[3] - Sekolah Rasa Neraka

24 4 0
                                    

Disinilah aku sekarang. Berdiri di depan sebuah gerbang Sekolah Menengah Atas yang konon paling berkualitas disini. Aku hanya memasang wajah datar. Mengingat kenangan-kenangan pahit yang dimiliki Denis kini berkumpul di kepala ku. Pelecehan, perundingan, dikucilkan, dan masih banyak lagi.

Aku hanya bisa melakukan ini untuk Denis. Dia anak yang baik. Semoga jiwa mu bisa beristirahat dengan tenang. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membersihkan nama mu. Ku hela nafas panjang sebelum melangkah kan kaki ku memasuki lingkungan sekolah.

Tatapan aneh ku dapatkan saat memasuki lingkungan sekolah. Aku tahu penyebabnya. Selama ini Denis selalu menyembunyikan tampang rupawannya dibalik tampilan cupu. Kulit wajah yang ia poles dengan bedak warna gelap, lalu kacamata kuda dan pakaian oversize.

Dan saat ini ? Oh tentu saja aku tidak akan melakukan itu. Misiku bukan untuk mencari perhatian orang tua ku. Aku tidak peduli dengan itu. Aku berada disini untuk membalaskan dendam Denis. Hari ini aku memakai seragam yang cukup ketat. Tanpa kacamata kuda, aku menggantinya dengan kacamata fashion yang semakin menambah kadar keimutan ku. Tanpa bedak gelap yang memoles wajah. Hanya ku tambah kan lipgloss pada bibirku karena aku merasa bibir ini terlalu pucat. Dan jangan lupakan rambut ikal. Biasanya Denis selalu mengenakan Wig . Mungkin saat ini aku sedang mendefinisikan tampilan malaikat polos.

Langkahku terhenti saat lima orang Siswa berdiri membentuk formasi segitiga dengan seseorang yang semua orang disini tahu jika ia adalah sang ketua genk tersebut. Aku mengetahui siapa mereka.

Sejenak hatiku berdebar gelisah. Ketakutan mendominasi dalam diriku. Aku tahu ini adalah perasaan asli dari sosok Denis yang asli. Perlahan kupejamkan mata lalu menarik nafas.

"Anda menghalangi jalan saya. Bisa kah anda menyingkir ?" Ucapku dengan sopan. Meski saat ini rasanya aku ingin mengacak-acak mereka berlima. Mereka adalah para pelaku pembullyan sekaligus pelecehan yang selalu diterima oleh Denis setiap hari.

"Woahhh. Beberapa hari tidak masuk tanpa alasan. Lalu sekarang berubah ? Sangat mengagumkan !" Teriak Galuh dengan mata tajam dan errr pandangan mesum. Tentu saja. Dia kan gay.

"Saya sedang tidak ingin mencari keributan pagi-pagi. Bisa kah anda menyingkir ?" tanyaku masih sopan. Jika kalian pikir aku lemah maka kusarankan kalian untuk murtad saja sekarang. Ini adalah strategi.

"Heh L*nte ! Lo siapa berani kurang ajar sama kita hah ? Lo tuh gak berhak buat kurang ajar ! Soalnya elo itu makhluk rendahan. Laki-laki doyan k*nt*l hahahaha" Ucap Sean. Orang nomor dua di genk tersebut sambil tertawa. Sekejap kulihat perubahan wajah pada Galuh.

"ANJING YA KALIAN ! DIDIEMIN MALAH BANYAK BACOT ! SINI LO ANJING MAJU !" bentakku. Sudah cukup main-main nya. Lihat bagaimana seorang lelaki sejati menghajar para sampah ini.

Mereka tidak menjawab bentakan ku. Kulihat raut wajah Galih yang tidak bisa ia sembunyikan. Raut wajah kaget. Begitupun dengan Sean. Lalu tiga orang lainnya maju mendekati ku hendak menyerang ku. Dari bagaimana cara mereka hendak menghajar ku saja sangat terlihat bahwa mereka tidak pernah mencicipi pelatihan bela diri sama sekali. Aku rasanya ingin tertawa tapi ini bukan waktunya untuk tertawa. Mari kita lakukan ini dengan cepat.

Salah satu dari mereka melayangkan kaki kanannya hendak menendang ku. Namun sebelum kaki itu menyentuh pinggangku. Aku dengan cepat menangkap nya lalu ku balas dengan tendangan kuat pada selangkangan nya. Bunyi krek cukup keras terdengar cukup dramatis. Kuharap itu masih bisa berdiri. Lalu Siswa tersebut tumbang sambil berteriak kesakitan memegangi bagian selangkangan nya.

Selanjutnya sebuah tangan hendak memukulku pada bagian wajah namun sebelum tangan penuh dosa itu menyentuh wajah mulusku ini. Ku tangkap tangan itu lalu ku tarik memutari badanku. Hingga saat ini orang tersebut tampak seperti tengah berputar dengan kencang. Setelah kurasa ada sepuluh putaran maka kulepaskan hingga orang tersebut terjerembab menubruk tembok disampingnya. Tinggal tersisa satu orang lagi yang kini tidak dapat menyembunyikan raut ketakutannya.

"L*NTE BANGSAT !" Teriak orang terakhir sebelum secara membabi buta menyerangku. Tangannya tampak secara random menyerang ku.

Aku hanya diam saja. Pukulannya hanya mengenai angin sedari tadi karena aku hanya menghindar saja. Saat kulihat orang itu kelelahan. Lalu aku menendangnya dari belakang hingga terjerembab ke depan. Mereka bertiga akhirnya tumbang bersama dengan keadaan yang cukup mengenaskan.

Galih dan Sean ?

Mereka tidak melakukan apapun. Hanya diam dengan mulut terbuka seolah-olah tidak mempercayai apa yang baru saja terjadi. Aku baru saja akan beranjak sebelum seorang guru BK berteriak menghentikan perkelahian ini. Sebenarnya Guru ini sangat telat jika ingin menghentikan. Karena pada dasarnya kami semua sudah berhenti dan hasilnya aku lah sang pemenang hehe.

Aku tahu akan berakhir dimana. Maka dari itu sebelum hal itu terjadi. Aku menghentikan rekaman suara yang sejak tadi berjalan pada handphone ku. Lihat ? Aku adalah seekor kancil yang cerdik. Errr oke kalian jangan menyudutkanku. Baiklah aku revisi ucapan ku. Aku adalah seekor kancil yang licik. Mau melihat kelicikanku ?

**********

"Jelaskan !" Tegas guru BK tadi.

"Denis tiba-tiba saja menyerang kami bu. Kami hanya berniat menyapanya tadi pagi karena beberapa hari ini ia tidak masuk sekolah" Adu orang pertama yang kuhajar tadi. Namanya Rogan. Kuharap Benda diselangkannya dapat Berfungsi dengan baik setelah mendapatkan salam dari binjai ku itu.

"Iya bu. Denis tiba-tiba saja menyerang kami. Kami meminta keadilan bu !" Randy menambahi ucapan Rogan. Randy adalah orang kedua yang merasakan ciuman dengan tembok. Hahaha rasakan itu. Sedangkan Devin yang menjadi sasaran ketiga ku tadi hanya bisa tertunduk lesu tanpa berminat menambah bumbu masakan kali ini.

Aku ? Jangan kalian pikir aku akan menatap mereka tajam dan diam saja seperti di novel-novel lain. Aku memanfaatkan bakat akting ku dengan baik. Berurai air mata yang melimpah dan juga isakan tangis palsu. Aku menunduk lalu memutar rekaman yang sejak tadi kusimpan. Semua orang terkejut. Bukan. Bukan karena mengetahui kebenaran nya. Tapi karena aku melawan untuk pertama kali nya. Jika kalian pikir Guru BK ini baik maka kusarankan kalian untuk mengakhiri hidup saja. Guru BK ini adalah Ibu kandung dari Devin. Guru BK dan guru-guru lainnya tidak pernah memihak padaku sejak dulu.

Sejenak ruangan itu terasa senyap dan penuh dengan rasa kaget saat ini.

"Saya hanya berusaha melindungi diri saya sendiri. Sekolah ini adalah sekolah elit dengan setiap penjuru nya dilengkapi CCTV . Ibu dapat membuktikan apakah ucapan mereka benar jika saya yang menyerang mereka duluan atau mereka yang duluan menyerang. Yah itu pun jika Ibu Objektif...." Ku hela nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapan ku

".... Kita sama-sama tahu jika aku hanyalah korban pelecehan seksual disini. Bukan Remaja salah gaul seperti yang anda tuduhkan. Anda mengetahui semuanya. Namun anda bersikap seolah semua salah saya karena anda melindungi anak anda. Suatu saat nanti semua akan terkuak. Saya permisi" Aku beranjak dari sana. Sebelum itu aku melihat raut terkejut yang ditunjukan oleh para berandalan itu. Devin yang tentunya sangat terkejut. Ia tidak menyangka jika selama ini ibu nya mengetahui kebejatannya.

Bagaimana cara ku mengetahui semua nya ? Errr sebenarnya aku tidak sengaja membaca Diary Book milik Denis. Dan yups. Semua nya tertuang disana. Terima kasih Denis. Kau membuat tugas ku tambah lebih mudah sekarang.

Bersambung.

Jumlah Kata : 1125 Words

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Denis Life Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang