1. Pernikahan

1.8K 509 753
                                    

Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran ketiga kakak beradik ini. Mama, Tante Fatma, dan juga Om Erwin .Mereka melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan, aku hanya bisa menjadi korban rencana mereka.

Sebuah pernikahan yang seharusnya tidak terjadi kini telah terjebak dalam diriku. Aku pasrah menerima permintaan mama karena saat ini aku belum memiliki sosok pria di hatiku

Aku harus menikahi Om Erwin. Om kandungku sendiri, sebab om Erwin adalah adik bungsu dari mamaku. Umur om Erwin tidak terlalu jauh dari umur ku beda umur kami hanya 9 tahun. Kini usiaku 24 tahun dan tinggal menghitung hari usai ku berubah menjadi 25 tahun dan usia om Erwin sekarang 34 tahun.

Karena usia kami tidak terlalu jauh dari ku. Hubungan kami sangat dekat aku menyayanginya. Waktu kecil dialah orang yang selalu bermain dengan ku sebab aku tak punya saudara. Aku adalah cucu pertama keluarga Hermawan. Keluarga terpandang di jagat Raya ini

Om Erwin adalah sosok yang ku kagumi sebagai seorang paman tak lebih dari itu

Om Erwin sebenarnya sudah menikah. Ia memiliki satu orang anak dari pernikahannya. Kehidupan mereka juga sangat harmonis namun kenapa dia menyetujui pernikahan yang direncanakan kedua kakaknya yakni mama dan tante Fatma

Entah kenapa aku juga mau mengikuti rencana mereka. Seakan-akan aku pasrah dengan keadaan ku.

Pernikahan itu dilaksanakan tanpa sepengetahuan Papa dan juga keluarga besar lainnya. Pernikahan itu dilakukan di salah satu Vila keluarga kami. Pernikahan yang dihadiri oleh mama dan juga tante Fatma saja karena itu adalah bagian dari rencana mereka

Seusai Pernikahan

"Maaf sayang, tapi aku harus pulang. Besok aku akan kembali." Ucap Om Erwin yang sekarang sudah menjadi suamiku sembari mencium kening ku.

Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum kecil melihat kepergian Erwin.

Erwin memiliki keluarga. Keluarga sebenarnya, aku tidak mungkin melarangnya karena aku hanyalah istri simpanan.

"Sayang, mama sama tante pulang dulu. Kamu hati-hati di sini. Sabtu kamu pulang ya, mau rayain ulang tahun kamu."

Mama dan tante Fatma ikut menyusul om Erwin yang belum lama pergi dengan mobil Lexus LM350h

Kini aku sendiri di rumah yang sangat besar ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Pintu ku kunci dan
Aku pun berjalan menaiki anak tangga lantai 2 menuju kamarku

Malam yang seharusnya menjadi malam pertama dua insan yang telah menikah kini hanya aku sendiri. Sendiri berada ditempat tidur pengantin dengan derai air mata kesedihan.

Kebodohan apa yang kulakukan membuat ku terjebak dalam satu ikatan yang tak seharusnya. Kini kepasrahan yang harus kujalani.

Keesokan harinya

Dari balik kaca jendela aku berdiri sembari memegang cangkir berisi teh memandangi keindahan alam di sore hari

Tiba-tiba telapak tangan seseorang menutup kedua mataku dari belakang. Aku mengangkat tangannya dan berbalik badan kearahnya, sontak pria itu langsung membawa ku kedalam pelukannya.

"Maaf, sudah meninggalkanmu sendiri."

Aku mengangkat kepalaku memandangnya dan tersenyum simpul padanya

Aku mengerti semua pasti berat buat dia jalani karena sekarang ia harus membagi waktunya untuk dua istrinya.

"Kamu lapar? Aku masakin ya."

Pria itu mengangguk sembari tersenyum. Aku melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan dia untuk memasakin dia makanan di dapur.

Di Meja Makan

Aku nggak menyangka pria yang di depan ku ini harus ku layani makan nya. Pria yang dulunya ku panggil dengan sebutan Om sekarang berubah panggilan dengan sebutan lain

"Masakan kamu enak. Belajar masak dimana? " Ucap Erwin sangat menikmati makanan yang disantap nya.

"Mbak Mira, yang ngajarin."

Mbak Mira salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di bagian masak memasak di rumah pak Hermawan. Karena aku cucu pertama dari anak pertama Pak Darma Hermawan maka aku tak punya teman main. Pelayan-pelayan di rumah lah yang menjadi teman mainku.

"Aku akan nginap dua hari di sini."

Aku tersenyum bahagia mendengar ucapan spontan Erwin.

Apa aku berdosa telah memisahkan dia dari istrinya, tapi kini hati ini ingin sekali dia berada disini lebih lama, bukan sekedar dua hari. Aku ingin dia tetap berada disini, hanya untukku.

Apa mungkin perasaan ku telah berubah. Apa mungkin aku mulai membuka hati untuk nya.

"Sayang kamu nggak makan?"

Aku tersenyum padanya dan melanjutkan makan

Kini sebutan sayang itu mulai melekat di bibir Erwin. Apa sebutan itu juga sudah melekat di hatimu Erwin?

Aku dan Erwin menyelesaikan makannya dan kembali ke kamar untuk beristirahat

Di Kamar

Aku dan Erwin yang sudah berada di atas kasur.

Pria yang sekarang tidur di sampingku bukan lagi sebagai seorang paman tapi seorang kekasih

Erwin mendekatkan tubuhnya padaku dan dibawa nya kepala ku ke atas lengannya sembari mengelus-elus rambutku

"Maaf, aku belum siap melakukannya."

Aku mengangkat kepala memandanginya memberi senyuman sebaliknya Erwin pun melihat ku dengan senyuman

Aku mengerti. Aku juga belum merasa yakin dengan hubungan ini.

"Aku mau tidur, nyanyiin dong !" Pinta ku langsung memeluknya

Erwin meraih pelukanku dan langsung menyanyikan sebuah lagu yang sangat ku sukai

"Kamu masih ingat lagu ku?"

"Aku ingat semua tentang mu." Ucap Erwin spontan

Mendengar ucapan Erwin sontak membuatku kaget dan langsung memandanginya dengan tatapan kaget

"Aku mencintai mu." Aku yang masih belum percaya dengan ucapan Erwin tetap memandangi nya.

"Tidurlah! Aku akan bernyanyi buat kamu." Pinta Erwin dan langsung bernyanyi

Aku kembali tertidur dalam pelukan Erwin.

My Husband Is My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang