Aku mendengar langkah kaki panjang di balik pintu. Di sana ada sepasang kursi tua yang mengaduh menahan berat badan di atasnya. Di sana pula ada satu meja dengan laci yang kuisi dengan bahasa ibu.
Langkah-langkah itu menjerit ketika lempeng kayu terinjak keropos. Aku ada di pojok ruangan. Melihat diriku sendiri meratap penuh harap.
Suara parau terdengar. Asap rokok mengoyak celah kayu di depannya. Disusul batuk yang tak pernah sembuh.
[]
2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Memimpikanku, Ayah Yang Menamaiku
Poetryaku tak bernama, tak berwajah, tapi ibuku mencintaiku. ibu memimpikanku. dan ayah sedang menanam. memberiku nama dari temannya orang portugis. © Tetes Abu 2021