kan?

Sejujurnya Jaemin sudah sampai depan gerbang tadi, tapi dia berbalik karena, hey, dia sejujurnya takut terhadap nasibnya besok pagi apabila dia melanggar perjanjian berat sebelah ini! Sialan, rasanya ingin mengumpat di wajah Jeno saja! Jaemin merasa dimanfaatkan!

"Menunggu lama, Jaem?"

Jaemin menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Jeno sedang menggunakan pakaian futsal miliknya. Ditangannya terdapat botol air putih yang isinya tinggal setengah.

"Sangat! Kemana saja sih? Memang hari ini ada jadwal futsal?"

Jeno terkekeh kecil saat lawan bicaranya memberondong dengan banyak pertanyaan. Jeno berjalan mendekat lalu duduk disebelah Jaemin. Posisinya persis seperti kemarin.

"Jangan bilang kamu nggak sabar?"

Alis Jaemin mengerut kesal, "jangan sembarangan ya, Lee Jeno!"

Jeno bersandar, merilekskan punggungnya. "Well, sebenarnya hari ini bukan jadwal klub futsal. Tapi bulan depan ada turnamen jadi pelatih meminta pemadatan latihan."

"Terus kenapa kamu bisa kabur disini? Tau gitu kan bisa ditunda saja," ucap Jaemin. Dalam hati dia berharap Jeno membenarkan ucapannya lalu mereka batal melakukan itu hari ini dan Jaemin bisa pulang dengan tenang, yeay!

"Cih, tidak ada kata tunda. Kan aku bilang aku minta dicium setiap hari,-" Jaemin melotot saat mendengar kata 'dicium'.

"-jadi selama satu bulan, 30 hari penuh, kamu harus menciumku tanpa jatah libur. Lagipula aku baru selesai pemanasan dan latihan dimulai sepuluh menit lagi, menunggu pelatih datang."

"Bahkan pada sabtu dan minggu?"

Jeno mengangguk mantap, "bahkan pada sabtu dan minggu."

Jaemin menghela napasnya (lagi), pasrah dengan keaadan yang terjadi karena kebodohannya ini.

'Tenang, Na. Anggap saja kamu mencium Injun, Haechan, Papi, atau Kak Jaehyun. Mari kita blur wajah Lee Jeno si tengil ini.'

"Baiklah, sekarang mari kita lakukan ritual ini."

Alis Jeno mengerut mendengar istilah aneh yang digunakan Jaemin. Tapi dia tidak ambil pusing dan memilih memitar tubuhnya agar berhadapan dengan Jaemin.

Lutut keduanya bersentuhan, Jeno menatap Jaemin tepat di matanya. Dan tanpa alasan yang jelas, jantung Jaemin berdetak lebih cepat dari biasanya. Perutnya mulas, seperti dipenuhi kupu-kupu yang terbang didalam perutnya.

Jaemin mendekatkan wajahnya kepada pemuda dihadapannya, tangannya berpegangan pada bangku untuk menahan tubuhnya yang condong kearah Jeno. Jeno sendiri masih menatap mata Jaemin (yang sumpah demi apapun sangat cantik, bulu matanya sangat lentik seperti rusa).

Jarak diantara mereka semakin terhapus, Jaemin menutup matanya saat bibir miliknya berada tepat didepan bibir milik pemuda Lee itu. Dan entah Jaemin kerasukan atau terjadi sesuatu didalam kepalanya, Jaemin yang entah mendapatkan keberanian darimana malah menempelkan bibirnya pada bibir penuh milik Jeno.

Cup.

Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima...

Jaemin menjauhkan bibirnya dari milik Jeno. Tidak ada lumatan, hanya menempel. Tetapi efeknya sungguh luar biasa. Seluruh darah Jaemin serasa naik ke wajahnya. Wajahnya sangat panas dan dia yakin pasti sangat merah. Jaemin berdehem lalu menelan ludah dengan sudah payah.

Hening. Baik Jeno maupun Jaemin hanya saling menatap tanpa berbicara. Bahkan posisi Jaemin masih bertumpu pada bangku. Jeno dapat melihat muka Jaemin yang sangat merah, dan menurutnya, pemandangan dihadapannya saat ini sangat indah. Cantik.

Dengan jarak yang minim itu, Jeno akhirnya membuka suara, "aku tidak memintamu untuk mencium di bibir, aku hanya minta di pipi. Tapi sekarang aku berubah pikiran, ciuman di bibir jauh lebih baik daripada di pipi."

Setelahnya tangan besar Jeno menangkup pipi Jaemin, mendekatkan wajahnya pada pemuda Na, Jeno memberikan ciuman lagi pada bibir Jaemin.

Daily Kisses; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang