○ Apa ini salahku?

577 61 128
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Valentino kembali menutup pintu kamar Joshua yang membuat Joshua terbangun dari tidurnya.

Ceklek

Suara pintu terdengar begitu jelas di telinga Joshua.

"Alen..." tak ada jawaban dari orang yang ia sebutkan. Tubuhnya yang begitu berat kini bangkit dengan tenaga yang masih belum kuat untuk berdiri.

Joshua keluar dari kamarnya, memandangi setiap tempat yang terlihat kekosongannya.

"Alen?" Tak ada jawaban dari Valentino.

Joshua dengan tenaganya yang masih belum penuh kembali ke kamar. Memeriksa lemari dan mengambil hoodie bersih. Memakainya perlahan dengan menahan setiap bagian tubuhnya yang masih merasakan sakit karena pukulan.

Flashback on-

Krak

Kulit kelur itu pecah dipunggung Joshua dan mengeluarkan cairan busuk berwarna hijau dengan bau yang menyengat.

"Halo...pe-cun-dang" ucapannya yang terpatah patah dengan setiap bagian huruf yang ia ucapkan bersamaan dengan melayangnya telur busuk ke arah Joshua.

"Lu kenapa diem aja? Gak mau berontak kayak adik lu?" Sambung Kido yang memulai pembicaraan.

"Kalian shiapa?"

"Shi shi shi shiapa" ejek Jungki yang menertawai cara berbicara Joshua.

Gelakkan Johwan juga ikut menyertai ejekan Jungki "lu gak inget sama kita?" Tanyanya.

Joshua menggeleng kuat dan tak berani untuk menatap mereka.

"Lu bisa lah gak inget kami, tapi masak lu lupa sama Sasya" ujar Kido mendekati Joshua.

"S-sasya?" Joshua kembali mengingat seorang anak perempuan yang menjadi temannya di masa lalu lebih tepatnya bukanlah seorang teman, tapi seorang perundung yang berpura-pura menjadi teman.

"S-s-s-sasya" Jungki kembali mengejek ucapan Joshua.

"Heh anak cacat—" ucapan Kido terputus saat Joshua menegakkan kepalanya dan berbicara tegas.

"Akhu bhukan anak cacat!" Pekiknya di depan mereka.

"Akhu bhukan anak cacat" tiru Jungki.

"Khamu kenapa nghikutin ucapanku?!" Tunjuk Joshua ke arah Jungki.

"Apa lu nunjuk-nunjuk, ya serah gue lah mau ngomong apaan. Mulut-mulut gue, kenapa lu yang bacot cacat!" Jawab Jungki.

"Sssttt...udah malem guys! Liat tuh anak orang udah mau nangis, nanti kita dimarahin orang tuanya lagi si pabrik cacat" Sasya ikut bergabung dalam pembicaraan dengan nadanya yang begitu santai.

Saat mendengar suara Sasya, tubuh Joshua mulai bergetar kuat karena traumanya pada masa lalu tiba-tiba kembali.

"Ppff...belum juga diapa apain udah pucet tuh muka. Are you okey Joshua?"

Abang - Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang