Part 31

1.5K 199 31
                                    

Katanya, orang yang setia akan kalah dengan orang yang selalu ada. Chika membenarkan kalimat itu karena Chika kini merasakan nya.

Tak ada yang bisa menandingi kesetiaan Aran. Cowok itu bahkan masih tetap memilihnya di saat banyak perempuan lain yang jauh lebih baik dan cantik mengejar nya. Tapi, kesibukan Aran yang terkadang membuat Chika merasa jauh dengan Aran. Untuk bertemu pun rasanya sangat sulit. Chika sudah lelah jika harus terus memperdebatkan hal ini bersama Aran. Memang setelah hari dimana mereka berdebat, Aran sedikit demi sedikit berubah, tapi namanya manusia. Chika tidak puas akan perubahan itu. Hingga akhirnya seseorang datang ke dalam hidupnya..

Satu minggu sebelum acara prom night.

Hujan deras turun sore itu, Chika yang masih berada di butik terpaksa harus berteduh terlebih dahulu. Karena jarak dari butik ke parkiran lumayan jauh, jika memaksa dengan menerobos hujan, sudah dipastikan pakaian nya akan basah. Jadi, lebih baik Chika menunggu hingga hujan sedikit reda.

Chika menatap hujan yang turun dengan deras nya, gemuruh guntur sesekali terdengar nyaring. Chika mengusap-usap sikunya, tubuhnya sedikit menggigil kedinginan.

Tiba-tiba sebuah jaket hitam tersampir di kedua bahunya, Chika mendongak, matanya langsung bertemu dengan mata Vion. Jarak wajah mereka hanya beberapa senti. Hingga pada akhirnya senyuman Vion menyadarkan Chika.

"Pake ya? Dingin. Nanti kamu sakit."

"Kamu? Ngapain disini?"

"Nganter mama." jawab nya dengan nada yang khas.

Chika hanya mengangguk paham.

"Emm, btw. Makasih jaket nya." ucap Chika semakin merapatkan jaket tersebut ke tubuhnya. Hawa dingin benar-benar membuat tubuh nya menggigil, apalagi dia hanya mengenakan T-shirt tipis.

"Iya Chik."

Hening.

"Kamu ngapain disini Chik?" tanya Vion memecah keheningan.

"Abis nyari gaun buat prom night nanti."

"Excited banget nih ya." Vion tertawa renyah.

"Iya Vi. Kalo mepet-mepet takut gak sempet."

"Iya juga sih."

Mereka pun lanjut mengobrol santai di temani hujan yang turun sore ini. Sesekali Chika tertawa karena gombalan receh yang Vion lontarkan.

Tangan Vion refleks mengacak rambut Chika, hal itu membuat Chika cemberut. Hampir satu jam ia membuat tatanan poni nya, namun Vion dengan gampang menghancurkan poni nya begitu saja.

"Ihh Vion!!" Chika mencubit perut Vion.

"Loh? Kok di cubit?" Vion meringis dengan tangan yang mengusap perutnya yang berdenyut nyeri.

"Tau ah!" Chika cemberut, namun hal itu malah membuat Vion semakin gemas.

"Chik, jangan gemes-gemes."

"Kenapa?"

"Takut aku suka."

Sejak saat itu, mereka semakin intens bertemu. Vion mengantar Chika kemana pun Chika pergi, dan tentu nya itu tanpa sepengetahuan Aran.

Pada malam acara prom night mereka di persilahkan untuk berdansa. Namun pasangan dansa mereka di pilih secara acak. Entah kebetulan atau bagaimana, Vion dan Chika di satukan menjadi pasangan dansa malam itu.

Hingga akhirnya, Chika menyadari perasaan nya yang tak biasa. Hati nya menghangat ketika berada di dekat Vion. Tatapan Vion begitu meneduhkan, mereka pun berdansa mengikuti alunan musik.

ARAN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang