Happy reading❤
"Mah!" suara Arka memecah kemesraan orang tuanya diruang tamu itu.
"Kenapa? Luna mana?"
"Mandi."
"Kamu nggak apa apain Luna kan Arka?"
"Dikit.."
Agatha dan Dirka memelototkan matanya. "Kamu-"
"Bercanda."
"Huh..." Dirka dan Agatha yang tadinya hampir sesak napas kini menghembuskan napasnya lega.
"Makanya itu muka jangan datar mulu, biar serius sama bercanda beda ekspresi." ucap Agatha sedikit menyindir anak dan suaminya itu.
"Kan nurun dari papa."
"Enak aja! Papa nggak datar kaya kamu, iya kan mah?"
"Sama aja."
"Terserah!" Arka dan Dirka menyahut bersamaan dengan malas.
"Udah! Arka kesini mau apa?"
"Pinjem baju mama buat Luna." ucap Arka.
"Mama anterin kekamar Arka." lanjut Arka.
"Oke."
"Bentar ya pah, mamah ambilin baju buat Luna dulu." ucap Agatha secara halus pada Dirka.
"Hem, jangan lama lama."
"Iya."
Arka memandang orang tuanya malas. Dasar bucin nggak tau tempat. Batin Arka. Hei?! Bukankah dia sama saja?
Agatha bangun dari duduknya lalu menuju kamar mengambil baju untuk Luna kemudian mengantarkannya kekamar Arka.
Dikamar Arka.
"Luna!" panggil Agatha."Iya tante, Nana lagi mandi." sahut Luna dari dalam kamar mandi.
"Tante letakkin dikasur ya bajunya, tante keluar dulu."
"Iya, makasih tante."
"Sama-sama."
Agatha kemudian menuju ruang tamu dan duduk kembali disebelah suaminya. Tak lama kemudian Luna datang diruang tamu, tangannya ditarik Arka untuk duduk disebelahnya.
"Tante, makasih buat bajunya." ucap Luna.
"Iya sama-sama. Pas kan dibadan kamu?" ucap Agatha.
"Hehe iya."
"Bajunya buat kamu aja nggak usah dibalikin."
"Nggak tante, nanti Nana balikin." ucap Luna ngerasa nggak enak.
"Nggak usah deh beneran."
"Iya nggak usah sayang." ucap Arka.
"Tapi Nana nggak enak."
"Nggak papa."
"Tap-" ucapan Luna terhenti saat telunjuk Arka menempel dibibirnya.
"Nurut!"
"Iya ish."
Arka bangun dari duduknya sambil memegang tangan Luna, otomatis Luna ikut berdiri. Tau sendirikan tangan Luna itu mungil pendek sama kaya badannya. "Udah sore, Arka anter Nana pulang dulu."
"Hati-hati!" ucap Agatha dan Dirka.
"Hm."
"Iya. Pamit dulu ya om, tante."
"Oke. Jangan lupa mampir lagi ya biar tante ada temen pas papanya Arka kerja." Luna hanya mengangguk menanggapinya.
Saat Arka dan Luna sudah tak terlihat, Dirka mengeluarkan ponsel dari kantong celananya. Mengirim pesan pada orang suruhannya.
"Cari tau tentang gadis yang dibawa anak saya namanya Luna Pradista. Cari sampai lengkap."
Send.
***
Sampai dirumah Luna. "Assalamualaikum, nek!" Tak ada jawaban.
"Assalamualaikum." Masih tak ada jawaban. Akhirnya Luna dan Arka memilih untuk masuk saja. Betapa terkejutnya Luna dan Arka melihat nenek Asti sudah tergeletak dilantai kamar.
"NENEK!" teriak Luna sambil berlari mendekati neneknya.
"Nek bangun!"
"Enan, nenek aku!" ucapnya sambil menangis.
"Kamu tenang ya sekarang kita kerumah sakit." lalu menggendong nenek Asti menuju rumah sakit. Untung saja tadi dia membawa mobil saat mengantar Luna. Arka meletakkan nenek Asti dijok belakang supir dan disampingnya ada Luna. Arka duduk dikursi sopir dan menuju rumah sakit terdekat.
Sampai rumah sakit. "DOKTER, SUSTER!" Arka berteriak. Tak lama dokter dan beberapa sustwr membawa brankar, Arka meletakkan nenek Asti kemudian memeluk Luna yang menangis sesegukkan.
"Ne hiks nek hiks aku."
"Semuanya akan baik-baik aja, kita berdoa."
Luna tetap saja menangis, wajar kan nenek Asti itu satu-satunya keluarga yang Luna punya. Arka tak apa jika bajunya harus basah karena air mata Luna. Dia duduk dikursi depan ICU sambil mengelus kepala Luna yang sedang menangis. Tak lama orang tua Arka datang. Ya memang Arka tadi audah mengabari orang tuanya kalau nenek Luna pingsan.
"Gimana kondisi neneknya Luna?"
"Lagi didalem."
"Sayang." panggil Agatha sambil duduk disebelah Luna yang kosong. Baru tadi siang ia melihat Luna tersenyum dan malam harinya ia malah melihat gadus itu sedih. Luna menoleh lalu memeluk Agatha.
"Kamu yang sabar ya."
Pintu ICU terbuka dan memunculkan seorang dokter dengan wajah yang sangat sulit diartikan. Luna dan Arka langsung berdiri menghampiri dokter itu.
"Gimana keadaan nenek saya dok?" tanya Luna.
"Beliau hanya kelelahan namun kondisinya cukup parah. Beliau sudah siuman, katanya dia ingin bertemu dengan cucunya. Yasudah saya permisi dulu."
"Terimakasih dok!"
"Sama-sama."
Luna masuk kedalam menemui neneknya diikuti Arka, yang lainnya menunggu diluar.
"Nek!" panggil Luna pelan."Sini! Nenek ingin bicara." Luna mendekat bersama Arka disampingnya. Luna duduk dikursi sebelah brankar sedangkan Arka berdiri. Nek Asti menggenggam tangan Luna. Yakin! Dia yakin akan memberitahukan rahasia itu sekarang.
"Kamu jangan kaget setelah mendengar ini. Jadi..." Nenek Asti menjeda ucapannya.
"Kamu bukan cucu kandung nenek." Luna yang mendengar itu tambah menangis.
"Dengar dulu penjelasan nenek. Dulu, nenek menemukan kamu dijalan saat nenek berjualan kue. Soal orang tua kamu nenek minta maaf, nenek bohong sama kamu. Sebenarnya nenek tidak tahu orang tua kamu masih ada atau tidak. Nenek bingung bila kamu besar kamu akan bertanya dimana orang tua kamu, sebab itu nenek bilang sama kamu kalau orang tua kamu meninggal waktu kamu kecil. Maafkan nenek!"
Vote and komen!
👇🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANA(END)
Teen FictionThanks for reading!! - - "Kamu selalu menjadi yang pertama. Kecuali, menjadi yang kedua setelah mama." - Arka Denantra Dirka "Makasih selalu ada. " - Luna Pradista - - Ikuti kisah lengkapnya disini!! Bagi yang tidak suka menye-menye, kalian salah la...