10.

526 93 8
                                    

꧁Akashi Takeomi꧂
Start
⏸️ ●────────亗





Paginya (name) bangun seperti biasa. Pikiran nya sudah agak tenang, ia menghela nafas pelan begitu melihat keadaan kamarnya yang kacau balau. Tapi mari abaikan kamarnya terlebih dahulu sekarang (name) mau memasak sarapan dulu untuk dirinya juga untuk Takeomi.

Biarpun Takeomi membencinya--atau anak di dalam kandungan nya lebih tepatnya--tetapi lelaki itu selalu memakan masakannya dan tak pernah membuangnya. Hal itu yang membuat (name) masih betah dengan Takeomi dan juga (name) berfikir ia masih punya secercah harapan.

Jadi (name) mengikat rambutnya dan mengambil cardigannya di dalam lemari. Mau menutupi 'kupu-kupu' nya. Ia lalu memakai sendal dan berjalan melewati serpihan kaca yang bertaburan di lantai kamarnya.

"Masak apa ya?" (name) melihat di dalam lemari es nya dan ia menjadi semakin bingung.

"Buatkan aku roti bakar saja, aku mau ke bengkel Shinichiro sekarang" (name) menoleh ke belakang begitu mendengar suara sang suami. Takeomi dengan muka mengantuknya sudah duduk di meja makan.

"Minumnya mau apa?" (name) dengan cepat menyiapkan yang di perintah kan. Begitu roti sudah selesai di bakar ia mengoleskan selai coklat dan meletakkan nya di depan Takeomi.

"Air putih aja" (name) juga dengan cepat mengambilkan air minum untuk Takeomi. Ia meletakkan gelas air itu di samping piring roti. (name) tiba-tiba punya keinginan aneh, ini kalau dia minta sama Takeomi di kasih nggak ya?

"Kenapa?" Takeomi nyimpan rotinya dan mulai menatap (name) yang sekarang sedang menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ngomong aja asal nggak yang aneh-aneh aku turutin" Takeomi bisa melihat tatapan berbinar dari istrinya. Wanita itu juga memasang senyum lebarnya.

"Takeomi-kun, itu suapin rotinya dong" (name) mengulum bibirnya. Ia grogi di tatap begitu intens oleh Takeomi. Tapi ini bukan tatapan lembut yang biasa di berikan suami kepada istrinya ya, lebih tepatnya Takeomi sedang menatap datar (name) dan matanya mengisyaratkan kalau dia minta yang macam-macam bakalan di pukul:')

"Ini..kau sedang ngidam?" Takeomi mengambil rotinya dan menyodorkannya kepada (name). Ia bisa melihat wajah kesenangan (name) saat wanita itu berhasil menggigit satu suapan dari rotinya.

"Mau lagi?" Yaa...kayaknya nggak apa-apa deh ya Takeomi baik hari ini, toh ini kan cuman roti. Namun (name) yang di tawari malah kebingungan.

"Kalau Takeomi-kun mau nyuapin aku ya jelas aku mau lagi" Takeomi yang mendengar itu menghela nafasnya pelan. Ia lalu mengangguk dan menyuapkan roti yang sisa setengah itu kepada (name) hingga habis.

"Aku pergi ke bengkel Shinichiro dulu, jangan cari-cari aku lagi" Takeomi berlalu kembali ke kamarnya, meninggalkan (name) yang kini kesenangan.

"Sedikit demi sedikit lah ya, Takeomi-kun bisa nerima keadaan sekarang" (name) bertepuk tangan pelan. Ia bahagia saat ada kemajuan kecil dalam pernikahannya.

"Ayo, (name) bisa! Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit"

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀゚ ུ .┈┈⋆

"Ta-ke-omi-kun~ kocci~"

Takeomi yang baru saja memarkirkan motornya itu langsung saja menatap jijik ke arah Wakasa yang sedang melambaikan tangannya dari dalam bengkel Shinichiro.

"Kau ngapain di sini pagi-pagi?" Takeomi mendudukan dirinya di samping Wakasa, temannya itu hanya tersenyum kecil. Senyum yang terlihat menjengkelkan di mata Takeomi.

"Ayo Shin, kita mau ngomongin apa?" ketiga temannya hanya bisa memasang wajah men-judge ketika Wakasa terlihat paling antusias dengan topik yang akan di buka.

"Jadi, Takeomi. Gini, semalam Haruchiyo datang ke sini dan dia cerita katanya istri mu sedang hamil benar?" Shinichiro memulai pertanyaan nya. Sementara Takeomi mengerutkan alisnya, tunggu adiknya tahu dari mana kalau (name) hamil?

"Terus katanya Haruchiyo juga sewaktu dia nanya-nanya ke (name), istri mu nanya ke Haruchiyo apa Haruchiyo nggak benci sama ponakannya? Nah, setelah Haruchiyo paksa ngomong baru deh (name) buka mulut katanya kau nggak suka dia hamil benar?" Takeomi mengangguk, nggak ada yang salah kok sama pertanyaan Shinichiro.

"terus?"

"Terus nah, setelah berbincang lagi katanya istri mu kau nyuruh dia gugurin kandungannya juga ya? Kenapa?" Takeomi mengedikkan bahunya.

"Aku belum siap aja jadi orang tua, jadi kusuruh dia buat gugurin kandungannya" dengan tanpa dosanya dia menjawab begitu.

"Takeomi awas aja sampai muka anak mu nanti mirip dengan mu ya!" Wakasa menepuk pelan bahu Takeomi. Ia masih ingin mengingat-ingat apa saja kata-kata kasar Takeomi yang dulu pernah di lontarkan padanya.

"Awas juga kau terkena karma" Wakasa tertawa lebar kala wajah Takeomi berubah masam. Ia rasanya puas ketika bisa mengembalikan kata-kata yang Takeomi lemparkan dulu kepadanya.

"Nggak ada yang namanya karma, itu berlaku buat mu nggak buat ku" dengan pedenya Takeomi berbicara begitu. Wakasa tersenyum kecil dan menepuk pelan punggung Takeomi.

"Aku nggak bermaksud menggurui ya teman cuman kan sesuai kata pepatah, apa yang kau tabur itu yang kau tuai" setelah mengatakan itu Wakasa berlalu pergi. Walaupun mulutnya terasa gatal ingin membalas semua kata-kata Takeomi dulu tapi entah kenapa ia malas saja sekarang.

Faktor sudah punya anak kali ya makanya dia bisa dewasa gini:)

"Mau kemana?"

"Mau pulang lah, mau main aja sama anakku. Nggak mau aku dengar masalah hidup Takeomi" Wakasa berlalu keluar. Tetapi sebelum benar-benar keluar ia berhenti berjalan dahulu.

"Lain kali kalau bicara tuh dipikir dulu ya Mi, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari" Wakasa berlalu keluar. Meninggalkan Shinichiro, Benkei dan Takeomi yang kini canggung.

"Kenapa istri mu harus menggugurkan kandungannya? Dari sekian banyaknya solusi yang ada?" Takeomi menatap Shinichiro datar. Oh ayolah, ia tak suka jika ada orang yang ikut campur dalam masalahnya.

"Bukan urusan mu!" Ketusnya. Takeomi berlalu cepat meninggalkan Shinichiro dan Benkei yang sekarang hanya bisa menghela nafas pelan.

"Nanti, kapan-kapan mungkin bakalan kusuruh Kawaii untuk ngajak istrinya Takeomi jalan-jalan. Biar nggak stres, di paksa buat gugurin kandungan gitu pasti berdampak buruk juga buat istrinya" Shinichiro mengangguk singkat. Ia lantas melirik Benkei.

"Memangnya Kawaii ada waktu luang?" Benkei yang mendengarnya tertawa pelan. Agak miris.

"Ada kok, walau nggak banyak"

























______________________
★彡[вєяѕαмвυ͢͢͢η]彡★
______________________

Satu part hanya untuk pemanis~

Love To Hate Me [AKASHI TAKEOMI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang