Second : Anak baik

18 5 1
                                        

Sebuah sepeda motor kini berhenti di depan pekarangan rumah gadis bernama esther itu. Selepas menyaksikan matahari terbenam di tepi pantai dengan suasana ombak yang menenangkan, liam langsung mengantar esther pulang dengan perasaan lelaki itu yang kini sudah sedikit membaik.

Jika dipikir tadi liam menumpahkan segalanya, itu salah. Seperti biasa, liam hanya mengeluhkan hari nya yang cukup berat namun tidak dengan masalah yang membuat harinya berat.

Liam selalu bilang "Gue udah baikan, udah bisa liat lo, liat senja sama denger suara ombak bareng lo aja udah buat suasana hati gue bagus lagi" Selalu seperti itu tiap kali esther meminta liam untuk bercerita mengenai apa yang dialaminya.

"Masuk gih, langsung bersih-bersih terus istirahat. Jangan begadang"

"Gamau masuk dulu? ayah udah pulang lho nanti sekalian aku kenalin ke ayah" esther berusaha mengajak liam untuk masuk dan berkenalan dengan ayahnya, mumpung ayah nya ada di indonesia.

"Lain kali aja ya sy, kasian mama dirumah sendiri malem-malem. Lo masuk gih, bersih-bersih dulu terus istirahat"

"Yaudah deh, titip salam ya sama mama kamu. Nanti aku masuk, sekarang aku liatin kamu dulu disini baru masuk"

"Oke gue pulang dulu" putus liam, tidak mau memperpanjang.

"hati-hati"

Esther memandangi motor milik liam yang kini sudah menjauh dari pandangannya. Gadis itu kini melangkah memasuki rumahnya, dilihatnya sang ayah sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton siaran berita di tv.

"Abis darimana esther baru pulang?" suara itu pelan tapi cukup menginterupsi bagi esther.

"Abis jalan sama Liam yah, aku udah izin bunda kok"

"Liam yang katanya pacar kamu itu? kenapa tidak masuk dulu? kenalin sama ayah, tidak sopan membawa anak gadis pergi sampai malem apalagi masih pakai baju sekolah seperti ini"

"Aku udah izin bunda lho yah, bunda juga izinin. Tadi liam mau masuk tapi dia inget mama nya sendiri dirumah. Nanti ya , ayah aku kenalin."

"Ayah mau tau latar belakang anak itu. Jangan sembarangan milih orang ther, kamu harus liat dulu latar belakang orang itu bagus atau tidak" Perkataan ayah nya membuat esther bungkam, selalu saja ayah nya over protectif seperti ini.

Tidak, bukannya Esther benci hanya saja esther sudah cukup umur dan juga esther sudah tau mana yang baik dan buruk. Tapi ayah nya itu masih belum menaruh kepercayaan penuh pada esther, membuat esther menghela nafasnya pelan.

"Liam anak yang baik yah, dia baik sama esther, selalu jagain esther. Nanti esther kenalin, esther cape mau ke kamar dulu" Esther cukup lelah hari ini, tidak mau beradu argumen dengan sang ayah.

***

Kini esther sudah membersihkan dirinya, sekarang gadis itu duduk di depan meja rias sibuk untuk memoles skincare routine nya. Hingga satu notifikasi handphone berhasil mengalihkan fokusnya, dilihatnya handphone tersebut menampakan notifikasi dari liam, kekasihnya.

Esther tersenyum membaca pesan itu, liam lucu menurutnya. Tak perlu waktu lama, kini jari lentik esther sibuk mengetikan balasan chat untuk liam dengan senyum yang masih setia ia pancarkan.

Liam🌅
|Gue udah sampe rumah
|Cuma ngasih tau, biar lo ga bawel
21.15

Haha iyaa liam|
Bersih-bersih dulu, baru istirahat|
21.16

|Ya, udah
|Tidur
21.16

Liam minta aku tidur?|
Aku nanti tidurnya, mau baca novel|
21.17

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang