02

518 87 47
                                    

Enam tahun kemudian.
Park Seonghwa kembali ke negara lahirnya sendiri dengan indentitas baru.

"Mizai."

Dia yang dipanggil namanya menoleh dengan ekspresi datar, "Yuta.. Apa kau sengaja membuatku berdiri di depan pintu seperti ini? Selama lima belas menit?" Katanya melirik jam tangan yang ia pakai.

"Aku minta maaf, sesuatu terjadi di jalan tadi. Aku tidak tahu kau sampai lebih cepat, bagaimana perjalananmu?"

"Biasa aja, cepat buka."

Keduanya masuk. Kemudian pria bernama Yuta memberinya ponsel baru. "Hubungi aku dengan ini, untuk sementara waktu kau bisa menggunakan tempat ini dulu. Aku akan mencari yang lebih baik secepatnya."

"Ini tidak buruk, kau bisa pergi. Ah.. ya, kenapa kita bicara bahasa Jepang? Kita sedang di Korea."

Kemudian Yuta merubah cara bahasanya, "Sudah berapa lama sejak kau kembali lagi ke korea? Kenapa Hala malah mengirimmu?"

Hala adalah sebuah sindikat kejahatan yang terorganisir di Jepang.

Bisa dibilang bahwa Hala adalah sebuah kelompok atau organisasi kriminal legal dan diakui pemerintah asal Jepang kedua setelah Yakuza. Dan sebuah rumor yang dipercaya banyak orang Hala adalah organisasi gelap yang bekerja di bawah Yakuza.

Seonghwa menatapnya, "Hha, bahasa koreamu meningkat cepat Yuta, entahlah.. empat tahun? Mungkin karena ini tempat lahirku. Di sini terasa sama saja, dan untuk apa ini?"

"Kebutuhanmu selama di sini."

Berjalan hendak keluar pintu Yuta berbalik sebentar, "Oya, datanglah besok pagi aku akan mengirim alamatnya."

"Ya."

Hala adalah mafia yang bergerak dalam industri bawah tanah yang berkembang secara terselubung di Jepang. Yang kali ini bertujuan untuk memperluas koneksi ke berbagai negara termasuk Korea dengan keanggotaan yang sangat rahasia.

"Belum sampai lima jam di sini, aku sudah merasa muak." Berganti pakaian, ia memilih keluar sebentar untuk membeli beberapa makanan lalu duduk di kursi meja yang tersedia di depan toko. "Korea tidak berubah sama sekali, Mizai huh? Kenapa orang tua itu memilihkan aku nama yang kurang bagus."

Hari selanjutnya,
Seonghwa bersiap untuk janjinya kemarin tentang pergi pada tempat yang di informasikan oleh Yuta. Sedikit tentangnya, dia adalah anak dari keluarga Nakamoto, bekerja disamping keluarga Hanada dengan derajat yang sama namun tingkatnya berada setelah Hanada. Yuta lebih dulu berada di Korea selama kurang lebih dua tahun dan tugas yang ia prioritaskan sekarang adalah Seonghwa selama dia berada di sini.

Kembali ke Seonghwa, ia tersenyum miring sembari bercermin menyesuaikan dasi yang ia simpul perlahan. "Siapa sangka jika aku bisa panjang umur dalam penjualan organ dan dengan tidak sengaja malah di beli dengan uang lebih lalu masuk ke dalam keluarga mafia dan kembali ke sini." Sedikit menyadari bahwa kehidupannya yang penuh sial menghasilkan sebuah hal yang lebih mahal.

Seonghwa membuka ponsel baru miliknya selama perjalanan menuju parkiran, mengendarainya menuju salah satu perusahaan minuman keras terkenal di kawasan Yongsan. "Kau tiba lebih cepat rupanya." Yuta beresta orang-orangnya menyambut Seonghwa dari pintu luar gedung dalam bahasa jepang, "aku akan mengenalkanmu di dalam nanti."

"Kau cukup sukses dengan berjualan miras, Yuta. Itu sedikit mengejutkanku karena ini berjalan cepat hanya dalam dua tahun belakangan." Balasnya dengan sedikit nada ledekan.

"Aku bahkan tidak terlalu berusaha keras, aku mendapatkan beberapa bantuan." Kata Yuta.

"Bantuan ilegal? Tentu saja."

"Hha, tidak.. aku benar-benar membangunnya dengan jalan yang baik."

"Prff, iya iya."

Seonghwa dan Yuta sampai pada satu ruangan kantor. "Kau bisa pakai yang ini."

"Kau kemanakan pemilik sebelumnya?"

"Aku pindahkan ke departemen yang lain."

"Ohh."

Seonghwa menyukai ruangan baru miliknya, "Aku mau mengelola sebuah kasino." Ucapnya saat duduk.

"Tiba-tiba?"

"Karena hanya itu yang aku kuasai, buatkan aku satu di Itaewon jika bisa."

"Sepertinya kau sudah punya banyak rencana."

"Tidak juga. Kenapa? Apa terlalu sulit membuatkan aku satu markas milikku sendiri?"

"Tidak, akan aku urus. Mungkin butuh lima hari sampai kau benar-benar bisa menggunakannya. Tapi kenapa Itaewon?"

"Aku dapat firasat yang enak, atau akan lebih bagus lagi jika di Gangnam."

••

Dua hari selanjutnya,
disisi yang berbeda.

San membuka layar ponsel dari saku celana dan memanggil salah satu kontak dalam kategori darurat. "Yak, kau sedang apa kenapa lama! Kalau aku telepon langsung diangkat dong!"

"Ada apa lagi..." Keluh dari sambungan suara.

"Apa aku harus menjual kucingku? Kenapa akhir-akhir ini dia suka kabur terus?"

"Maksudmu byeol? Mungkin dia sedang dalam masa kawin, kenapa kau kesal padahal dia kabur karena perbuatanmu sendiri bukan!?"

"Kau tidak membantu sama sekali ish.." San mematikan sambungan suara sepihak.

"BYEOL! BYEEEOOOL~ ini aku! keluarlah jangan pergi jauh-jauh aku mohon~ hhaaa.. dia kemana sih.."

Choi San, anak kedua dari keluarga konglomerat generasi ke empat disebut sebagai Direktur utama termuda hotel grup Stevia. Kesehariannya kadang selalu mengundang media (memiliki ketenaran pribadi mengalahkan idol).

Berita terbaru tentangnya adalah mendapatkan gelar sebagai duta kehormatan di kota kelahirannya, Namhae. Namun ia menetap di Seoul saat setelah lulus SMA dan melanjutkan bisnis keluarga.

San pergi ke segala tempat di sekitaran gedung kondominium tempatnya tinggal, jendela yang terbuka membuat kucingnya kabur lagi. "Sebenarnya dia belajar buka jendela dari mana."

Byeol.. lihat kesini, pegang ininya terus dorong oke! Pergilah nak kau bebas~!

Kebodohan yang ia buat sendiri gara-gara tidak sengaja mabuk beberapa hari lalu. Semua karena para sialan itu memaksanya untuk terus minum. "Aish.. sial aku yang mengajarinya waktu itu."

"BYEEEOOOOL!!!" Menyerah, San memilih untuk kembali saja. Mungkin nanti kucingnya bisa pulang sendiri seperti terakhir kali. "Tolong tahan liftnya!" San berlari, dan orang yang ada di dalam menahan pintu untuk tetap terbuka.

"Terimakasih." Ujar San, di balas dengan sebuah anggukan ia melirik tombol lift menuju lantai yang sama lalu melirik pula orang di sebelahnya. "Apa kau penghuni baru? Aku baru melihatmu, dan sepertiny-"

BRRAAG!!!

Rahangnya dicengkram kuat tiba-tiba, pintu lift tertutup. San benar-benar tidak bisa bernapas.
"BANGSAT SIAPA KAU LE-uhkh.. LEPAS!!!!" San menendangnya keras meninju pipinya dan mencekiknya balik. "Sikopat gila, kau tertawa saat aku mencekikmu seperti ini HAH!?"

"Choi San.."

"Ap- ngomong apa ka-"

"Kau Choi San kan? JAWAB AKU!!!"

"IYA AKU! APA SIH BERENGSEK!?"

"Senang bertemu denganmu sialan."

••


































To be continue..

magnolia; HwasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang