1. Gudang

23 3 0
                                    

"Kalian tuh kenapa?!" Pemuda yang meringkuk di ujung ruangan itu berteriak keras. Kakinya yang sempat diinjak tadi ia lindungi sebisanya dengan kepala dan pungung yang menjadi sasaran tiga orang temannya sebagai ganti.

"Lo tuh udah banyak nyuri barang-barang di kelas, masa dicuri kesehatannya doang protes?" Ucap salah satu temannya sambil menekan kepalanya dengan kaki.

"Gue nggak nyuri apapun!" Bela pemuda itu.

"Setelah banyak barang orang ditemuin di tas lo, lo bisa ngomong gitu?" Tuduh temannya yang lain sembari menendang bagian samping tubuhnya keras.

"Uang kas kelas juga lo yang ambilkan? Makannya ada di loker lo?" Satu teman yang tersisa mencambuk punggungnya dengan sabuk kulit yang tadinya dikenakan. Ia merasakan perih yang menjalar di punggungnya. Tak sekali, temannya itu kembali mencambuknya dengan lebih keras. Ia menahan teriakkannya, rasa perih yang menjalar semakin menjadi-jadi. Kulitnya tak lagi mempu melindunginya dan membiarkan cairan merah kental keluar dari tempatnya.

Teman yang tadi menendangnya melotot melihat punggungnya "darahnya rembes!" Ucapnya panik.

"Lo berlebihan sumpah Sat, kalo kayak gini pasti langsung ketauan kalo ada yang liat!" Ia lanjut menyalahkan si pencambuk.

"Ck, diem lo!" Yang disalahkan mencoba menutupi kepanikannya.

"Gue nggak nyuri apapun" pemuda dengan punggung berdarah itu berdiri dan mencoba membela diri. Semua pusat perhatian tertuju padanya.

"Gue nggak tau kenapa uang kas kelas ada di loker gue, gue nggak tau kenapa cincinnya Lia ada di tas gue, gue nggak tau kenapa jam tangan Tio ada di laci meja gue, gue nggak tau kenapa uang spp Chacha ada di tas gue, gue juga nggak tau kenapa hp lo ada di loker gue" pemuda itu menatap mata orang yang membuatnya kini berjalan pincang.

Ia berjalan tertatih mendekat ke arah tiga orang yang hanya terdiam sejak ia mulai berbicara. Dengan perlahan ia mencoba melewati ketiga orang itu. Namun orang yang tadi mencambuknya kini menendang kakinya membuatnya kembali terjatuh.

Ia menarik kepala korbannya keras dan menendangnya sampai mengenai tembok saat ia melawan. Si penendang kini melepas hasduk yang dikenakannya dan mengikatnya di mulut pemuda di depannya. Tentu saja pemuda yang lain mencoba melawan, tapi kepalanya yang dibenturkan ke tembok membuat perlawanan itu terhenti. Kepalanya terasa pusing sekali.

"Lo ngapain?!" Teriak salah seorang lain yang ada di ruangan itu.

"Lo diem!" Yang diteriaki balas berteriak. Tangannya dengan gugup mencoba melepas hasduk korbannya dan mencoba mengikat tangan si korban dengan hasduk itu.

"Yoga, kunci gudang di elo kan?" Ia berbalik dan berjalan menuju pintu.

"Eh, iya" jawab yang ditanya. Pemuda yang hanya terdiam sejak tadi itu tersadar dari diamnya. Semua yang ada di depannya terasa berjalan dengan cepat. Ia merasa menyesal bergabung dalam rencana ini, semua ini salah.

"Buruan keluar, kunci pintunya" si penanya berjalan cepat menuju pintu.

"Dia gimana?" Tanya satu yang lainnya.

"Satu atau tiga?" Yang ditanya berbalik dan menatap yang ditanya, mencoba menyembunyikan rasa takutnya agar tak terlihat yang lainnya.

"Hah?" Yang ditatap mengernyit heran.

"Pilih Rendy, satu atau tiga? Pilih selamatin dia atau pilih selamatin kita bertiga" yang memberi pertanyaan menjabarkan pertanyaannya.

"Lo tuh udah ngelewatin batas, sadar nggak sih!" Yang tersebut namanya membentak keras. Ia marah, entah pada pemuda di depannya atau pada dirinya sendiri yang termakan ajakan pemuda itu untuk melakukan semua ini.

By WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang