Part 5

18.8K 98 0
                                    

"Begini, Oom tahu kalau kalian tadi ngintip Oom di kamar.

Tapi kalian tidak perlu kuatir sama Oom. Oom nggak marah kok. Malah senang bisa memberi kalian pelajaran baru.

Tapi Oom juga kepingin lihat kalian telanjang juga dong, biar adil namanya.

Iya, nggak.?"

Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara malu dan takut.

"Maaf Oom, tadi kami tidak sengaja mengintip." kata Indri ketakutan sambil
merapatkan pahanya.

"Baiklah kalau begitu Oom tidak mau memaksa kalian, Oom juga sayang sama kalian.

Kalian semua cantik-cantik. Sekarang daripada kalian ngintip, Oom nggak
keberatan untuk nunjukin burung oom.

Lihat yach dan kalian semua harus
memegangnya. Yang nggak mau megang nanti Oom telanjangin!" Suaraku bertambah nada ancaman.

Dan aku pun segera membuka reitsleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana dalam, hingga burungku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong keluar.

Serempak Indri, Lusi, dan Ita menutup wajah mereka. Aku acuh saja mendekati mereka satu persatu dan menarik tangannya untuk memegang burungku.

Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel burungku.

Nita yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku.

"Sudahlah Oom jangan begitu, lebih baik kita semua telanjang bersama saja, itu
memang yang paling adil. Lagian kita juga sudah biasa mandi bersama kok, iya
khan teman-teman."

Indri, Lusi, dan Ita diam saja tampak malu-malu mempertimbangkan tawaran Nita.

"Baiklah karena diam berarti kalian setuju. Ayo dong Lus, biasanya kamu yang paling suka membukakan bajuku."

Kata Nita sambil menghampiri lalu merangkul Lusi.

"Iya dech saya setuju, tapi asal yang lain juga setuju lho." Lusi mengumpan lampu kuning.

"Oke, Saya juga setuju agar konsekuen dengan perbuatan kita."Ita menimpalinya

"Demi kalian aku juga boleh-boleh saja."

Akhirnya Indri juga memberi keputusan
yang melegakan hatiku.

"Nach begitu baru kompak namanya. Yuk kita bareng-bareng ke kamar aja.." Sahut Nita.

Jantungku bergerak kencang sekali, melihat di depanku berjalan 4 cewek imut-imut alias ABG, Nita dan ketiga temannya, Indri, Lusi, dan Ita, menuju kamar Nita.

Mulanya bingung harus bagaimana, tapi situasi yang memaksaku berbuat spontan saja.

Mereka semua kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang.

"Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Oom. Oom nggak mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan bermain dalam dunia yang baru, yang belum pernah kalian rasakan.

Kalian tak perlu malu, kalian tinggal menuruti apa saja yang Oom
perintahkan. Sekali lagi rileks saja, anggaplah kita sedang menjalani pengalaman yang luar biasa."

Banyak sekali sambutan pembukaan yang keluar begitu saja dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar nanti tidak kacau.

Akhirnya mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah mereka mulai muncul senyum senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa malunya.

Wajah mereka memerah kala aku mengucapkan kata-kata yang berbau gituan.

Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan.
Nita memilih Indri sebagai pasangannya sedang Lusi dengan Ita.

Padahal batang kejantananku sudah gemetaran ingin segera melabrak mereka tetapi nalarku yang melarangnya

"Sekarang kalian coba saling membukakan baju pasangan kalian sampai tinggal BH dan celana dalam saja.

Biar nanti sisanya Oom yang bukain."

Mulanya mereka ragu bergerak, untung lah ada Nita yang berpengalaman dan Ita yang agresif sekaligus paling cantik dan menggiurkan

Ita memang lebih menonjol dari semua nya, badannya yang bagus tergambar dalam baju tipisnya, hingga BH-nya
menerawang membentuk gundukan yang sempurna.

Nita dan Ita tampak tertawa kecil
membuka kancing baju temannya yang tak bisa mengelak lagi. Dan tentu saja Indra membalas perbuatan Nita, demikian pula Lusi. Wah, tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk.

Hatiku bersorak girang melihat mereka
saling berebut melepas baju pasangan nya.

Sementara itu otakku terus berputar
mencari solusi terbaik untuk step berikutnya, selalu saja setiap cara ada
kemungkinan terjadi penolakan.

Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku.

Pasangan Nita dan Indra kelihatan kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang, hanya BH dan celana dalam saja yang menempel di badannya

Untuk Nita tak perlu kuceritakan lagi, lagian para pembaca juga sudah pernah ikut menikmati keindahan tubuhnya pada episode yang lalu.

Sedang Indra yang berbadan putih mulus masih malu-malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan ikut menonton Ita dan Lusi yang belum selesai.

Sementara itu, Ita dan Lusi sampai bergulingan di lantai. Kelihatannya Lusi menolak dibuka rok bawahnya, tapi Ita tetap ngotot menelanjanginya.

Nita dan Indri turut tertawa menonton
pergulatan seru itu.karena gemas melihat Ita kewalahan atas pemberontakan Lusi, Nita dan Indri segera bergerak membantu Ita dengan memegangi kaki Lusi yang tengah menendang-nendang.

Secepat kilat Ita memelorotkan rok bawah Lusi sampai terlepas.

"Heehh.. kalian curangg.. Nggak mau, Lusi nggak mau sama kalian lagi.."

Lusi berteriak dengan sengit dan seperti mau menangis.

"Tenang Lusi, kita kan lagi bersenang senang sekarang, dan lagi kenapa kamu
mesti seperti itu. Bukankah kamu sendiri tadi sudah ikut setuju.

Dari tadi kan Oom nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Hanya kita-kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah. Percaya deh sama Oom."

Next Part

Satu Lawan EmpatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang