A

0 1 0
                                    


Hari ini ku habiskan waktu ku di tokoh roti ini, tokoh roti pak herman yang sudah lama ku tempati bekerja. Jam sudah menunjukkan 22:00 pertanda aku harus segera pulang kalau tidak Ayah akan berpikiran aneh-aneh tentangku.
"Kak aku pulang dulu ya jangan lupa tutup tokoh ya" teriakku pada kak ina yang juga salah satu karyawan di tokoh ini, aku memanggilnya kak karena usia ku dan usianya terpaut jauh.
"Iya, hati-hati ya ra". Ucap kak ina yang tidak bisa ku jawab lagi karena aku harus cepat-cepat pulang.

Aku harus terpaksa jalan kaki untuk sampai di rumah karena sudah larut malam tidak ada taxi ataupun angkutan umum. Lagi pula aku sudah terbiasa jalan kaki sendiri.

Setelah berkilo-kilo berjalan akhirnya aku sampai di depan  rumahku. aku harap semua orang di rumah sudah tidur, tanpa pikir panjang aku memasuki rumah.
"Kok gelap sih" batinku.
Tidak biasanya rumah segelap ini. aku hanya berjalan masuk toh aku juga sudah hapal seisi rumah ini. Tiba-tiba lampu menyala..
"Dari mana saja kamu".
"Em Ayah,..."
Ya dia ayah ku, pasti aku di marahi lagi.
"Dari keluyuran kamu ha?" ucap seseorang yang ku panggil ayah itu meninggikan suaranya.
"Ini ya dari rumah Mili.Nggak keluyuran kok". Jawabku was-wasan.
"Sana masuk kamar" Ucapnya.
Aku langsung berjalan menuju kamar ku tanpa menghiraukan ayah lagi. Itulah dia kalau aku sudah sebut nama mili pasti ayah sudah percaya.

Ku rebahkan diri ku di kasur mungil ini. Hari ini aku capek sekali. Ku raih dompet kecil yang berisikan ponsel sekedar ingin menge cek pemberitahuan dari kampus.
Ternyata banyak sekali pesan masuk,sebenarnya aku malas membalasnya tapi ada nomor yang tak di kenal menarik perhatianku.

+621874676.....
Hai..
Kak indah kan?

Aku mengerutkan dahi, biasanya kalau ada nomor nggak jelas kayak gini aku langsung menghapusnya. Tapi kali ini entah mengapa aku langsung membalasnya.
   
                                                              Rania
                                                      Maaf,siapa ya?

Centang satu tak kunjung menjadi dua dan biru.
Aku berpikir salah sambung kali.

Aku memejamkan mataku untuk tidur, besok aku harus kembali menghadapi pahitnya dunia.
Hidup memang begitu dan tak selamanya indah. Besok aku juga harus datang pagi-pagi sekali di tokoh pak herman karena semakin hari semakin banyak juga pelanggan yang berkunjung.

"Tidur ra.."


Sudah ada yg bisa tebak konfliknya bagaimana?

He's my weatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang