Part 14

1.7K 205 3
                                    

Happy reading

Di hari minggu ini, Chika menemani Aran di kafe. Karena kata Aran hari ini beberapa barang nya tiba di tempat, Aran membeli banyak barang-barang untuk menambah dekorasi di kafe nya.

Aran terlihat tengah mengangkat-angkat kardus ke gudang, ternyata banyak juga barang yang sudah Aran beli. Tadi nya Chika ingin membantu, tapi Aran melarang nya, karena katanya barang-barang nya lumayan berat.

Sepertinya orang seperti Aran sangat enggan menghabiskan waktunya dengan berleha-leha. Aran selalu memanfaatkan waktu nya dengan hal-hal positif. Tidak seperti Chika, jika waktu wekeend nya tidak kemana-mana, ia hanya menghabiskan waktunya dengan rebahan di rumah.

Chika jadi membayangkan, bagaimana kehidupan Chika setelah nanti menikah dengan Aran. Apakah Chika akan menjadi istri yang baik? Karena Chika bisa di bilang sedikit pemalas.

"Kamu belum masak Chika?"

Chika menggeleng. "Belum mas, maaf ya."

Aran menghela nafas nya, ia segera menggulung kemeja nya sampai siku, membuka dasi nya dan bergegas ke dapur. "Biar aku yang masak Chika."

"No! Kamu gak bisa masak!" tolak Chika berlari kecil menghampiri Aran.

Aran tertawa geli. "Yaudah kamu sekarang masak, aku tunggu di ruang tengah."

"Iya, itu sangat lebih baik ketimbang kamu harus ada di dapur."

Aran lagi-lagi tertawa. "Kurangi rasa malas nya. Jangan sampai aku cari istri lagi."

Chika langsung menggeleng cepat ketika bayangan di masa depan nanti muncul. Tidak, tidak. Mulai sekarang Chika harus belajar untuk tidak menjadi pemalas, seram juga jika nanti Chika menjadi janda karena sifat pemalas nya.

"Chika!" Aran menyentuh bahu Chika.

Chika sedikit tersentak mendengar seruan dari kekasihnya.

"Kenapa bengong?"

"Ahh, engga. Udah selesai?"

"Udah. Ke dalam yuk."

Chika segera mengambil tas nya, dan ikut bersama Aran ke dalam, lebih tepatnya ruangan Aran.

"Kamu suka dark ya Ran?" Chika bertanya setelah sudah masuk ke dalam ruangan yang bernuansa abu dan putih gelap. Jika di pikir-pikir, sepertinya Aran menyukai warna yang gelap-gelap, warna kamar Aran pun berwarna hitam putih dan abu.

"Iyaa, aku gak suka sama warna terang."

"Kenapa?"

"Warna ini menggambarkan hidup aku yang putih abu. Dan kamu liat warna biru itu?" Aran menunjuk tembok yang berwarna biru. "Itu adalah kamu, warna baru yang datang di hidup aku."

**

Setelah mengantar Chika pulang, Aran kembali melajukan motornya ke rumah Ollan, karena ada tugas kelompok yang harus di selesaikan.

Membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di rumah yang bernuansa coklat ini. Aran memarkirkan motornya di pekarangan rumah Ollan. Setelah itu barulah ia masuk ke dalam rumah Ollan. Kehadiran Aran di sambut rusuh oleh kedua sahabatnya.

"Mami sama papi lo kemana?" tanya Aran begitu sampai di kamar Ollan.

"Gereja, gue pulang duluan."

Aran membulat kan mulutnya seraya berkata "Ohh."

"Main PS yuk Ran." ajak Ollan yang mulai beranjak mengambil stik PS nya.

ARAN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang