Perayaan

8 4 0
                                    

Selepas kejadian di kantin teknik kala itu anehnya aku menjadi lebih sering bertemu dengan Arka, entah itu sekedar bertemu di warung sayur dekat kampus, perpustakaan universitas ataupun Arka yang sedang mengeekor pada Kang Cecep yang sedang ngapel dengan Gita.

Hari demi haripun terlewati tanpa terasa, dan tibalah bulan yang selaluku tunggu-tunggu, Bulan Desember. Bulan dimana aku terlahir ke dunia ini, bulan dimana seorang putri cantik nan jelita menjadi bagian dari keluarga darmo, serta bulan dimana Mas Raka untuk pertama kalinya menyandang gelar sebagai seorang kakak.

Namun untuk pertama kalinya dalam seumur-umurku ulang tahunku kali ini aku harus berjarak dengan keluargaku di Jogjakarta. Mungkin tak akan seramai saat-saat aku masih di Jogja, disambut dengan ucapan selamat pagi oleh orang-orang rumah yang akhirnya dilanjutkan dengan sarapan bersama menggunakan nasi opor buatan ibu yang menjadi andalannya ketika orang rumah sedang berulang tahun, wangi aroma nasi opor ayam ibu serta rasanya yang sungguh menggigit lidah. Namun pagi ini hanya panggilan telfon dari Mas Raka saja yang menjadi pembuka hari ulang tahunku ini, pagi itu Mas Raka menelfon untuk mengucapkan ucapan selamat ulang tahun kepada adik sematawayangnya ini,namun panggilann telfon itu tak sekedar memunculkan suara dari mas raka, namun juga suara dari seorang ibu yang begitu merindukan anak gadisnya yang sedang berulang tahun ini.

"Selamat berulang tahun yang ke 19 tahun anakku Gantari Andini Desember, semoga hal-hal baik selalu menyertaimu serta mimpi-mimpi baikmu juga terkabul di waktu yang tepat, sekali lagi selamat ulang tahun anakku, tuntutlah ilmu sebaik mungkin di kota orang, ibu rindu dengamu."

Sebuah ucapan singkat dari Ibu yang berhasil membuat air mataku turun pada awal pagi itu. Kamipun akhirnya berbincang bincang lumayan banyak hingga waktu menunjukkan pukul delapan pagi, waktu kuliahku hampir dimulai, akupun berpamitan kepada Ibu dan Mas Raka untuk bersiap-siap menuju kampus, namun sebelum Mas Raka menutup telfonnya itu terdengar suara seseorang yang tak asing bagiku tengah mengucapkan selamat ulang tahun dengan suara berat dan sedikit seraknya itu untuk anak perempuannya ini dari kejauhan, mungkin ia terlalu malu untuk sekedar mengucapkannya secara langsung, tapi tak apa. Sekedar ia mengingat hari ulang tahunku saja aku sudah senang.

Sebuah bulan sabit kembali terukir di wajahku.

Telfonpun akhirnya terputus, menyisakan suara keran bakmandi yang sedang kuisi, sepi. Tak ada peluk hangat dari orang rumah serta bau opor ayam ibu. Akupun kembali beranjak melanjutkan aktivitasku pada pagi itu, bersiap menuju kampus.

Pagi itu Pak Danar nampaknya agak telat sehingga kelas masih ramai-ramai saja oleh percakapan segerombol mahasiswa yang entah sedang membahas apa tapi bisa terdengar gelak tawa dari mulut mereka ataupun para mahasiswa yang tengah sibuk bertransaksi mengenai risol mayo yang ditawarkan oleh rekan mereka itu.

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakku dari belakang dan membuatku yang sedang fokus melihat telfon genggampun mengalihkan perhatianku itu kepadanya. Ternyata Josep, mengulurkan tangan kanannya padaku.

Akupun membalas uluran tangan kanannya itu seraya tersenyum.

"Selamat tambah menua Andin." Ucap Josep singkat seperti biasanya, namun disertai senyum yang menampakkan barisan gigi putih miliknya.

Teman-teman sekelasku yang mendengar ucapan Josep pun akhirnya turut mengikuti tindakkannya itu. Satu persatu dari mereka mengampiriku dan memberikan ucapan selamat atas bertambahnya umurku kali ini. Pagi yang sedari tadi terasa dingin nan sunyi kini mulai terasa semakin hangat dan ramai.

Seusai kelas Josep berkata kepadaku bahwa ia diminta oleh Seroja dan teman-temanku yang lainnya untuk menyuruhku menuju taman di dekat Perpustakaan untuk berkumpul apabila kelas dari Pak Danar telah usai. Akupun akhirnya menuju taman disedekat perpustakaan, namun tumben pikirku Seroja dan yang lainnya kumpul di dekat taman itu. Akupun akhirnya tiba di taman di dekat perpus, namun hanya kujumpai Seroja yang tengah sibuk dengan buku-bukunya itu, tak kujumpai Nana, Gita ataupun Juli disekitarnya.

Bandung diantara 107 0 Bujur Timur dan 6 0 55' Lintang SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang