PART 1

65 10 0
                                    

Diary
Jakarta, 13 Juli 2015
"Hi diary hari ini adalah hari pertamaku di SMA, seneng deh bisa balik lagi kesekolah. Gasabar ketemu sama teman teman ku dan semoga hari ini Marcell...."

Belum selesai Ela menulis isi hati nya terdengar suara ketukan pintu, "Ela,Theo udah nunggu tuh didepan". Ucap seorang wanita paruh baya berumur 40 tahunan yang biasa Ela panggil ibu. "Iyaaaa buu, bentar lagii". Teriak Ela meyakinkan bahwa ia akan segera selesai dengan buku kecil nya sebentar lagi.

"Kamu ga sarapan dulu La?" tanya ibu kepada Ela yang sedang terburu buru. "Gausahh bu nanti aja disekolah kalo kelamaan nanti Theo jadi singa" ujar Ela membuat Ibu tersenyum kecil. "Ela berangkat ya bu" Teriak Ela dari jauh lalu Ibu nya membalas dengan lambaian tangan.

Didepan sudah menunggu laki laki tinggi dengan motor sport nya, ya dia adalah Theo. Dari kecil Theo selalu bersama Ela, jangan heran karena orang tua mereka juga bersahabatan sejak SMA, bahkan rumah mereka pun tidak jauh. Theo yang paling mengerti bagaimana karakter sahabatnya itu

"Dari mana aja lo lama banget sih lama lama gw tinggal ya"

"Theo gaboleh galak yaa, nanti Ela beliin coklat di bu Ijah dehh" Ujar Ela berusaha menenangkan sahabat nya itu.

"Lu kira gw anak kecil udah cepet naik" Ucap Theo dengan nada suaranya yang kesal.

Lalu mereka berdua bergegas menuju sekolah dengan motor sport itu.

*******

Di lain tempat seorang laki laki tinggi yang memiliki paras bagai aktor hollywood sedang menikmati tidurnya di perpustakaan sekolah. BRAKKK, suara pukulan meja itu cukup keras untuk membangunkan Marcell yang sedang asyik dengan mimpinya, "anj* ngapain si lo" Ucap Marcell dengan nada tinggi yang menandakan bahwa ia sangat marah.

Lawan biacaranya malah terkekeh, tidak menghiraukan teman nya yang sudah siap menghantamnya.

Seisi perpustakaan seketika melihat kearah mereka.

"Cel, Put Kantin ayo" Teriak seorang laki laki tampan bernama felix dari depan pintu perpustakaan.

Ya mereka adalah tiga cowok yang paling di idam idamkan para gadis seantero sekolah, Marcell si kapten basket, Putra anak kepala sekolah, dan Felix cowok yang paling perfect dari segala sisi. Siapa yang tak kenal mereka.

"Ga" Jawab Marcell dengan singkat menandakan bahwa ia enggan ikut dengan teman temannya.

Sudah biasa bagi kedua temannya menghadapi marcell yang seakan tidak punya semangat untuk hidup.

"Yaudeh gw cabut ya! Ayo put tinggalin aja tuh bocah Autis"

"Cawww" Ujar Putra yang nurut dengan temennya itu.

Marcell pun melanjutkan destinasi mimpinya sedangkan kedua temannya pergi menuju kantin sekolah.

Belum saja mereka berjalan jauh, terdengar suara perempuan yang tidak asing ditelinga memanggil mereka.

"FELIX, PUTRA MARCELL DIMANAAA?!?!?" Teriak Ela dari jarak yang cukup jauh sambil berlari menuju kedua cowok itu.

Bukannya merespon, keduanya malah sepakat untuk lari, bukan tidak ingin menjawab pertanyaan Ela namun mereka tahu betul apa yang akan terjadi jika Marcell di ganggu lagi.

Tidak menyerah begitu saja Ela pun mengejar mereka berdua sampai ke kantin, sampai pada akhirnya kedua cowok itu lelah dan menyerah.

Tidak diragukan lagi Ela adalah orang yang sangat ambisius dia akan berusaha sekuat tenaga untuk apapun yang ia kejar.

"Udah la cukup la, Marcell ada di perpus tapi jangan bilang kita yang ngasih tau ya nanti kita yang kena" ujar Felix dengan nafas yang hampir saja habis. Bagaimana tidak berlari dari koridor sampai kantin adalah hal yang cukup melelahkan jaraknya saja cukup jauh.

"Huft lagian kenapa kalian lari dari aku sih, kalian pikir aku hantu apa? Kan bisa langsung jawab tadi" ujar Ela dengan raut muka yang agak kesal.

Ela langsung bergegas lari membuat kedua laki laki itu heran karena Ela tidak ada lelahnya, mereka berdua sudah sangat tau bagaimana perjuangan Ela untuk meluluhkan Marcell yang dingin itu. Mereka sudah berkali kali mengingatkan Ela untuk tidak lagi mendekati nya namun Ela tetap saja tidak menyerah walaupun berkali kali mendapat tolakan mentah mentah.

*******

"Haii Cell"

Sebuah panggilan membuat Marcell kembali terbangun dari tidurnya, bukannya merespon ia malah kembali ke kesibukan nya sendiri.

"Hai cell aku bawain kamu sandwich, aku buat ini tadi pagi so pasti masih enak"

"Ga peduli pergi lo sana gausah ganggu gw"

Jleg hati Ela hampir saja hancur seketika, jika disitu tidak ada orang mungkin Ela sudah menangis.

"Tapi Cell ini enak loh aku ja-"

Belum selesai Ela menjelaskan yang diajak bicara seketika bangun dari kursi nya, mengambil bekal itu lalu ia berjalan ke pojok ruangan perpus dan ia membuang bekal itu.

"Gausah ganggu gw lagi dasar parasit, gabisa ya sehari ga nyusahin"

Marcell langsung bergegas keluar dari ruangan itu meninggalkan Ela yang terdiam dan mencoba menguatkan diri atas perlakuan Marcell.

*******
KRINGGGGG

Sebuah bunyi yang menandakan bahwa sudah masuk jam pelajaran pertama.

"Bi Abi liat deh Ela murung lagi tuh pasti Marcell lagi ya". Tanya Lia yang heran temannya yang selalu ceria tiba tiba murung sendiri di pojok kelas.

"Yaaa apalagi alesannya kalo bukan gara gara tuh cowok". Ujar Abigail yang seakan sudah tak heran temannya murung karena apa.

Lalu Lia nemberikan kode dengan menaikkan alis kepada Abi untuk menenangkan sahabatnya, Abi yang langsung paham betul maksud temannya itu langsung mengiyakan.

"La La La Ela, ALYSSAAAA CORNELLAAAA!!!". Suara keras Abi sanggup untuk mematahkan lamunan Ela.

"Eh iyaa kenapa?", jawab Ela kikuk yang sedikit bingung mengapa kedua sahabatnya terlihat seperti buaya yang siap menerkamnya.

"Lo kenapa lagi? Marcell lagi ya?" Tanya Abi

Yaaa tanpa diberi tahu pun sepertinya seantero sekolah juga sudah paham bagaimana sikap seorang Marcell kepada orang disekitarnya.

"Hihihi ngga kok bi, Marcell ga salah apa apa". Ujar Ela dengan senyuman berusaha menutupi bahwa ia sebenarnya sangat sedih mendengar perkataan Marcell tadi

"Duh lu tuh ya bego banget kalo masalah cinta, udahlah La orang kayak Marcell gapantes diperjuangin" ujar Abi dengan sedikit emosi.

Belum selesai Ela memikirkan perkataan Marcell tadi, sekarang ia juga dibuat sedih karena perkataan Abi.

Disaat itu datanglah Pak Bambang guru Matematika, ya memang sudah saat nya masuk jam pelajaran.


where is home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang