○ Rencana

476 58 51
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Ayah menyerah. Kunci kamar itu ia berikan pada Joshua dengan rasa ragu yang begitu besar.

"Kamu yakin Joshua?" Tanya bunda yang mengharapkan Joshua tak membuka pintu itu.

Ceklek

Perlahan Joshua membuka pintu itu. Memandangi sekelilingnya yang terlihat kacau.

Keheningan kini di rasakan oleh kamar Valentino dengan dirinya yang tertunduk dengan memeluk dengkulnya di ujung ruangan.

"Alen" panggil Joshua pelan, namun tanpa balasan.

Joshua memberanikan dirinya untuk masuk lebih dalam, menemui Valentino untuk kembali memeluknya.

Untuk kali ini, Valentino tak melemparnya dengan bantal atau menyentaknya untuk menjauh dari hadapannya. Suara desahan tangis masih terdengar walau begitu tipis di kedua telinga Joshua.

Dengan rangkulan kuat, Valentino berhasil masuk ke dalam lingkaran hangat itu.

"Gak phapa alen, abang tau alen gak shengaja buat nyekhik abang. Mungkin thadi abang yhang salah karena mashuk ke kamar khamu tanpa izin" ucap pelan Joshua dengan menepuk punggung yang telah berkeringat itu.

"Ke-kenapa harus aku yang dianak tirikan? Apa aku enggak punya hak buat bahagia dirumah ini?" Dengan masih menangis, Valentino terus mempertanyaan semua hal di dalam hatinya.

"Ssssttt....mungkin bhagi alen ini bhukan hal yang adhil karena kamu therus berfikir bahwa tak ada orang yang mhemihakmu, abang bener khan?"

Valentino diam dengan bibirnya yang masih bergetar.

"Mhungkin ini khata-kata yang udah abang ulang buat shekian kalinya. Thapi shekarang abang ulangi lagi, tentang 'kalau enggak adha yang memihak alen, phasti ada abang dhi sisi alen. Kharena bagi abang, alen adalah kheluarga phaling muda yhang harus abang lindungi' paham?" Ucapan itu mengakhiri pembicaraan mereka. Dan rangkulan itu akhirnya terputus.

Wajah Valentino kini begitu tenang seperti hatinya. Suasana hening dan dingin berubah menjadi sedikit hangat. Matahari sore yang menembus jendela membuat tubuh Valentino menjadi begitu hangat.

Joshua akhirnya beranjak untuk membiarkan Valentino merenungkan ucapan Joshua.

Tangan Joshua yang sedikit berhasil di raih Valentino membuat Joshua terkejut saat melihat Valentino ingin membuka mulutnya.

"Bang, abang jangan keluar lagi. Sasya sama golongannya mungkin punya rencana lain buat ganggu abang lagi"

Mendengar itu Joshua mulai tersenyum dengan menepuk punggung tangan Valentino.

"Enggak papa yang phenting alen juga harus amhan dirumah, ya?" Ucap Joshua yang tersenyum hangat.

•🤍•

Malam menjelang, hari ini langit menunjukkan keindahannya dengan setitik cahaya yang begitu banyak disekeliling bulan.

"Nakayuratama, anak dari pedagang ikan. Ditemukan luka lebam pada jasat Kido, tepatnya bagian dagu bukan karena timpahan dari batu melainkan dari sebuah pukulan keras. Saksi yang berupa cctv menunjukkan kebenarannya, disaat dia melemparkan asap yang membuat sekelilingnya menjadi sulit dilihat, namun saat melakukan pukulan pada dagu itu, sebagian asap telah menghilang" jelas agen yang bertugas dilapangan.

Abang - Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang