Jingga tidak pernah ingin terlibat perkelahian lagi setelah kejadian sebelumnya. Namun, perilaku Joya dan kawan-kawannya berhasil membuat Jingga naik pitam. Sebab, untuk kelima kalinya ia harus mendapat limpahan kemarahan dari dosen pengampu mata kuliah karena tugas kelompok miliknya bersama dengan Joya selalu salah baik di hasil laporan diagnosa atau yang lainnya.
Sekarang, Jingga sudah tidak perduli lagi tentang image anak baik yang selama ini ia bangun, hancur begitu saja. Siapa suruh 'mereka' memancing kegilaan Jingga yang selama ini ia kurung dalam jiwa. Jingga tidak menyesali perilakunya. Ia malah merasa sangat senang sekaligus lega.
Jingga menatap ke arah layar handphone miliknya itu. Membaca tiap kalimat menfess yang muncul di beranda twitter miliknya. Menfess yang dikirim melalui laman platform akun base fakultasnya.
Ia hanya tersenyum menampaki bahwa dirinya menjadi bahan gunjingan di menfess tersebut. Bahkan ada yang mendoakannya untuk menghilang saja. Sungguh aneh.
Jingga menscroll laman menfess tersebut untuk membaca berbagai komentar kiriman disana. Berbagai macam isi komentar ia temukan, dari yang mencemooh bahkan ada yang mendukung. Jingga dibuat heran kenapa ada saja yang mendukung dirinya. Apa mereka sama tidak warasnya dengan dirinya.
Ia menemukan beberapa akun familiar, baik dari mantan Ketua BEM Fakultas yang sudah pensiun, akun milik Joya, dan beberapa akun lainnya. Yang berhasil menarik perhatian Jingga adalah akun dengan username Justshua—yang bahkan menawarkan bantuan padanya.
"JING!" seruan dari arah belakang tubuhnya membuat Jingga mengalihkan perhatiannya pada layar handphone yang dipeganginya. Menoleh ke arah belakang, tepat pada cewek berambut hitam pendek bertubuh mungil yang telah berlari kecil menghampiri tempatnya berada. Si Tasya.
"Sorry telat, gue baru kelar kelas. Gila aja sih, dosennya semangat banget ngajarnya. Sampe mahasiswa sekelas pada mual semua kayaknya karena kelamaan nunggu," ujar Tasya sembari menempati bangku diseberang Jingga.
"Udah gue duga sih," balas Jingga padanya sembari menyodorkan segelas jus jeruk dingin miliknya.
"Tau amat sih lo, nyet kalo gue haus. Thanks ya," Jingga hanya manggut-manggut saja membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANJING (Angkasa dan Jingga) || SEVENTEEN
General Fiction[update seminggu sekali || Diharapkan follow akun dulu sebelum membaca, makasih] Jingga-acap kali dihubungkan dengan senja yang dikenal akan keindahannya. Jingga juga merupakan salah satu macam warna yang memiliki beberapa filosofi dibaliknya. Jingg...