7

882 198 67
                                    

Haiiii~

Aku dan DaeJiLief akhirnya kembali! Chapter kali ini panjang loh, sampe 2700+ kata. Semoga sedikit mengobati kerinduan kalian 🤗

Di hari Minggu ini daripada ngelamun dan rebahan sambil mikir harus ngapain, yuk baca Baesin!


Happy reading!^^



~°~°~



Setelah acara makan malam selesai, hujan turun begitu deras. Pohon-pohon serasa terguncang dengan adanya hujan lebat disertai angin yang berembus kencang, lantaran dedaunan miliknya satu persatu lepas dari dahan. Hanya lampu jalanan saja yang membantu penerangan jalan karena bulan sudah tertutupi awan hitam pekat.

Dingin malam pun menusuk hingga kulit. Selimut yang dipakai mungkin rasanya masih kurang untuk mengurangi rasa dingin. Meskipun alat penghangat ruangan sudah terpasang, angin masih tetap masuk melalui celah-celah ventilasi.

Dingin yang dirasa (Y/n) membuat kantuknya hilang. Wanita itu meringkukkan badan, namun rasanya nihil untuk tidur. Akhirnya ia beranjak dari ranjang dan menuju dapur untuk membuat secangkir susu hangat.

"Hujannya sangat lebat. Mingyu tidak kehujanan, kan?"

Setelah jam makan malam Mingyu memutuskan untuk kembali ke kantor guna menyelesaikan pekerjaan yang dirinya tunda.

(Y/n) tersenyum ketika kembali teringat wajah Mingyu sebelum pulang. Senyumnya tidak lepas, menonjolkan gigi taringnya yang agak panjang. Pelakuan yang Mingyu berikan membuat dirinya mulai merasa nyaman, memikirkan bagaimana interaksi itu menggambarkan seakan hubungan mereka lambat laun akan lebih serius. Namun, pemikiran itu ia tepis lebih dulu, lantaran memikirkan hal yang terlalu jauh membuat dirinya sedikit takut.

Ia teringat dulu Jeonghan pernah bercerita mengenai hal-hal menarik jika memiliki seorang anak. Keluarga kecil itu akan diajaknya berjalan-jalan menuju tempat sederhana. Pergi menuju taman, membeli es krim, dan membawa perbekalan untuk makan di lahan yang sangat luas sambil memandang langit. Namun belum sempat melaksanakan, sang kekasih sudah meninggalkannya lebih dulu.

Suara dentuman yang cukup keras menyadarkannya dari lamunan. Kali ini bukan gemuruh petir yang besar, melainkan suara yang berasal dari lantai atas. Wanita itu melihat cangkir yang digenggam. Tanpa terasa susu yang dibuatnya sudah tak tersisa setetes pun. Akhirnya ia menaruh cangkir dan naik ke kamar Wonwoo, takut ada sesuatu yang terjadi.

Wanita itu menghentikan langkah di tangga. Ia melihat pintu ruang kerja Wonwoo sedikit terbuka dengan sorot lampu yang masih menyala, membuatnya bernapas lega.

"Ternyata Wonwoo masih bekerja," gumamnya.

Tidak ingin menggangu Wonwoo, ia kembali ke kamar. Memutuskan untuk mencoba tidur dan mengalihkan pemikiran-pemikiran yang membuatnya makin larut dalam kesedihan.

Di sisi lain, gelas berisikan air terjatuh di lantai. Bantingan keras membuat gelas itu pecah dan berserakan begitu menumbuk lantai.

Wonwoo, sang pelaku dari keributan tersebut mencengkeram ujung meja dengan kuat. Raut wajahnya kian memerah. Tatapan elangnya menajam. Kondisi ruangan itu sangat kacau. Lantai dipenuhi dengan buku serta berkas yang Wonwoo lempar sebelumnya. Ditambah pecahan kaca dan air yang menggenang.

Pria itu memejamkan mata sejenak. Ia melepas cengkeramannya pada meja dan melangkah menuju jendela. Menatap menatap ke luar sana dengan helaan napas kasar. Tangannya mengepal di samping tubuh, dirasa emosinya belum reda.

배신 (Baesin) [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang