1

1.3K 273 18
                                    

Hallo~ kami kembali untuk menemani malam takbiran❤️

Chapter di cerita ini sedikit lebih panjang dari ceritaku yang lainnya ya. Semoga hal ini bisa diterima dengan baik sama kalian dan menghibur🤗


Btw semoga malam takbirannya makin happy karena Wonwoo is back 👀


Happy reading!^^



~°~°~



Suasana ruang sidang semakin memanas. Argumen-argumen antara jaksa dengan pengacara terus bertabrakan.

Perdebatan sangat sengit; melawan untuk membebaskan atau menghukum. Tetapi, sekalipun ruangan itu dipenuhi keributan, wanita yang sedang dibicarakan hanya diam, tidak melihat ataupun menyimak sama sekali.

"Sebentar yang mulia, saya membawa bukti lain bahwa klien saya bukanlah tersangka." Berjalan menuju meja hakim, si pengacara memberikan beberapa map yang sudah disiapkan dengan beberapa foto di dalamnya. "Itu bukti CCTV pada sebelah toko roti yang dikunjungin oleh Lee (y/n), di mana pada pukul 16.00 sore, klien saya masuk ke tempat ini dan keluar menunjukan pukul 17.15 dan bisa diyakini jika klien saya tidak di rumah, melainkan sedang membeli roti untuk dirinya sendiri."

Sang jaksa bangkit dari duduknya, berjalan menuju tengah ruangan. Menatap hakim dengan tatapan menolak.

"Tidak yang mulia, darah pada korban sudah bergelinang. Ia bahkan sudah kehilangan banyak darah, menandakan pembunuhan tersebut terduga lakukan sebelum meninggalkan rumah."

"Tidak yang mulia," bantah sang pengacara, berjalan mendekati Lee (y/n) dan memegang pundak kanannya.

"Apa kau tidak lihat? Wanita selemah ini mana sanggup untuk menikam kekasihnya sendiri sebanyak dua belas kali? Terlebih hubungannya dengan Yoon Jeonghan baik-baik saja, sama sekali tidak pernah terbelah."

"Kau tidak bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Sudah jelas-jelas bahwa terduga hamil di luar pernikahan. Melihat kondisi ekonomi mereka yang pas-pasan sudah jelas korban tidak siap dan menolak anak tersebut. Terduga menjadi tidak terima dan menikamnya!" Sang jaksa kemudian menatap hakim. "Anda bisa lihat kondisi pisau dapur sebagai senjata pembunuhan. Hanya ada sidik jari terduga di sana. Jadi sudah jelas, dialah pelakunya."

Melihat mimik wajah hakim yang berpikir, sang jaksa berhenti beragumen. Ia kembali pada mejanya untuk menunggu keputusan hakim. Sesekali melihat ke arah topik pembicaraan dengan tatapan senang.

Lagi-lagi wanita yang terduduk di tengah ruangan itu diam. Ia bisa saja melontarkan pembelaan atas tuduhan jaksa yang sudah memojokan dirinya. Namun wanita itu tetap membisu. Tak ada bantahan atau pembelaan untuk dirinya sendiri.

Wanita itu memang berada di sana secara fisik. Namun hati dan pikirannya tertinggal di malam itu. Ketika satu-satunya orang yang ia miliki tergeletak bersimbah darah di tengah rumahnya.

Tubuh dingin Yoon Jeonghan. Luka-luka mengerikan di tubuh, leher, tangan, dan wajahnya. Sensasi mengerikan ketika telapak kakinya menginjak darah sang kekasih. Sungguh, segalanya adalah mimpi buruk yang menelan seluruh kehidupannya. Sanggupkah ia melanjutkan hidup dengan memori membekas itu? Tidak. Hidupnya telah berakhir.

Di sisi lain, hakim juga terdiam. Ia melihat lagi berkas yang diberikan si pengacara. Membuka lembaran demi lembaran kertas yang menjadi bukti alibi. Sebelum keputusan diambil oleh para hakim, sang hakim ketua melihat ke arah wanita itu.

"Saudari Lee (Y/n). Apa ada pembelaan dari Anda?" tanya sang hakim.

Namun wanita itu tidak menjawab.

배신 (Baesin) [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang