1. Kenneth

11.3K 291 16
                                    

Note : This is my first story ever. -RF 2022

⚠️ Content Warning
Bab ini mengandung : Cerita dewasa (18+) dan kata-kata kasar.

Jadilah pembaca yang bijak.
Karya ini hanya merupakan fiksi belaka. Jangan jadikan acuan untuk dunia nyata.

Best regards, @rosieflute2.

——————————————————
Jumat, 30 November 2019

Hari ini hari terakhir di bulan November. Malam memutuskan untuk menyambut Desember dengan cuaca favoritnya akhir-akhir ini. Hujan.

[Hujan. (n.) titik-titik yang berjatuhan dari udara. Sering membuat genangan, kadang juga membawa kenangan.]

Lian memutar bola matanya setelah membaca quote picisan tersebut. Tentu saja, gerutunya dalam hati. Semua orang juga tau. Hujan, dengan rintik-rintik dan teduh yang dibawanya, selalu membawa kenangan. Kenangan-kenangan spesial.

Terutama untuk dirinya.

Ibu satu anak itu beranjak pelan dari tempat tidurnya. Dia menatap keluar jendela. Hujan deras dengan gemuruhnya terdengar jelas. Kilatan-kilatan petir saling sambung-menyambung.

Anehnya, di tengah kegaduhan itu, Lian merasa damai. Dia mulai menutup matanya lagi.

Menyambut hujan, menyambut rintik-rintik yang menghantarkan memori-memori terindahnya.

Spontan, semua kenangan itu membasuhnya kembali. Dia memeluk tubuhnya yang hanya berbalut kamisol dan celana dalam dengan erat.

Hari pertama Kenzo mengenalkan dirinya di kelas. Kenzo yang sabar mengajarinya rumus Matematika. Kenzo yang menyatakan cintanya dengan coklat Silverqueen di tahun kedua SMA. Kenzo yang menangis memeluknya sebelum pergi berkuliah di Manchester. Kenzo yang melamarnya setelah pulang dari Manchester.

Lian menutup matanya erat-erat. Mencoba memblokade semua kenangan tentang mantan suaminya. Namun usahanya percuma. Sungguh percuma.

Kenzo yang tersenyum bahagia, menggendongnya di hari pernikahan mereka. Kenzo yang mencium keningnya penuh kasih sayang setelah dia melahirkan Lara, putri mereka.

Kenzo yang muram setelah diminta oleh ayah mengurus kantor cabang di Manila. Kenzo yang bermuka kusut dan lusuh karena harus membagi waktunya antara Filipina dan Indonesia.

Pertengkaran-pertengkaran hebat mereka. Dirinya yang lelah  mengurus Lara dan dirinya sendiri. Kenzo yang lelah dan harus menanggung bebannya sendirian.

Dokumen-dokumen perceraian. Pengacara. Ketukan palu. Terguntingnya buku nikah mereka.

Air mata Lian bercucuran.

Melihat refleksinya di cermin, dia spontan menyeka matanya, dan menarik napas. Menenangkan diri.

Mereka berpisah karena terlalu keras kepala. Salah mereka berdua-lah perceraian itu terjadi 1 tahun lalu.

Namun di antara mereka, Lian rasa, dirinya-lah yang paling egois.

Sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur, lengkap dengan kuah dan topping-nya. Sudah terlambat bagi mereka berdua untuk bersama; karena sejak bercerai, Lian membangun tembok tinggi di antara dia dan mantan suaminya itu.

Lian yang terluka, dan menganggap dirinya penyebab perpisahan mereka, memutuskan untuk menutup hatinya dalam-dalam.

Namun, di penghujung malam, wajah Kenzo dengan senyumnya masih terus terbayangkan oleh Lian. Tidak mau pergi, tidak mau hilang.

Oneshots - Roses of The MountainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang