*
*
CHAPTER 5
Jelas dia marah.
Bukan, dia sangat marah.
Soobin menyadari ekspresi nyata Taehyun setibanya mereka di mansion. Jelas, Taehyun mogok bicara dan betah mengabaikannya. Soobin berjalan ke dekat ranjang itu, mengacak rambutnya frustrasi. "Aku sudah menghubungi asistenku dan aku bilang akan mengambil cuti dua hari ini."
"Oh."
"Untukmu."
Taehyun tetap memalingkan wajahnya. Serius, bahkan di momen ini Taehyun masih terlihat cantik dan menggoda untuknya. Soobin menatap turun ke tubuh Taehyun. Sialan, apa saja yang dia lewatkan sampai mengabaikan ada orang paling dicintainya menunggu di rumah dan kesepian? Soobin baru tahu tiap malam Taehyun tidur tak tenang, menyebut namanya putus asa, dan Taehyun terlihat sering melamun. Apakah separah itu?
"Aku terlalu sibuk. Yah, dan aku tahu kita tak punya waktu bersama setelah menikah," akunya. Soobin akhirnya berlutut di depan Taehyun, berusaha mencari-cari tatapan Taehyun dari posisinya di bawah itu, namun Taehyun sangat kukuh mengabaikannya. "Sayang.." Suara Soobin terdengar parau. "Tatap aku."
"Kau keterlaluan!"
"Maaf, ya."
Taehyun mengerucutkan bibirnya, menahan tangis. Akhirnya dia memukuli pria di dekatnya itu. "Kau tahu apa?! Aku merasa seperti tak berarti di matamu! Aku sudah berusaha seksi, aku berusaha lebih perhatian, aku berusaha agar hubungan kita tetap hangat. Tapi kau lebih sibuk dengan semua telepon itu!"
"Yah, aku menyesal sekali." Soobin meraih tangan Taehyun dan mencium punggung tangan Taehyun, nampak menyesal. "Aku takkan melakukan hal itu lagi."
"Bohong! Kau pasti akan pergi!"
"Sayang, aku di rumah hari ini.Dan kenapa kau pergi ke pesta tanpa memberitahu? Tadi aku sangat panik. Aku takut.." Soobin tak habis pikir. Bayangan buruk langsung berdatangan di kepalanya. Apalagi mengingat kecelakaan yang menimpa adiknya setahun silam; penculikan. Terluka sampai masuk rumah sakit hanya karena sejumlah orang tak bertanggung jawab yang tak senang akan posisinya di Kongres. Soobin sangat kacau karena Taehyun mungkin mengalami hal serupa. Tak terlindungi. Jauh darinya. Bahkan lebih buruk. Sekarang pria itu mulai lega ternyata Taehyun baik-baik saja. "Ini sangat mengkhawatirkan."
"Aku.. ingin menghukummu."
"Huh?"
Taehyun meneguk ludahnya. "Aku ingin kau setidaknya untuk sekali saja merasa bahwa kau takut kehilanganku," katanya setengah berbisik. "Tidak enak, kan?"
Soobin mengangguk.
"Jadi, jangan abaikan aku lagi."
"Iya, Sayang." Soobin meremas tangan Taehyun yang berada di pangkuan Taehyun, kemudian Soobin mendongak kecil. Dengan posisi masih di lantai begini dan Taehyun memandang turun, Soobin dapat memperhatikan jelas. Tak mungkin dia sanggup kehilangan Taehyun. Takkan pernah. "Aku akan meluangkan waktu untukmu, untuk kita."
"Mau janji?"
"Janji."
Setelahnya, Soobin agak menaikkan posisinya, kemudian menyambar bibir Taehyun. Rasanya sudah begitu lama sejak mereka berciuman terakhir kali. Taehyun balas memejamkan mata, kemudian tanpa terasa Soobin bangkit dan menindihnya di atas ranjang. Soobin terkekeh di sela-sela ciuman. "Kau makin seksi saja."
"Kau melewatkan banyak hal, Tuan," bisik Taehyun.
Soobin balas melumat bibir Taehyun. "Sekarang tak lagi," katanya. Tangannya gencar menggerayangi tubuh Taehyun yang sangat panas di bawah kulit tangannya, kemudian menanggalkan satu per satu pakaian Taehyun. Seks tak pernah seenak ini dengan siapa pun. Soobin bahkan sampai lupa betapa hebatnya bersama Taehyun. Namun yang dia sadari adalah sejak menikah, Taehyun makin ahli saja. "Aku benar-benar kelewatan banyak hal."
"Yah, sayang sekali, Tuan. Jadi tetap lanjutkan sekarang, atau aku akan menghukummu."
Soobin terkekeh, kemudian menangkup dagu Taehyun. Bibirnya terus menggempur bibir Taehyun sementara tubuh mereka terus bergerak bersamaan. Soobin mendesah dalam, agak tersentak sewaktu Taehyun mulai menggodanya, dan menyentuhnya di sana sini. Tangan kecil yang nakal! Soobin langsung merangkum pergelangan tangan Taehyun dan menaruhnya di atas kepala ranjang, sedangkan Taehyun agak merengek dengan bibir setengah membengkak.
"Suamiku yang sangat nakal!"
Taehyun menggelinjang hebat sewaktu Soobin berusaha menerobos pertahanannya. Pelan-pelan, sampai Soobin menambah kecepatan bagaikan kuda jantan yang tak terkendali, Taehyun benar-benar berteriak dengan kencang. Dia bahkan menggigit bahu Soobin kuat-kuat waktu dia hendak dibawa ke puncak, kemudian kembali digoda berulang kali karena Soobin mendadak diam dan berhenti.
"Soobin!"
"Sabar, Sayang." Soobin menggertakkan gigi. "Sialan, kau sangat... sangat sempit." Soobin terus mengentakkan dirinya, membuat Taehyun terus meracau dan kalang kabut. Keringat membasahi tubuh keduanya, dan Soobin menciumi pelipis Taehyun berusaha menenangkan. "Aku hampir tiba.."
"Aku.. juga," katanya setengah terengah-engah.
Setidaknya nyaris satu jam lebih mereka bergumul di ranjang itu, sampai Taehyun merasa seluruh tubuhnya berjejak panas, dan Soobin nampak puas mendekapnya. Seks yang tak pernah mengecewakan. Soobin meringkuk dan membawa tubuh mungil Taehyun agar menempel dengan dadanya. "Tetap bersamaku, oke."
"Tapi kalau kau sibuk lagi, aku jamin akan menendangmu, Tuan."
TAMAT
.
.
Gimana gimana? Asli sih aku ngetik ini ngebut dan lancar banget wkwkwk for the first time ngetik Soobtyun kupikir bakal gimana, ternyata enak-enak aja dan lancar jaya aja. Aku nggak expect bakal segemes ini sih, dan aku suka banget. Gimana menurut kalian? Apakah kedepannya bakal ada Soobtyun-Soobtyun gemesin lain? ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD TO PLEASE | soobtyun ✔
FanfictionTaehyun membayangkan rumah tangganya dengan Soobin berlangsung indah. Namun realitanya tak demikian. Kesibukan menyita waktu Soobin, membuat Taehyun kesepian dan kurang belaian. Saat Taehyun mulai jengah dengan alur hubungan mereka yang stagnan, ap...