9. Dia Marah

536 249 1K
                                    

Di Rumah

Akhirnya kami pun sampai di rumah. Roy memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah.

Tangan Roy masih saja menggenggam tanganku.

"Makasih ya." Ucap ku hendak turun namun tertahan karena Roy masih menggenggamnya

"Cuman itu?"

"Apa lagi?" Ucapku sedikit ketus

"Ko jutek si sama pacar."

"Maaf, Sa..yang. Aku lagi nggak enak badan."

Cups

Sebuah kecupan mendarat di pipi Roy dan langsung ku bergegas turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah

Roy hanya terpaku melihat ku keluar dari mobilnya.

Tak lama kemudian mobil Roy pun beranjak dari depan rumah.

***

Aku langsung masuk ke kamar mandi lalu membersihkan diri dan berganti pakaian.

Di Kamar

Aku membaringkan diri di atas kasur, karena perjalanan yang jauh membuat ku sangat lelah sehingga membuat ku langsung tertidur pulas.

Pukul 18.00

Tok.. Tok.. Tok

"Non.. Non Adel.. " Panggil Bibi sambil mengetuk-ngetuk Pintu yang akhirnya membuat ku sadar dari tidur

"Non Adel... Non Adel."

"Iya Bi, sebentar." Aku beranjak dari tempat tidur dan membukakan pintu

"Ada apa Bi?" Tanya ku yang masih terlihat lemas

"Non. Tuan Besar meminta ku untuk memberitahukan bahwa sebentar akan ada makan malam bersama keluarga besar."

"Iya, makasih ya Bi."

"Iya, kalau gitu saya permisi dulu." Bibi Amira pun beranjak dari ku dan membuat ku masuk kembali ke kamar dan menutup pintunya.

"Makan malam bersama, berarti Erwin akan hadir bersama istri dan anaknya."
Gumam ku

Sebenarnya aku merasa senang karena aku bisa bertemu dengan Erwin namun ada perasaan lain yang membuat ku tak bersemangat.

Aku pun langsung memasuki kamar mandi untuk mandi setelah itu bersiap-siap diri semaksimal mungkin agar terlihat cantik.

Di ruang makan

Semua keluarga tampak lengkap hanya tinggal menanti kedatangan ku.

Semua mata hanya tertuju kepada ku mungkin karena aku orang terakhir yang datang.

Mata Erwin tak berkedip sekali pun. Ia terus memandangi ku sampai aku duduk pun mata Erwin terus saja memandang ku.

"Ok. Kita tunggu satu orang lagi ya." Ucap Ayah membuat ku merasa heran karena seharusnya semua sudah lengkap

"Siapa lagi Pa?" Tanya ku penasaran

"Ada, nanti juga kamu tahu siapa orang nya." Jawab papa santai

Aku memilih diam dan tak bertanya lagi.

Aku memandang ke arah Erwin ternyata masih terus memandang ku. Tatapan Erwin membuat ku menjadi salah tingkah

My Husband Is My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang