Note :
Ini adalah bagian ketujuh dari sebuah cerpen berjudul "The Unexpected"***
Besok adalah hari pernikahan. Hari dimana mereka saling mengikat janji suci satu sama lain, janji sehidup semati baik suka maupun duka. Hari yang mengubah status mereka jadi sepasang suami-istri dimana Jace akan jadi milik Naomi sepenuhnya begitupun sebaliknya.
Itu berarti, ini adalah hari terakhirku bisa memandang bebas dirinya. Rasa cinta yang telah tumbuh ini setidaknya harus kupangkas habis dalam semalam. Andai semudah itu melakukannya, maka aku akan menghadiri pesta pernikahan dengan wajah berseri-seri seolah-olah tak terjadi apa-apa. Atau jika ada aku akan menenggak seratus botol ramuan penghilang perasaan, untuk menghilangkan rasa cintaku padanya.
Aduh, Anne! Kenapa kau jadi melakonlis seperti ini? Fokus Anne! Kau disini untuk menyelamatkan mereka, bukan untuk hal tersebut. Kau harus cari cara untuk menggagalkan pernikahan mereka. Tapi bagaimana? Lalu entah setan darimana membisikiku sebuah rencana.
Ungkapkan perasaanmu padanya.
Hello?!! Kamu serius? Itu rencana yang gila! Aku tidak sanggup melakukannya. Aku harus menaruh mukaku dimana? Di angkasa?
"Aku senang, Jade."
Iya Jace. Aku tahu kamu senang.
"Besok adalah hari yang paling kutunggu setelah sekian lama."
Menikah dengan Naomi adalah impianmu terbesarmu ya, Jace.
"Aku tidak sabar menunggu esok tiba."
Aku malah berharap waktu bisa berhenti sekarang.
"Bukankah.. ini sore terakhir kita?"
Tak terasa air mataku mengalir, aku benci mengakui bahwa itu benar. Kau jahat Ash, mengapa kau dengan mudahnya menghancurkan dinding pertahananku? Katanya dulu kau tidak akan jatuh cinta padanya, lalu sekarang apa?
"Kau menangis, Jade?"
Aku mengusap air mataku. "Tidak. Mataku tadi kemasukan debu."
Jace menghela napas. "Ada yang ingin kau sampaikan padaku?"
Dengar, ungkapkan perasaanmu padanya, siapa tahu pangeran akan mengubah keputusannya.
Astaga! Setan ini lagi! Pergilah dari sini!
"Pangeran, saya sudah memperingatkan anda dari dulu–"
Jace menyela. "–jangan menikah dengannya. Karena akan membuka gerbang kehancuran bagi kerajaanku sendiri. Well, aku ingat, tapi aku tidak akan menyesali keputusanku. Lagipula kau tidak berhak ikut campur."
Iya, ya. Memang aku siapanya?
"Aku mencintaimu, Jace," ucapku tenang tanpa keformalan. Tentunya aku sebagai–Anne–yang jujur mengakui.
Jace terkejut. Sorot matanya menatapku tak percaya seakan-akan ini hanya sebuah lelucon. Aku tahu ini kedengarannya konyol, tapi jatuh cinta dalam waktu sebulan tidak ada yang menyangka, bukan?"Ada pria lain yang mencintaimu, Jade."
Aku terdiam. 'Ada pria lain yang mencintaimu, Jade', kalimat itu menggema dipikiranku. Apakah ini artinya dia menolakku? Rasanya aku ingin mengatakan; aku Anne bukan Jade! Tapi aku tak bisa, aku akan dianggap pembual. Yang bisa mereka lihat sekarang hanyalah fisik Jade, bukan jiwa Anne. Dan itu kenyataan pahit yang harus kuterima.***
Berdirinya aku di balairung sini bukan untuk mengikuti upacara bendera, melainkan mengantarkan hatiku pada lubang kehancuran sama seperti kerajaan ini. Mengenakan dress putih sederhana yang dianggap suci untuk hari sakral seperti ini, menurutku tidak, bagiku ini sama halnya dengan mengibarkan bendera putih pertanda aku sudah menyerah. Aku pasrah, aku sudah tidak punya peran disini. Aku ingat, dinovel butuh tujuh lembar halaman lagi untuk menceritakan hal-hal pilu setelah hari pernikahan ini. Harapanku hanya satu; aku dapat keluar dari dunia novel ini secepatnya tanpa menyaksikan kehancuran mereka. Aku tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unexpected [ END ]
FantasyBuku itu tiba-tiba saja jatuh dihadapanku. Katanya, 'kamu adalah peran besar cerita ini'. Aku? Peran besar apa?