4. Satria yang Tak Berjiwa Kesatria (2)

6 3 0
                                    

"Kami mohon maaf atas kejadian yang telah terjadi, khususnya pada pihak dari Danuar Adipati, ini juga termasuk kesalahan kami yang telah lalai dalam mengawasi para murid" guru di depan sana mendapat perhatian penuh dari semua orang di ruangan itu.

Hari itu mereka, para murid pemeran kejadian tak mengenakan di gudang sekolah berkumpul bersama wali mereka. Si dua bidak catur bersama ibu mereka, si otak bersama neneknya, dan si korban bersama kakaknya. 

Si korban menatap para manusia yang telah membuat tubuhnya dibalut perban. Dibanding merasa marah atau benci, ia lebih merasa sedih saat melihat mereka. Ia merasakan tangannya digenggam lembut oleh tangan lainnya. Ia menoleh dan menemukan wajah kakaknya yang tersenyum padanya dan menganggukan pelan kepalanya, memberi isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Yang digenggam tangannya tersenyum balik.

Seharusnya yang menemaninya searang adalah ibu atau ayahnya, tapi mereka berkata mereka tidak bisa datang. Merasa kecewa, tapi ya mau bagaimana? Toh biasanya juga begitu. Akhirnya kakaknya memilih untuk ijin tak masuk sekolah dan menemani adiknya, tak ingin membiarkan adiknya tersiksa sendirian.

"Kami telah melakukan penyelidikan terhadap kasus ini, diketahui bahwa pada hari Jumat kemarin terjadi perundungan dengan Danuar Adipati sebagai korban dan Rendy Saputra, Satria Wira Pradana, dan Yoga Dwi Pratama sebagai pelaku" di depan sana guru BK mereka menayangkan rekaman CCTV yang menunjukkan mereka berempat yang berjalan menuju gudang sekolah. Gudang sekolah itu sendiri tak memiliki CCTV sehingga tak ada rekaman apa yang terjadi di dalam ruang itu. Danu masih ingat saat itu Satria berkata padanya bahwa dia, Rendy, dan Yoga ingin bicara dengannya. Saat Satria memintanya untuk mengikutinya ia hanya menurut karna berpikir temannya itu tak kan melakukan hal buruk.

"Motif dari perundungan ini adalah balas dendam karena korban telah mencuri barang-barang di kelas sejak sekitar dua bulan yang lalu, oleh karena itu kami memeriksa rekaman CCTV dari kelas 8C untuk memastikan apakah tuduhan pada korban adalah benar"

"Namun sayangnya karena CCTV kelas 8C rusak sekitar tiga bulan yang lalu dan baru diperbaiki sekitar satu bulan yang lalu, maka rekaman yang kami miliki hanya rekaman sejak sekitar satu bulan lalu"

Yanu melotot kaget saat melihat rekaman CCTV di layar besar di depan sana. Ia menoleh ke arah adiknya, "Satria tuh temen sebangkumu?" Tanyanya dan mendapat anggukan dari yang lebih muda. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, teman sebangku adiknya itu sangat tidak cocok dengan namanya. Paling tidak itu menurutnya.

"B*****t!" Salah satu pemuda yang ada di sana mencengkram kerah pemuda lainnya yang ia lihat telah memasukan ponselnya ke dalam loker korban mereka. Dibenturkannya pemuda itu ke dinding, membuat semua yang ada di sana menatapnya terkejut. 

"Rendy!" Yang tersebut namanya menurunkan tangannya yang telah menggantung, bersiap memukul pemuda yang ada dalam cengkramannya.

Ia melepas cengkramannya pada kerah si pemuda lainnya. "Gue nggak mukul lo cuma karna bunda ngelarang" ucapnya pelan tapi tajam. Pemuda itu berbalik dan berjalan kembali ke samping ibunya yang menatapnya tajam.

"Nek!" Ucap Danu kaget ketika tiba-tiba wali dari teman sebangkunya berlutut di hadapannya.

"Nek, nenek nggak perlu minta maaf" ia ikut berlutut, meraih bahu wanita di depannya lembut. Ia tersenyum, memberi isyarat bahwa ia baik-baik saja dengan semua yang telah terjadi walau sebenarnya hatinya sedih karna itu.

Melihat apa yang dilakukan adiknya membuat Yanu tersenyum tipis. Ia menekuk lututnya di samping adiknya. "Nek, saya tau nenek merasa bersalah, merasa gagal mendidik cucu nenek, tapi yang salah disini itu cucu nenek, bukan nenek, mau nenek didik sebaik apapun, cucu nenek nggak mungkin nggak melakukan kesalahan, dia manusia biasa, makhluk individu yang memuutuskan pilihannya sendiri, kalo dia milih pilihan yang salah, itu kesalahannya sendiri, bukan salah nenek" ucapnya pada wanita tua di hadapannya yang kini mulai menitihkan airmatanya.

By WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang