PROLOG

21 2 0
                                    

Aroma kopi pun menyeruak ke seluruh penjuru cafe, puluhan pengunjung cafe pun datang berbondong- bondong untuk sekedar singgah melepas penat, datang bersama kekasih,entah beberapa kelompok siswa ataupun mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas, gadis itu hanya bisa tersenyum ketika melihat para siswa yang bisa fokus terhadap tugas mereka, sangat bertolak belakang dengannya, disaat anak yang lain masih berjuang untuk menggapai mimpi mereka, namun gadis itu harus terperangkap dalam sulitnya kehidupan.

"Toracinno nya satu ya mbak" lelaki dengan setelan jas hitam pun datang memesan.

Mendengar ada yang memesan Adinda pun segera berbalik arah dan bergegas menghampiri lelaki itu dengan sebuah anggukan jawabannya.

Tanpa membuang- buang waktu ia pun segera membuatkan pesanan lelaki tadi, dan mengantarnya ke meja dimana lelaki itu berada, dengan hati-hati ia membawa setumpuk pesanan menggunakan nampan langsung.

Setelah dirasa semua pengunjung telah sepi, saatnya ia membersihkan cafe dan memastikan bahwa cafe sudah bersih dan semua tertata rapi seperti semula.

"Adinda" manager pun memanggil gadis itu.

Adinda pun menoleh dan segera menghampiri managernya disambut dengan sebuah bungkukan.

"Hari ini kinerja kerja kamu sangat baik, saya antusias terhadap pelayanan kamu terhadap pengunjung cafe, hari ini saya akan memberimu bonus besar"

Adinda bernafas lega dan tersenyum untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan untuknya hari ini.

Adinda pun berterima kasih setelah menerima sebuah amplop berisi upah kerjanya hari ini, sang manager pun segera memberikan kunci kepada gadis itu dan meninggalkan gadis itu seorang diri, setelah dirasa managernya telah pergi dengan segera ia mengunci cafe dan segera pulang.

Tepat pukul sepuluh malam ia tiba di kontrakan kecilnya, setelah membuka pintu ia terkejut ketika mendapati ibunya sedang tertidur saat menunggunya pulang kerja.

" Ibuuuu"

Mendengar suara sang anak, ia pun menggeliat dan mengusap kedua matanya.

" Ibu istirahat yaa" tanpa membalas pertanyaan anaknya ia segera berjalan menuju kamar yang juga ruang tamunya.

Setelah beberapa langkah ia membelakangi putrinya, ia berbalik arah dan menulis di sebuah buku " besok ibu akan mengirimi kakakmu sebuah uang yang ada di tabungan ibu, sepertinya ia akan menikah".

Ibunya seorang tunarungu, dengan tatapan mata sendunya Adinda mengangguk, setelah mendengar jawaban dari putrinya ia pun langsung membaringkan diri di kasur lama berukuran kecil.

"Tidak usah ditransfer Bu, Adinda sendiri yang akan mengiriminya uang"

Sang ibu pun mengeluarkan buku "memangnya kamu punya cukup uang untuk menyusul kakakmu?"

" Ibu tidak usah khawatir, aku sudah punya lebih dari cukup uang untuk menyusulnya ke Amerika"

Ya. Amerika semua cerita berawal dari sini.

About HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang