Prolog

381 64 84
                                    

Hai kawan! Kutil Semut nongol lagi bersama Agaska dengan alur cerita yang berbeda.

Kalian apa kabar?

Sehat, kan? Sehat lah, jangan sakit-sakit 🌼

Sebenernya perubahan alur ini udah dari lama aku rencanain, tapi baru kesampaian sekarang.

Semoga kali ini lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Aamiin.

Ketik semangat buat Si Kutil Semut ini kawan!

Selamat membaca, semoga suka👇

*****

Seorang remaja cewek berusia tujuh belas tahun dengan Hoodie over size berwarna lavender dan rok abu-abu yang jauh tiga centimeter di atas lutut itu berlari secepat mungkin. Rambut panjangnya yang dikuncir satu itu bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama langkah kakinya. Buliran keringat dingin telah membasahi wajah bahkan sampai ke punggungnya. Yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar bisa lolos dari kejaran seseorang.

Cewek itu berhenti ketika sampai di bawah pohon besar yang berada di taman belakang sekolah dengan napas yang ngos-ngosan. Kakinya yang gemetaran lemas tak mampu lagi menopang tubuhnya hingga ambruk ke atas rerumputan dengan punggung yang menyandar pada pohon besar itu.

Jantungnya seakan berhenti berdetak saat telinganya samar-samar mendengar suara langkah kaki yang grasak-grusuk mendekat ke arahnya. Tanpa melihat, dia sudah bisa menebak siapa orang yang saat ini berjalan ke arahnya.

Agaska Genta Aditya.

"Ehemm! Ngapain di situ?"

"Ngepet!" jawab cewek itu dengan nada ketus. Kemudian bangkit setelah itu merapikan rok abu-abunya yang sedikit kusut. Sebisa mungkin untuk tetap terlihat santai meskipun jantungnya masih berdetak tidak karuan.

"Ah, yang bener?" ledek Agaska.

Cewek yang bernama lengkap Ileana Akleema Kanaya itu menghembuskan napas kasar. Untuk menghadapi Agaska—si wakil OSIS dari kelas dua belas IPS 1 yang pecicilan, tetapi menjadi siswa kesayangan guru—itu harus memerlukan kesabaran yang tinggi.

"Hm."

"Kenapa lari, Met? Oh, maunya gue kejar-kejar dulu biar kayak di film-film India gitu, ya?" tanya Agaska sambil menaik turunkan kedua alisnya berniat menggoda.

Ileana memutar bola matanya malas. "Gak jelas."

"Udah sana buru, bersihin aula sekolah, habis itu lari di lapangan basket sebanyak lima kali putaran," imbuh Agaska menyuruh Ileana untuk melaksanakan hukuman.

"Tega lo sama cewek sendiri?"

"Aslinya gak tega, tapi tetep harus tega, Met. Gitu!"

***

Gimana prolognya menurut kalian kawan?

Berhubung masih awal, segini dulu cukup lah, ya.☝️

AgaLea [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang